Rilis resmi dari Bank Indonesia menyatakan bahwa suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi 5,25% di bulan November 2022. Kenaikan ini diumumkan setelah Rapat Dewan Bank Indonesia pada 16-17 November 2022 lalu. Angka ini naik sebesar 50 basis poin (bps) jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Tak hanya suku bunga acuan saja yang naik, pihak BI pun menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 50 bps di angka 4,5% serta lending facility sebesar 50 bps juga di mana menjadi 6,0%.
Berbagai reaksi pun muncul sejak pengumuman ini. Banyak yang menganggap bahwa kenaikan suku bunga acuan ini akan menggerek naik harga-harga komoditi di pasaran, cicilan KPR pun ikutan naik juga dan muncul asumsi negara semakin susah. Gelombang ketakutan pun mulai menjalar.
Tentu saja semua hal yang terjadi ada alasan dan dampaknya. Nah, untuk meredam ketakutan sebaiknya kamu tahu landasan suku bunga acuan dinaikkan, dampak dan cara mengatasinya.
Alasan Naiknya Suku Bunga Acuan
Suku bunga acuan Bank Indonesia telah naik selama empat bulan berturut-turut dari Agustus 2022. Jika diakumulasikan, total kenaikan suku bunga acuan BI adalah 1,75% dibandingkan sebelumnya yang ada di level 3,5% di bulan Juli 2022. Harus diakui bahwa suku bunga BI 5,25% merupakan yang tertinggi sejak bulan September 2019 atau lebih dari tiga tahun terakhir.
Lantas apa yang menyebabkan Rapat Dewan Bank Indonesia memutuskan menaikkan suku bunga acuan?
Mengutip pernyataan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers yang berlangsung secara virtual, pada Kamis 17 November lalu ada beberapa poin yang menjadi alasan utamanya yaitu :
- Keputusan menaikkan suku bunga acuan sebagai langkah front loaded, preemptive dan forward looking dalam rangka menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi. Hal ini dilakukan untuk bisa memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 3% plus minus 1% lebih awal di paruh pertama tahun 2023
- Bank Indonesia juga memperkuat kebijakan stabilisasi dari nilai tukar rupiah agar bisa sejalan dengan nilai fundamental yang disebabkan kuatnya mata uang dolar Amerika Serikat dan tingginya tingkat ketidakpastian pasar keuangan global di tengah terjadinya peningkatan permintaan ekonomi domestik yang naik.
Jika melihat alasan di atas, sedikit ada harapan yang bisa kita sematkan bahwa semoga menjelang paruh pertama tahun 2023, kondisi ekonomi negara kita lebih membaik juga secara global. Nah, bagaimana dampak dari naiknya suku bunga acuan? Mari kita lihat.
Dampak Naiknya Suku Bunga Acuan – Dampak Positif
Nilai tukar mata uang rupiah menguat
Dengan kenaikan suku bunga acuan, rupiah bisa menguat. Lantaran dengan hal ini akan membuat modal asing masuk ke Indonesia di mana mereka tertarik untuk berinvestasi karena imbal hasil dari surat utang Indonesia yang lebih menarik.
Ini bisa mencegah aliran modal keluar jadi nilai tukar rupiah bisa lebih stabil.
Ngomongin soal rupiah yang bisa naik turun, ada baiknya kamu simak video berikut ini. Bagus banget buat nambah wawasan.
Bisa mengendalikan inflasi
Seperti yang diungkapkan oleh Gubernur BI di atas, kenaikan suku bunga acuan diharapkan bisa mengendalikan inflasi agar tidak lebih tinggi. Namun, ini akan terasa ke jangka panjang karena inflasi yang terjadi saat ini disebabkan oleh kenaikan komoditi makanan dan energi, bukan berasal dari banyaknya pasokan uang.
Imbal hasil dari surat utang naik
Salah satu jenis investasi yang merasakan dampak positif dari kenaikan suku bunga acuan adalah surat utang negara. Investor yang membeli surat utang negara akan merasakan imbal hasil dari kenaikan ini.
Modal asing masuk ke Indonesia
Hal ini tentunya menjadi daya tarik bagi investor asing. Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan akan mengecilkan selisih bunga atau imbal hasil dengan surat utang Amerika Serikat.
Selain itu, kenaikan suku bunga acuan juga bisa mencegah aliran modal asing keluar.
Bunga deposito naik
Instrumen investasi lainnya yang juga mendapatkan efek positif dari kenaikan suku bunga acuan adalah deposito. Ini seperti win-win solution bagi semua pihak; deposan senang karena imbal hasilnya naik, uang tetap ada di perbankan dan tidak dialihkan ke aset lainnya.
