diskartes.com – Assalamualaykum pedagang se-Indonesia!
Mau ibu rumah tangga, pedagang kaki lima, bos properti pasti ngrasain kenaikan harga yang identik dengan kata “inflasi”. Padahal kalo tanya orang di kampung saya, mereka nggak ambil pusing dengan inflasi, tapi kesal kalo harga-harga naik. Begitu menyebalkannya, sampai ada suatu pernyataan sarkastik dari seorang Amerika bernama Henny Youngman tentang inflasi seperti ini:
“Orang-orang menjadi semakin kuat. Dua puluh tahun lalu, butuh dua orang untuk membawa barang bernilai sepuluh dolar. Sekarang, anak usia lima tahun bisa melakukannya.”
Ironisnya tidak sedikit orang yang langsung serta merta menyalahkan Presiden, DPR, bos nya di kantor, ibu penjual nasi goreng, dan lain sebagainya. Padahal inflasi sebenarnya adalah hal yang lumrah di era ekonomi seperti sekarang. Nah bagaimana sih investor harus bersikap? Let’s check it out!
Ilusi Uang
Anda pilih mana, naik gaji 10% tapi kena inflasi 15% atau nggak naik gaji tapi cuma kena inflasi 5%? Secara psikologis orang akan milih “yang penting naik gaji”. Padahal nyatanya dari dua skenario tadi, tetap akan merugikan kita sebesar 5%!
Jadi ketika Anda sedang nego sama si bos untuk naik gaji biasanya kan minta bersih dari pajak, sekarang sekalian dihitung ama inflasinya. Saya akan memberi bukti bahwa inflasi benar-benar ada dan masih berlaku sampai sekarang. Lihat..
Dari grafik yang diambil melalui Trading Economics, inflasi masih di atas nilai nol yang menunjukkan kenaikan harga dari tahun sebelumnya. Oh iya angka kenaikan itu year to year ya, artinya perbandingan bulan itu dengan bulan yang sama dari tahun kemarin. Bukti ini meyakinkan kita semua bahwa layaknya pajak, inflasi juga tidak mungkin terelakkan.
Penyebab Inflasi
Inflasi yang terukur tidak berarti selalu jelek loh. Itu bisa diartikan kondisi perekonomian di daerah “X” sedang naik. Tapi lain cerita kalo inflasinya naik turun nggak karuan, pasti ada sistem yang salah. Nah, yuk kita lihat apa aja yang mempengaruhi inflasi
1. Kenaikan Gaji Karyawan
Pas kita ngobrolin ekonomi klasiknya Adam Smith, kita kan sudah sepakat tuh bahwa menaikkan gaji karyawan berpotensi menambah biaya perusahaan. Akhirnya si perusahaan ngebebanin ke produknya, akibatnya harga barang terkerek naik.
Jangan lupa pula bahwa semakin sejahtera karyawan, maka nilai permintaan akan ikut naik. Tau kan akibatnya? Yes, harga juga merangkak naik.
Mau inflasi ga tinggi-tinggi banget? Pertama, stop minta kenaikan gaji ke bos Anda!
2. Impor Barang
Ahhaaiy, ni poin sering banget dikritik orang! Berapa sih nilai impor migas dan nonmigas Indonesia? Saya comot dari buku laporan BPS nih.
Lumayan tinggi lah ya, di Juni 2016 nilai impor Indonesia sebesar US$12,02 miliar atau naik 7,86 persen dibanding impor Mei 2016. Tapi ternyata nilai ekspor Indonesia lebih tinggi loh, yaitu sebesar US$ 12,9 miliar di Juni 2016. So sebenarnya oke-oke aja, neraca perdagangan negeri kita masih bagus banget!
Namun demikian, kita musti pelajarin lebih dalam tentang “ketergantungan impor”. Sejujurnya, Indonesia mengimpor paling besar di mesin dan peralatan mesin. Efeknya, perubahan harga di unit itu akan berdampak cukup tinggi terhadap volatilitas harga. Selain itu, perlu diperhatikan juga kondisi ekonomi Tiongkok, Jepang, dan Thailand yang merupakan top three pemasok barang negara ini.
