Namanya juga manusia, sudah biasalah selalu didatangi oleh masalah. Tapi, khusus untuk masalah keuangan, sebenarnya yang datang dan dialami itu akar permasalahannya sama. Itu-itu saja. Enggak tahu juga, kenapa kita selalu susah untuk mengambil pelajaran berharga dari sebuah kesalahan. Kalau perlu, kita seharusnya belajar dari kesalahan orang lain, sehingga kita enggak melakukan kesalahan yang sama.
Tapi, entahlah, masalah keuangan itu sebenarnya ya hanya itu-itu saja sih.
Setiap orang sebenarnya memiliki peluang dan kemampuan untuk bisa belajar mengelola keuangan, tapi sayangnya, masih banyak yang belum menyadari akan hal ini.
Jadi, apakah kamu juga mengalami beberapa masalah keuangan klasik ini–yang mbulet aja di antara orang-orang? Kalau iya, kamu harus segera menyadari dan kemudian segera “mencari pertolongan”.
Beberapa Masalah Keuangan Klasik yang Selalu Saja Diulang dan Terjadi
1. Terlilit utang
Utang itu bisa membawa manfaat, pun mendatangkan mudharat. Tinggal yang mana yang akan kamu rengkuh dan menjadi bagian dari hidupmu.
Sayangnya, terlalu banyak orang yang berutang tanpa perhitungan yang matang. Apalagi kalau lagi pertama kalinya pegang kartu kredit. Duh. Padahal kasusnya sudah banyak, mengapa pula enggak belajar dari jatuhnya orang lain dalam lubang yang sama?
Utang memang bisa menolong di satu sisi, sebagai jalan kita untuk mencapai sesuatu yang butuh biaya besar tetapi di masa depan sesuatu itu akan membuat kualitas hidup kita lebih baik. Salah satunya kredit kepemilikan rumah.
Namun, tentu saja, utang harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pastikan kita benar-benar mampu membayarnya. Adalah penting untuk dapat memilah, mana yang perlu dibeli dengan utang dan mana yang harus dengan cara menabung saja.
Kamu sendiri yang bisa memutuskannya.
2. Nggak punya tabungan
Jangankan investasi, tabungan biasa saja enggak punya. Alasannya banyak! Mulai dari uang gaji selalu habis untuk bayar ini itu, termasuk bayar tagihan, bayar sewa, sampai bayar utang, hingga alasan merasa tabungan tak terlalu penting. Sekarang saatnya senang-senang!
Ini masalah keuangan yang sangat klasik, terutama sering dialami oleh para first jobber, dengan alasan gaji masih kecil, hanya cukup buat hidup di rantau.
Padahal, kuncinya ya lagi-lagi terletak pada masalah pengelolaan uang. Bahkan di masa krisis pun penting untuk menabung, apalagi jika kondisimu sekarang baik-baik saja.
Ayo, periksa catatan keuanganmu, terutama keseimbangan pengeluaran dan pemasukannya. Coba cari celah, di mana kamu bisa menghemat, anggaran apa yang bisa dikurangi, demi bisa menabung.
Ingat, kondisi kita bisa saja tak selamanya baik. Akan ada saat ketika semua terasa sulit, dan hanya bisa “diselamatkan” oleh dana darurat aka uang tabungan. Seperti di awal-awal pandemi kemarin.
Hayo, siapa yang di awal pandemi sempat galau karena pemasukan berkurang? Masa sih masih belum bisa mengambil pelajaran berharga dari masa sulit ini? Belum lagi ada prediksi resesi akan segera datang loh!
Nah, gimana kita bisa bertahan jika tanpa tabungan?
3. Selalu telat memenuhi kewajiban
Telat bayar PDAM, sampai air harus mati duluan. Telat beli token listrik, sampai rumah atau apartemen sempat gelap gulita. Telat bayar tagihan kartu kredit, sampai harus bayar denda.
Duh, padahal hal-hal seperti ini seharusnya menjadi pos pengeluaran yang rutin ada setiap bulan, kan? Kenapa sampai telat bayar? Kamu enggak ada budgeting alias nggak pernah membuat anggaran bulanan?
Padahal, dengan mencatat pengeluaran dan kemudian membuat budgeting, kamu bisa mengalokasikan gaji di pos rutin yang sangat esensial ini.
