Cashless sudah menjadi gaya hidup kekinian, yang dianut oleh orang-orang yang melek teknologi. Apakah kamu juga salah satu yang termasuk dalam generasi ini–yang mengandalkan kartu dan dompet digital untuk bertransaksi di mana pun, kapan pun?
Sebenarnya salah juga sih kalau dibilang, cashless ini hanya bisa “dikonsumsi” oleh para generasi muda, semisal milenial atau generasi Z. Siapa pun bisa jadi generasi cashless, selama dia punya smartphone dan bisa mengoperasikan berbagai aplikasi dompet digital, kartu-kartu, atau virtual account. Iya nggak sih?
Jadi, ya jangan salah kaprah sejak dari pemahaman ini aja.
Kepraktisan gaya hidup cashless sudahlah jangan ditanya lagi. Banyak keuntungannya, antara lain:
- Lebih praktis, iya. Sudah disebutkan. Mau belanja juga di setiap toko sekarang ada mesin EDC.
- Dompet juga nggak ketebelen buat nyimpen duit (kayak horangkayah, tapi ternyata duitnya marebuan semua).
- Acara antre di mesin ATM juga semakin berkurang, karena transfer-transfer bayar ini itu udah dari internet atau mobile banking aja.
- Alasan terakhir nih, banyak promo! Cashback-lah, point reward-lah, diskon pemakaian, tebus murah, … just name them.
Nah, biasanya sih alasan terakhir ini yang bikin kita jadi kalap mengeluarkan uang–padahal ya sebenarnya enggak butuh-butuh amat. Karena harus ngejar poin 100, ya jadi mesti genapin belanja jadi Rp500.000. Padahal butuhnya sebenarnya cuma harus ngeluarin duit Rp200.000. Biar dapat agenda eksklusif, ya jadi ngopi-ngopilah biar kekejar. Padahal ya sebenarnya udah jatah ngopi sachetan aja.
Hayo, siapa yang suka gini?
Memang praktis sih, hanya saja godaannya juga enggak kalah banyak. Jadinya, ya mesti pinter-pinter atur pengeluaran. Maunya praktis, malah jadi nangis, ntar.
Mari menjadi generasi cashless yang cerdas! Caranya?
1. Cek kemampuanmu
Ini sih nasihat ‘kuno’ yang sudah sangat klise. Nggak hanya berlaku buat para generasi cashless, tapi buat semua orang yang hidup di zaman modern–zaman media sosial.
Hiduplah sesuai kemampuanmu.
Kayaknya sepele ya? Common sense-nya sih seharusnya ini bisa dilakukan oleh semua orang secara otomatis. Tapi ternyata enggak juga tuh. Banyak yang enggak sadar akan kemampuan diri sendiri.
Akibatnya, gesek sana-sini, tanpa perhitungan hanya karena rasanya kok mudah banget ya belanja ituh? Dan kemudian datanglah tagihan, yang akhirnya bikin shock.
Iya, ini kisah yang sangat klise. Seharusnya dengan zaman yang semakin modern, kita juga makin wise dalam apa pun. Ternyata selalu saja ada kasus baru dengan masalah yang sama.
Hidup sesuai kemampuan adalah koentji. Ingat ya.
2. Selektif memilih alat transaksi
Banyak sekali produk cashless yang ditawarkan oleh berbagai pihak pada kita, sebagai generasi cashless, mulai dari kartu debit dan kredit, dompet digital, E-money, sampai virtual account. Semua praktis dan memiliki kegunaan sendiri-sendiri. Semuanya menawarkan keunggulan masing-masing, yang memberi kita berbagai kemudahan.
Dari tiap jenisnya saja juga macam-macam, karena pembuatnya juga sudah semakin banyak sekarang. Misalnya saja dompet digital, sudah ada berapa hayo, yang sekarang sudah aktif dipergunakan oleh generasi cashless ini? Puluhan, bisa jadi.
Lalu, apakah kamu harus memiliki semuanya?
Begitu juga dengan credit card? Perlukah kamu memiliki credit card dari beberapa penerbit sekaligus? Kalau jawabanmu iya, semoga sih kamu benar-benar punya alasan yang sangat kuat, plus memiliki strategi mumpuni untuk mengelolanya.
3. Cerdas dan bijak menggunakannya
Nah, ini dia nih, yang sempat dibahas di poin kedua. Mau berapa pun jenis alat transaksi cashless yang kita miliki, kitalah yang harus pegang kendali. Jangan sampai malah si alatnya yang pegang kendali kita.
Iya nggak?
