Sandwich itu enak! Tapi, katanya, jadi generasi sandwich, atau sandwich generation, itu nggak enak. Bener nggak sih?
Katanya, menjadi generasi sandwich itu berarti kita menanggung hidup 2 generasi, yaitu orang tua sekaligus anak-anak kita. Akibatnya, yang seharusnya penghasilan bisa dipakai untuk membiayai hidup 1 rumah tangga, jadi harus bertambah. Beban semakin berat, tanggung jawab semakin besar. Hal ini lantas disinyalir menjadi penyebab semakin rentannya generasi terhadap stres, sehingga memengaruhi kesehatan mental.
Hmmm, ada yang merasa seperti itu enggak sih? Yuk, coba share di kolom komen ya, kalau kamu memang sekarang sedang menghadapi situasi seperti ini.
Saya sendiri juga termasuk generasi sandwich sih, sebenarnya. Tapi alih-alih saya menerimanya sebagai tambahan beban, saya justru menganggapnya sebagai proses pembelajaran diri supaya semakin bertanggung jawab dan mencintai keluarga. Karena, you know, selalu ada dua sisi di setiap hal, dan saya selalu memilih the bright side-nya supaya hidup juga lebih mudah dijalani.
So, masalahnya tinggal soal komunikasi serta kesepakatan mengenai kontribusi masing-masing. Memang adalah penting untuk mencapai kesepakatan dulu, setelah sebelumnya dikomunikasikan. Didiskusikan. Harus dipahami juga, bahwa selalu ada konsekuensi di setiap keputusan yang diambil, termasuk ketika kita memutuskan untuk ikut ambil bagian dalam merawat orang tua kita.
Jadi, merawat orang tua itu pilihan? Iya, menurut saya sih gitu. Kita boleh kok memilih untuk tidak merawat orang tua, tapi tentu harus siap juga dengan konsekuensinya, sebesar apa pun itu.
Salah satu permasalahan yang sering muncul ketika kita akhirnya harus menjalani status sebagai generasi sandwich adalah masalah keuangan. Karena, bagaimanapun, penghasilan kita akan harus dibagi lagi ke pos tambahan lainnya, yang akan kita berikan untuk keluarga besar.
Terus, gimana caranya bisa mengatur keuangan kita dan menemukan solusi sandwich generation kalau seperti ini?
7 Langkah Mengatur Keuangan Generasi Sandwich
1. Terbuka dengan pasangan
Saat kita sudah memiliki keluarga sendiri, pasangan akan menjadi partner hidup yang harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan, terutama keputusan besar seperti ketika kita memutuskan untuk ikut merawat orang tua.
So, terbuka pada pasangan seharusnya sudah dilakukan sejak awal, bahkan sebelum menikah dan menjadi pasangan pengantin baru. Ceritakan kondisinya, dan diskusikan langkah terbaiknya.
Saling terbuka menjadi kunci dari komunikasi, dan keberhasilan mengelola keuangan generasi sandwich ke depannya. Capai kesepakatan yang seimbang dan merugikan salah satu pihak.
2. Alokasikan khusus sesuai kesepakatan
Manusia pada dasarnya memang banyak maunya–banyak kebutuhan, tetapi yang namanya rezeki ya masing-masing sudah ada jatahnya. Tinggal bagaimana kita mengelolanya, agar dengan penghasilan yang sesuai jatah itu bisa jadi mencukupi semua kebutuhan.
Saat kita menjadi generasi sandwich, maka akan ada pos pengeluaran yang harus ditambahkan. Saya sendiri juga begitu, punya pos yang namanya pos keluarga. Alokasikan sebagian penghasilan ke pos ini, lakukanlah di awal bulan atau ketika kamu sedang budgeting untuk kebutuhan sebulan. Pos ini biasanya dipakai, misalnya, untuk menggaji perawat khusus lansia, kebutuhan obat-obatan yang rutin untuk orang tua, dan sebagainya.
Catatlah setiap pengeluaran yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan keluarga besar, dan setop ketika sudah melampaui anggaran. Memang kadang kita harus menganalisis dan mempertimbangkan dengan bijak, kapan kita melonggarkan anggaran dan kapan kita harus tegas menghentikan pengeluaran.