4. Uang untuk keperluan penting terpakai untuk keperluan yang lain (yang malah enggak penting)
Karena enggak ada budgeting dan nggak punya perencanaan keuangan yang baik serta menyeluruh, kamu jadi enggak pernah punya tujuan keuangan. Punya mimpi sih, juga punya keinginan ini itu, tapi ya sebatas itu saja, karena kamu belum pernah duduk dan kemudian menghitung kebutuhan dana untuk mewujudkan cita-cita dan mimpimu.
Akibatnya, uang pergi ke mana, enggak pernah terlihat jejaknya. Hasil dari pemakaian uang juga enggak kelihatan. Parah lagi, kamu enggak pernah punya dana atau modal untuk mewujudkan mimpi besarmu.
Masalah keuangan ini sering banget dialami oleh mereka yang memang belum memiliki literasi keuangan yang baik. Tapi, kamu–kalau kamu sudah sering membaca blog ini–pasti literasi keuangan kamu sudah bagus.
Seharusnya kamu sudah tidak lagi mengalami masalah keuangan satu ini. Ya kan?
5. Merasa miskin terus-terusan
Ya, kebutuhan hidup kita tuh memang akan selalu lebih banyak ketimbang uang yang kita punya. Meskipun gaji sekelas CEO, kebutuhan juga akan semakin membesar seiring penghasilan yang bertambah juga. Itu sudah hukum alam.
So, kamu enggak bisa menyalahkan kebutuhan. Coba cek, apakah seiring penghasilan bertambah, gaya hidupmu juga “naik kelas”? Kalau iya, ya enggak heran sih, pengeluaran juga menggelembung. Akibatnya, semakin banyak gaji, utang juga makin besar, semakin gaji tak ada sisa, akhirnya merasa miskin terus-terusan.
Boleh saja, menaikkan gaya hidupmu seiring kesuksesan yang kamu capai dalam hidup. Tapi, jangan sampai lupa hal esensial lainnya, alih-alih hanya yang tampak di mata saja. Misalnya, siapkan dana pensiun agar kamu bisa pensiun mandiri. Siapkan dana darurat sampai nominal ideal, dan seterusnya.
6. Nggak punya asuransi kesehatan
Masalah keuangan klasik lainnya adalah mengabaikan pentingnya asuransi kesehatan. Kalau sehat, males banget bikin karena prosedur dan preminya yang katanya lumayan. Begitu sakit, baru mengajukan kepesertaan. Setelah sembuh dari sakit, lupa bayar iuran. Nanti ketika sakit lagi, bingung karena biaya rumah sakit atau pengobatan enggak bisa diklaimkan.
Duh, masalah keuangan sejuta umat banget. Nggak heran BPJS Kesehatan defisit melulu, ya karena perilaku yang seperti ini. Maunya jadi anggota kalau sakit doang, selebihnya lupa bayar iuran premi.
Yuk, masukkan iuran premi ke dalam anggaran rutin! Kalau kamu bekerja di sebuah perusahaan, seharusnya sih sudah langsung dipotong. Ada baiknya, kamu pastikan lagi bahwa anggota keluargamu yang lain juga memiliki keanggotaan di asuransi kesehatan.
Kamu pekerja informal, freelancer, dan pemilik bisnis, jangan lupa membeli polis asuransi kesehatan sendiri ya.
7. Percaya investasi bodong
Masih saja banyak yang percaya investasi abal-abal, yang menjanjikan return tinggi dengan nol risiko.
Ingat, sekali lagi, tidak pernah ada investasi tanpa risiko, apalagi yang sekaligus menjanjikan return yang terlalu fantastis angkanya. Selidiki dulu hal-hal yang to good to be true seperti ini.
Investasi bodong begini kurang lebih sama halnya dengan dukun palsu, yang bisa melipatgandakan uang kliennya hanya dengan air dan jampi-jampi.
Coba cek beberapa ciri investasi aman yang sudah pernah diuraikan di blog ini, dan simak juga beberapa trik jitu menghadapi investasi bodong ini.
Belajarlah dari kesalahan orang lain ya. Jangan sampai kamu terjebak di masalah keuangan klasik ini.
Mau tahu lebih banyak masalah keuangan klasik yang sering dialami oleh orang-orang, supaya kamu bisa belajar dari pengalaman mereka?
Coba deh, baca buku Montalk.
Buku apa itu? Isinya apa? Yang nulis siapa? Harganya berapa? Gimana cara belinya? Kamu bisa baca langsung detailnya saja. Sudah cukup lengkap kok.
Baca buku ini, wawasan kamu akan luas, dan kamu akan aware terhadap berbagai hambatan dan masalah keuangan yang ada, sehingga kamu bisa melakukan beberapa langkah antisipatif.
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.