Tawaran berbagai promo–seperti yang sempat disebutkan di atas–memang yang paling menggoda, sehingga mendorong niat kita belanja secara impulsif–belanja tanpa rencana, belanja yang hanya karena mood, nggak sebenarnya butuh.
Karena itu, pengendalian diri sangatlah penting. Kita harus bisa menggunakannya secara bijak dan cerdas, tahu mana yang sebaiknya pakai alat A, B, C, D, dan mana yang pakai tunai aja.
4. Disiplin
When it comes to payment, maka disiplinlah senjata utamanya–terutama kalau yang berhubungan dengan kartu kredit.
Jangan sampai ya, karena keenakan pakai, eh malas bayarnya. Bingung ketika tagihan datang, pusing mikirin bunga. Nah, ini ada bahan bacaan yang bagus, kalau kamu sekarang adalah seorang pemegang kartu sakti ini, tentang serba serbi kartu kredit. Boleh dibaca ya.
(Kalau kamu tertarik, kamu juga bisa subscribe berlangganan majalahnya lo!)
Begitu juga dengan dompet-dompet virtualmu yang lain, juga harus disiplin dalam penggunaannya. Sekali lagi, jadilah generasi cashless yang cerdas dan bijak, serta disiplin.
5. Kebutuhan vs keinginan
Salah satu cara agar bisa mengendalikan diri adalah dengan bertanya pada diri sendiri setiap kali hendak bertransaksi, ini butuh beneran atau hanya pengin nih.
Ini juga nasihat yang sangat klise, bagi kehidupan modern para generasi cashless ini. Tapi ya, masih sangat-sangat relevanlah. Apalagi di masa-masa sulit, seperti ketika terjadi pandemi COVID-19 saat artikel ini ditulis. Bener-bener penting untuk bisa memisahkan antara kebutuhan dan keinginan. Saat semua harga kebutuhan pokok meningkat, penghasilan berkurang, investasi minus, dan ketidakpastian, sekadar memisahkan kebutuhan dari keinginan ini menjadi senjata andalan.
Jadi, kapan pun kamu akan menggunakan alat transaksi nontunai ini untuk berbelanja, selalulah bertanya ya, “Butuh atau pengin?” Lalu coba deh tunda selama beberapa hari. Semoga selang beberapa hari kemudian, nafsu belanjamu sudah lebih terkendali.
Atau malah ganti pengin belanja yang lain? *angkat bahu*
6. Imbangi pengeluaran dengan investasi dan menabung
Generasi cashless memang dimanjakan banget jika ingin berbelanja ataupun membauar tagihan ini itu. Berasa banget kan, duit keluar dengan gampangnya.
Tapi, sebenarnya, duit masuk juga sekarang lebih dimudahkan lo. Coba lihat, untuk bisa investasi, sekarang kan lebih gampang banget. Banyak aplikasi fintech di mana-mana, yang nggak butuh modal gede ataupun persyaratan yang rumit.
Nah, sebagai generasi cashless, manfaatkan juga dong kepraktisan untuk bisa investasi dan menabung ini. Sisihkan penghasilanmu di awal, dan segera atur supaya bisa autodebet ke rekening investasi dan tabunganmu.
7. Upgrade ilmu dan literasi keuangan
Yang terakhir, dan tak kalah penting: Rutinlah meningkatkan ilmu dan literasi keuanganmu.
Dari mana kamu bisa belajar keuangan? Ah, ini juga gampang banget mah buat para generasi cashless! Kamu bisa belajar dari akun-akun publik di media sosial yang sering bagi-bagi ilmu literasi keuangan, kamu juga bisa rajin-rajin baca artikel online, seperti di blog ini.
Atau, kamu bisa baca buku-buku keuangan.
Salah satunya adalah Investory X ini. Ini adalah buku yang sangat cocok dibaca oleh generasi cashless, karena membahas banyak sekali tip dan trik keuangan, utamanya seputar investasi di zaman modern seperti ini. Bahkan, di sini juga ada bahasan mengenai blockchain dan cryptocurrency–yang pasti akan membuat mata para generasi cashless melebar. Betul?
Ini adalah buku lanjutan Investory, yang seharusnya sih kamu baca juga. Mau dapetin buku ini? Sila hubungi nomor WhatsApp ini ya, dan ikuti petunjuknya. Enggak lama, ebook ini akan bisa kamu baca.
So, demikianlah sedikit tip mengatur keuangan untuk generasi cashless. Jangan lupa beli bukunya, biar makin pinter atur uang ya!
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.