Sesuaikanlah dengan kondisimu ya.
3. Amankan dana darurat
Satu hal yang harus diingat, dana darurat sangat penting kamu miliki terutama jika kamu harus membiayai hidup banyak orang. Jadi, pastikan dana daruratmu aman ya.
Akan banyak kebutuhan mendadak ketika kita menjadi generasi sandwich, mulai dari memperbaiki peralatan bagian-bagian rumah yang rusak, atau biaya obat yang tidak termasuk dalam pengeluaran rutin, dan sebagainya.
Dana darurat bagi generasi sandwich yang harus menanggung biaya hidup keluarga besar pastinya akan lebih besar ketimbang dana darurat keluarga biasa, sekitar 10 – 12 kali pengeluaran per bulannya.
Ini tentu angka yang cukup besar ya, sehingga kamu perlu mempunyai kebiasaan menabung yang rutin dan konsisten.
4. Skala prioritas
Yep, seperti yang sudah dijelaskan di atas, mungkin akan ada saatnya kita diharuskan untuk memilih opsi yang sama-sama sulit. Kondisi ini tak jarang akan kamu alami sebagai generasi sandwich lo, seakan terjepit di dua kebutuhan besar: kebutuhan keluargamu sendiri dan kebutuhan keluarga besarmu.
Kalau sudah seperti ini, lagi-lagi berkomunikasilah dengan pasangan–terutama–dan juga keluarga besarmu, dan tentukan prioritasmu.
Enggak akan menyarankan bahwa kita harus mendahulukan kepentingan keluarga kita sendiri dulu. Enggak, karena ini tergantung masalah yang timbul dan mau dipecahkan. Situasinya kan akan berbeda satu sama lain, jadi kamu sendirilah yang harus memutuskan, prioritas yang mana.
5. Investasi tepat
Karena kebutuhan lebih banyak, maka untuk tujuan keuangan yang besar–misalnya seperti pendidikan anak, atau dana pensiun–ya kita harus membantu diri sendiri dengan investasi.
Sesuaikan dengan tujuan keuanganmu ya, pastikan kamu memilih instrumen yang tepat. Pertimbangkan juga profil risiko dirimu sendiri. Lakukan diversifikasi, agar tujuan keuanganmu tetap aman ketika portofoliomu kurang perform.
6. Lengkapi asuransi kesehatan
Akan membantu juga jika kamu membuatkan asuransi kesehatan untuk orang tuamu atau siapa pun yang menjadi tanggunganmu.
Biaya pengobatan itu mahal lo! Apalagi kalau mesti pakai rawat inap, bisa kebobolan beneran deh nanti kalau kamu enggak siap dengan asuransi.
Untuk permulaan, kamu bisa mengikutsertakan mereka dalam program BPJS Kesehatan. Cover-nya cukup lengkap, dengan premi yang cukup terjangkau. Lalu, evaluasi lagi, apakah perlu menambah dengan asuransi lain? Sesuaikan dengan kondisimu dan kelaurga besarmu ya.
7. Persiapkan diri sendiri
Kita mungkin rela-rela saja menjadi generasi sandwich, demi membantu keluarga besar. Tetapi, lebih baik hindarkan diri sendiri dari peluang menjadi beban anak-anak kita kelak, sehingga mereka pun menjadi generasi sandwich yang baru.
Karena itu, persiapkan diri untuk menjadi pensiunan mandiri sejak sekarang. Menabung dan investasilah untuk bekal pensiun nanti. Banyak cara yang bisa ditempuh, asalkan kamu konsisten, pasti bisa tercapai.
See? Nggak ada masalah dengan menjadi generasi sandwich. Yang penting kita tahu cara yang benar untuk mengatur keuangan, terbuka, dan disiplin dengan diri sendiri. Tapi, juga jangan lantas keenakan. Siapkan diri sendiri untuk menjalani masa pensiun secara mandiri!
Bisa nggak ya? Bisa dong!
Semangat!
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.
Maris mengatakan
Setuju Banget! Selalu ada jalan keluar di setiap masalah, bahkan mungkin bisa bikin kita jadi lebih baik! Terima Kasih Artikelnya kak 🙂