Pa kabar, buibu? Bagaimana rumah tangganya? Urusan ibu rumah tangga itu memang luar biasa. From A to Z. Mulai dari masak sampai pendidikan anak-anak. Terutama soal keuangan nih.
Mengatur keuangan rumah tangga itu enggak mudah. Semoga sih semua sudah mengerti ini ya. Butuh cara tersendiri untuk bisa membuat perencanaan keuangan dalam keluarga sehingga semua kebutuhan terpenuhi.
Nggak sekadar kebutuhan, banyak hal yang memengaruhi keuangan rumah tangga. Mengapa? Ya karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Keluarga itu bisa dikatakan komunitas kan? Kelompok, yang terdiri atas suami istri, anak, belum lagi ditambah oma opa, mertua, adik, kakak, om, tante, keponakan … Nah, banyak.
Apalagi yang namanya kebutuhan hidup tuh belakangan naik turun nggak keruan, tanpa bisa diprediksi. Belum lagi ada keperluan-keperluan mendadak. Anak tiba-tiba ada tugas sekolah ini itu, atuhlah jadi kudu keluar uang buat beliin bahan-bahannya. Eh, tahu-tahu ban mobil minta diganti, padahal mesin cuci di rumah juga rusak.
Makanya, kadang ya penghasilan sudah tetap, tapi ya tetap saja kurang. Maklum kok … maklum. Nah, makanya yuk, diatur lagi.
Cara Ibu Rumah Tangga Atur Keuangan
1. Miliki catatan penghasilan
Agar lebih efektif dalam mengatur keuangan, ibu rumah tangga harus punya catatan keuangan, yang meliputi catatan penghasian dan juga catatan pengeluaran. Apalagi jika income-nya lebih dari satu.
Bisa saja kan, ibu rumah tangga sih statusnya, tapi punya toko online. Atau mungkin buka warung kecil-kecilan di rumah. Atau jualan camilan. Nah, kalau ada penghasilan-penghasilan tambahan seperti ini jangan lupa juga untuk dicatat.
Ingat, meski suamilah yang menjadi pencari nafkah utama, bukan berarti kan hanya penghasilan suami yang bisa diperhitungkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kalau kamu bisa membantu finansial keluarga dan bisa menambah-nambah uang jajan, kan lumayan banget. Nah, berarti, penghasilan kamu yang “receh-receh” ini juga harus diperhitungkan.
Kalau kita tahu berapa pemasukan uang secara keseluruhan setiap bulan, pastinya kita juga akan lebih mudah untuk membuat anggaran dan mengatur pengeluaran nantinya.
2. Buat anggaran
Banyak perencana keuangan yang merekomendasikan kita membuat anggaran belanja dengan menggunakan persentase sebagai patokan alokasi untuk pos-pos kebutuhan hidup. Ada yang pakai 50:30:20, ada yang pakai 40:30:20:10. Mana saja bagus untuk kamu gunakan, asalkan sesuai dengan kondisi, kemampuan, dan kebutuhan.
Coba yuk, kita lihat satu per satu.
50:30:20
Formula ini bisa dipakai untuk 50% kebutuhan rutin, 30% untuk cicilan utang, 20% untuk belanja di luar kebutuhan rutin. Di dalamnya, kamu masih bisa membagi lagi sesuai kebutuhan, misalnya dalam kebutuhan rutin ada sekian persen untuk belanja beras dan lauk pauk, kemudian utilitas, hingga investasi. Sementara cicilan utang, dibagi lagi untuk cicilan motor, cicilan panci, dan sebagainya. Sementara 20% bisa kamu gunakan sebagian untuk sesekali makan di luar, atau yang lainnya.
40:30:20:10
Formula yang kedua ini lebih memisahkan investasi dari pos yang lainnya. Dengan demikian, alokasinya adalah 40% untuk kebutuhan rutin, 30% untuk cicilan utang, 20% untuk investasi, dan 10% belanja di luar rutinitas.
Nah, angka-angka di atas sebenarnya bukan angka mati. Kamu bisa mengubahnya sesuai kondisi keuanganmu. Misalnya saja, kamu memperbanyak kebutuhan rutin, karena cicilan utang sedikit. Ya boleh saja.
Intinya, semua kembali pada kondisi masing-masing.
3. Suami harus diberi peran juga
Masalah keuangan di rumah memang bisa jadi tugas ibu rumah tangga untuk mengaturnya. Tapi bukan berarti one man (atau woman) show. Pasangan alias suami juga perlu dilibatkan, terutama untuk menjaga kedisiplinan, kejujuran, dan komitmen masing-masing. So, kalau ada yang lupa, bisa saling mengingatkan.
Jadi, tentukan peran masing-masing, supaya tak ada dusta di antara kita.
Misalnya nih. Bisa saja, suami bertugas melunasi tagihan dan investasi. So, ambil alokasi yang sesuai dengan kesepakatan. Sisanya berarti harus dikelola untuk belajar kebutuhan rutin, cicilan utang, dan dana darurat, misalnya, dan itulah yang menjadi tugas ibu rumah tangga untuk mengelolanya.