Kompensasi penurunan devisa hasil ekspor
Naiknya suku bunga acuan akan mewaspadai pembalikan dari harga komoditas yang tengah melambung tinggi, kondisi ini menguntungkan bagi Indonesia sebagai negara pengekspor sejumlah komoditi.
Intinya, suku bunga dinaikkan supaya mencegah aliran modal keluar, untuk bisa mengkompensasi penurunan devisa ekspor dari berbagai komoditas.
Dampak Naiknya Suku Bunga Acuan – Dampak Negatif
Bunga kredit akan naik
Kenaikan yang dialami oleh bunga deposito membuat pihak perbankan mesti membayarkan imbal hasil deposito ke nasabah lebih tinggi. Di sini perbankan akan berusaha menaikkan suku bunga kredit agar tidak menanggung beban cost of fund yang terlalu tinggi.
Nah, ini ada yang menarik juga nih terkait bunga kredit utamanya KPR, dan wajib kamu dengerin.
Daya beli masyarakat dan bisnis bisa menurun
Kenaikan bunga kredit akan berimbas pada menurunnya daya beli masyarakat seperti rumah dan kendaraan dengan sistem kredit. Masyarakat akan pikir dua kali karena bunga floating akan menjadi lebih tinggi.
Kenaikan suku bunga kredit akan dibarengi dengan biaya hidup yang naik karena inflasi, efeknya daya beli masyarakat akan turun. Ada kelompok masyarakat yang rentan dengan hal ini di mana semakin mereka bergantung dengan utang maka semakin berat beban hidupnya.
Di sisi pelaku bisnis, naiknya bunga kredit akan berdampak di modal usaha. Umumnya mereka mendapatkan modal usaha dari pinjaman bank. Naiknya bunga pinjaman maka biaya produksi pun akan naik.
Pertumbuhan kredit di perbankan jadi terganggu
Seiring naiknya bunga kredit, maka akan berdampak di pertumbuhan kredit perbankan. Di mana masyarakat akan berpikir dua kali untuk mengambil pinjaman di bank. Selain pertumbuhan kredit terganggu, risiko kredit macet pun akan besar.
Membaca dampak negatif memang ngeri-ngeri sedap. Tapi, perlu diingat ada sejumlah dampak positif juga di balik kenaikan suku bunga acuan ini. Agar tidak menjadi overthinking dengan keadaan, sebaiknya kamu tahu bagaimana cara mengatasi kondisi ini.
Cara Mengatasi Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan
Melunasi pinjaman konsumtif
Jika kamu memiliki beberapa pinjaman, coba dibuat list pinjaman yang sudah berjalan. Untuk pinjaman konsumtif seperti paylater, usahakan bisa dilunasi. Karena secara langsung semua pinjaman akan mengalami kenaikan seiring dengan naiknya bunga kredit.
Take over KPR ke bank yang menawarkan bunga lebih rendah
Memiliki KPR tentunya bikin ‘sakit kepala’ dengan naiknya suku bunga ini. Pasalnya, ini akan berimbas ke cicilan per bulan. Kenaikannya pun lumayan bikin senam jantung. Nah, apabila kondisi keuangan kamu tidak sanggup dengan kenaikan cicilan, maka pilihan take over KPR ke bank yang menawarkan bunga lebih rendah bisa dijadikan solusi.
Mengalihkan simpanan perbankan ke instrumen investasi
Bukan berarti kamu mengalihkan semua isi tabungan ya. Di sini maksudnya, kamu bisa membagi uang yang kamu miliki ke beberapa instrumen investasi yang menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi daripada laju inflasi, seperti reksa dana pasar uang, reksa dana saham, atau surat utang negara.
Kendalikan nafsu belanja dan traveling
Sekarang ini zaman serba mudah. Enggak punya uang untuk jalan-jalan atau belanja bisa paylater maupun pinjol. Inilah gaya hidup yang mesti diperbaiki.
Sebenarnya tidak ada masalah jika kamu mengajukan pinjaman di pinjol atau menggunakan paylater. Pastikan kamu memiliki dana untuk membayarnya tiap bulan dan tidak mengganggu aliran cash flow.
Nah, di kondisi sekarang ini sebaiknya kamu lebih mengendalikan diri untuk tidak berbelanja barang konsumtif dan traveling yang belum urgen dilakukan.
Setiap masalah yakin akan ada solusinya. Begitupun dengan kondisi kenaikan suku bunga acuan ini. Khawatir boleh tapi jangan sampai overthinking. Mari sama-sama berdoa semoga kondisi ini bisa terlewati dan ekonomi kembali stabil!
Jangan lupa untuk subscribe channel YouTube Diskartes dan juga Podcast Diskartes untuk berbagai ilmu perencanaan keuangan, investasi, dan ekonomi seru lainnya ya.