3. Pajak dan Nyetak Duit Baru
Kalo poin ini ga perlu panjang lebar lah ya, penggabungan kebijakan moneter dan fiskal. Pajak mendorong orang untuk menaikkan harga. Intinya agar enggak rugi, dan itu bisa dimaklumi. Pembebanan pajak pasti akan dilimpahkan ke konsumen.
Kemudian beberapa kali saya dengar dan baca ada orang nyeletuk, “Kenapa BI ga cetak uang sebanyak-banyaknya agar perekonomian rakyat membaik?
Hati-hati kawan, mencetak uang bukan perkara mudah. Jika BI mencetak tanpa dasar perhitungan ekonomi yang bagus, bukannya sejahtera malah akan berdampak sebaliknya. Inflasi akan naik luar biasa tak terkendali. FYI, BI merilis berita kalo mereka nganggarin sekitar 3,5 triliun untuk sekali mencetak dan mendistribusikan uang ke seluruh Indonesia. Gede juga kan?
Trus, Bagaimana Harus Menyikapi Inflasi?
Santai, tarik napas dalam-dalam, baru beraksi. Buat Anda yang belum memiliki produk investasi, ada baiknya mulai memikirkan investasi jangka panjang. Jaman dulu kala, Bapak saya enggak tau apa itu inflasi. Tapi Beliau menyimpan uangnya dalam bentuk ternak dan emas untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Generasi Y lebih hebat lagi, investasinya benar-benar sudah disadari mulai dari yang konservatif macam properti, emas, tanah sampai ke level advance seperti saham, reksadana, bahkan ETF. Tapi, jangan lupa untuk belajar dulu tentang properti atau saham ya jika memang sudah siap.
Pertanyaan selanjutnya akan muncul, apa iya investasi kita bisa lebih tinggi daripada inflasi? Kadang saham jebloook banget, tapi di saat bersamaan emas lagi naik. Trus investasi mana yang harusnya dipake?Bingung milih saham atau reksadana? Pepatah kuno bilang,
“Jangan menaruh seluruh telur dalam satu keranjang”
Itulah kenapa perlu mencampur produk-produk investasi milik Anda, jangan terpaku pada satu produk. Terkadang investor terlalu terbawa suasana ketika salah satu produk investasinya menjulang tinggi, hingga malas buat mendiversifikasikan ke produk investasi lainnya. Ada banyak pilihan yang layak dipertimbangkan, tapi sesuaikan dengan budget yang dimiliki. Satu hal lagi, jangan pernah berutang untuk investasi!
Wassalamualaykum pedagang se-Indonesia!
dani mengatakan
Banyak yang masih belum percaya kalau inflasi itu nyata adanya. Hanya berkata, kenaikan harga hanya takdir tuhan. 😀
diskartes mengatakan
Wahaha…lucu nih quotenya…
Tapi semua emang diawali dengan takdir Tuhan mas.. 😀
isnuansa mengatakan
Halo Mas, makasih sudah mampir blog saya. Kunjungan balik sambil baca-baca tulisan tentang investasi di sini. Saya newbie soalnya. *salim*
diskartes mengatakan
wahaha,, silakan mbak…
Cukup dibaca aja, biar suami yang praktekin.
😀
nia nastiti mengatakan
Inflasi ini hal paling mengerikan. Nyata banget tiap abis lebaran dari tukang nasi goreng sampai ibu kost pada naekin tarif. Pahit Kaak…
diskartes mengatakan
Wakaakaaa…
nasi goreng sampai diamatin..balada anak kos ya Nia.. 😀
nia nastiti mengatakan
Iya soalnya sering jajan kwetiaw di tukang nasgor, haha
Dede mengatakan
Paling enak nabung di bpr bungga pasti di atas inflasi 9,25%…orA mikir
diskartes mengatakan
Oh iya,, saya malah baru tau…