Jadi jangan sampai nih, istri kasih laporan, “Cicilan bulan ini belum aman.” Dan, kemudian si suami ngegas, “Loh? Kok bisa? Emang gimana sih kamu ngaturnya?”
Jeng jeng.
4. Catat semua pengeluaran
Ibu rumah tangga wajib punya catatan pengeluaran, selain catatan penghasilan. Dengan adanya kedua catatan penting ini, kamu akan dapat mengetahui sirkulasi keuangan rumah tangga. Nantinya, kamu akan lebih mudah mengecek, ke mana saja uang pergi, digunakan untuk apa saja, dan kalaupun ada kesalahan atau mungkin boncos, kamu bisa mengetahui masalahnya di mana. Ke depannya, kamu juga lebih mudah untuk mencari solusi agar tak terjadi kesalahan yang sama.
Cobalah membuatnya dalam bentuk tabel, agar lebih mudah kamu membacanya dan mereviewnya secara berkala nanti. Kamu bisa mencari contoh perencanaan keuangan yang paling mudah dan sederhana yang bisa kamu lakukan di internet.
5. Miliki pos dana darurat
Dana darurat adalah pos wajib yang harus dimiliki oleh ibu rumah tangga. Pasalnya, ya gitu deh, di rumah suka terjadi berbagai surprise yang bikin ketar-ketir kalau kita enggak pegang uang sama sekali.
Mesin cuci rusak, genting bocor, kamar mandi mampet, kompor perlu diservis, laptop suami yang dipakai kerja ngadat, seragam anak robek harus beli baru, endebre endebre.
Tanpa ada dana darurat yang memadai … ulala. Bisa-bisa terancam deh pos kebutuhan yang lain. So, ini penting ya, baik untuk rumah tangga berpenghasilan 2 juta, 4 juta, 10 juta, sampai ratusan juta per bulan.
Dana darurat itu penting, dan setidaknya milikilah hingga 3 kali pengeluaran bulanan. So, misalnya sebagai ibu rumah tangga, kamu mencatat pengeluaran rata-rata Rp5 juta per bulan, maka sebaiknya targetkan untuk memiliki dana darurat sebesar Rp15 juta.
Dana darurat tak hanya berperan penting bagi kebutuhan mendadak, tapi juga bisa menjadi jaring pengaman misalnya (amit-amit) si pencari nafkah utama gagal melaksanakan tugas. Dengan adanya dana ini, setidaknya sampai 3 bulan ke depan, kamu masih akan tetap bisa hidup seperti biasa, tanpa harus menambah utang ataupun menjual aset. However, karena “hanya” 3 bulan, ya kudu segera dicari solusi ya.
Dan, jangan lupa, setelah dipakai, kamu harus berkomitmen untuk mengembalikan dana ini lagi ke nominal semula.
6. Miliki proteksi
Selain dana darurat, satu lagi jaring pengaman yang penting untuk dimiliki oleh setiap rumah tangga berpenghasilan berapa pun. Yaitu asuransi.
Ada dua jenis asuransi yang wajib dimiliki, yang pertama adalah asuransi kesehatan. Tak hanya suami yang bekerja saja yang harus punya asuransi kesehatan, ibu rumah tangga dan anak-anak juga harus punya. Minimal BPJS Kesehatan, yang preminya bisa menyesuaikan penghasilan dan coverage-nya cukup lengkap. Kalau misalnya ada orang tua atau mertua uang juga menjadi tanggungan, maka pastikan mereka juga memiliki BPJS Kesehatan ya.
Asuransi kedua wajib dimiliki oleh pencari nafkah, yaitu asuransi jiwa. Dengan adanya asuransi jiwa, jika ada hal yang tak diinginkan pada si pencari nafkah, uang pertanggungannya akan dapat digunakan oleh ahli waris untuk menyambung hidup sementara, hingga mendapatkan solusi terbaik.
7. Disiplin!
Adalah percuma, kalau kamu sudah melakukan pencatatan, bikin anggaran, punya proteksi, tapi ternyata enggak disiplin.
Belanja tidak dengan bijak atas nama ‘mumpung diskon’ sampai utang yang cicilannya jadi lebih dari 30%, melalaikan investasi karena uangnya kepakai buat kebutuhan lain, lupa bayar premi, dana darurat terpakai untuk belanja dan malas mengembalikan. Itu adalah beberapa hal self sabotage yang sering banget terjadi. Ibu rumah tangga mana pun juga tetap berisiko untuk melakukannya, kalau tidak punya disiplin diri yang tinggi.
Nih, coba simak bagaimana supaya bisa belanja secara asyik dan logis ala Andhika Diskartes.
So, pastikan kamu disiplin dan berkomitmen ya, setelah melakukan semua hal di atas. Jangan lupa untuk saling mengingatkan juga dengan pasangan. Kalianlah yang akan menjadi kendali satu sama lain, sehingga komunikasi harus tetap terjaga.
Jangan lupa untuk subscribe channel YouTube Diskartes dan juga Podcast Diskartes untuk berbagai ilmu perencanaan keuangan, investasi, dan ekonomi seru lainnya ya.
Juga follow Instagram Diskartes dan Value Magazine, supaya enggak ketinggalan berbagai update, tip, dan informasi seputar keuangan, bisnis, dan investasi.