Hai, apa kabar? Sudah investasi apa saja? Semoga sudah enggak maju mundur cantik/ganteng mau investasi. Salah satu investasi yang cocok untuk pemula adalah reksa dana. Produknya banyak, dikelompokkan dalam beberapa kategori, yang bisa dipilih sesuai karakter kita sendiri, dan tentunya, tujuan keuangan kita. Apa masih bingung memilih reksa dana yang seperti apa?
Seharusnya sih enggak perlu bingung lagi. Coba ikuti tip memilih reksa dana yang paling menguntungkan ini. Ikuti saja pelan-pelan setiap step-nya, pasti deh bisa.
Paling oke sih kalau langsung dipraktikkan juga, artinya langsung deh beli reksa dana. Tapi, eits. Jangan sampai melakukan beberapa kesalahan dalam memilih reksa dana seperti berikut ini, karena kalau sampai salah maka tujuan keuangan kamu dan cita-citamulah yang bakalan kacau. Well, ini bukan ancaman sih, tapi sudah bisa diduga bangetlah itu.
Jadi, kesalahan memilih reksa dana seperti apa saja yang biasa terjadi pada pemula, yang harus kamu hindari?
7 Kesalahan dalam Memilih Reksa Dana yang Bisa Berakibat Gagalnya Tujuan Keuanganmu
1. Tanpa tujuan
Ibaratnya, pengin traveling terus asal berangkat aja, tanpa tahu mau ke mana.
Bisa enggak tuh kayak gitu, sampai di tujuan dengan selamat? Kayaknya enggak bisa sih. Minimal, pasti dompet jebol karena muter-muter ke sana kemari nggak jelas, padahal mesti modal transportasi dan mesti makan juga.
Mulai berinvestasi dan memilih reksa dana harus diawali dengan menentukan tujuan. Mau buat apa investasi reksa dananya? Gimana bisa memilih reksa dana yang tepat, kalau kita enggak tahu investasinya buat apa? Karena jenis reksa dana itu ada beberapa, yang masing-masing memiliki karakteristik yang spesifik–yang kalau mau mendapatkan manfaat sebaik-baiknya ya mesti disesuaikan dengan tujuan investasinya untuk apa.
Coba baca juga artikel tujuan finansial yang bisa dicapai dengan reksa dana ini deh. Semoga bisa dapat gambaran ya.
2. Ikut-ikutan
Nah, ini ya jadi kurang lebih sama aja dengan kesalahan pertama di atas. Mana bisa memilih reksa dana yang pas kalau cuma berdasarkan “katanya”, “kabarnya”, dan “konon”?
Akibat dari enggak punya tujuan investasi biasanya ya jadinya hanya ikut-ikutan. Parahnya, kalau sudah ikut-ikutan, kalau seumpama nanti investasinya kurang berhasil, ya jadi menyalahkan orang yang tadinya diikuti. Bener nggak?
Padahal, uang yang diinvestasikan ya uang kita sendiri. Kalau misalnya nanti dapat cuan, ya diambil sendiri. Kalau rugi, nyalahin orang lain? Lah, kalau kayak gini mah berarti belum dewasa dalam berinvestasi. Belum siap investasi.
Ah, pankapan kita bahas deh, sikap-sikap apa saja yang diperlukan untuk siap berinvestasi yah! Catet.
3. Tidak berhati-hati dalam memilih manajer investasi
Cara kerja reksa dana tentu saja berbeda dengan investasi saham, karena keduanya ya memang dua produk investasi yang sama sekali berbeda, meski reksa dana juga berjual beli saham. Namun, hal ini kadang yang membuat para calon investor pemula ini bingung.
Untuk berinvestasi saham, maka kita akan mengelola sendiri aset kita dan bertransaksi melalui perusahaan sekuritas. Sedangkan, untuk berinvestasi reksa dana, kita akan berhubungan dengan manajer investasi–yaitu pihak yang akan mengelola aset kita untuk diinvestasikan.
Nah, kalau mau digambarkan, beginilah alur kerja reksa dana:
- Manajer investasi mengumpulkan dana nasabah (salah satunya dari kita)
- Total dana yang terhimpun dari sekumpulan investor kemudian diinvestasikan ke instrumen sesuai permintaan dan kesepakatan dengan investor
- Sesuai dengan kondisi pasar, manajer investasi akan memberikan laporan yang berisi kinerja produk reksa dana yang sudah kita beli, komposisi aset dan portofolio investasi kita.
Iya, kelihatannya sederhana ya? Tapi sebenarnya enggak juga, karena satu manajer investasi bisa mengelola sekian banyak aset nasabah. Bisa dibayangin deh, gimana kerjaannya. So, performa manajer investasi ini sangat penting untuk diketahui di awal kita memilih reksa dana.
Beberapa waktu yang lalu, sempat kan ada kasus, satu pihak manajer investasi gagal bayar dana nasabahnya. Masih bergulir terus tuh sampai sekarang.
4. Nggak paham profil risiko diri sendiri
Kesalahan memilih reksa dana keempat ini sih mungkin agak konyol kalau sampai terjadi, tapi ya nyatanya juga sering kejadian.
Memang ada yang enggak paham apa itu profil risiko, dan apa pentingnya untuk diketahui. Asal ada kata “cuan” langsung saja hajar. Begitu grafik memerah, panik sendiri. Padahal, memahami diri sendiri itu penting lo, karena investasi ini bisa dibilang aktivitas psikologis–kegiatan yang bakalan banyak melibatkan sisi psikis kita. Kalau secara mental belum siap, ya bakalan susah juga.
So, penting untuk paham profil risiko diri sendiri. Rata-rata sih–biasanya ya–investor pemula akan lebih memilih untuk main aman. Enggak masalah kok, karena memang ada kok instrumen investasi yang low risk. Seiring waktu, semakin banyak pengalaman, bisa saja “naik kelas”. Biasanya juga karena ada dorongan agar tujuan finansialnya lebih cepat tercapai, sehingga ada investor yang ingin berinvestasi di instrumen yang risikonya lebih tinggi, karena dalil high risk high return yang berlaku di dunia investasi.
5. Malas mereview
Kadang yang terjadi adalah begitu uang sudah diinvestasikan–dan merasa sudah memilih reksa dana yang paling oke–kita lantas lupa kalau sesekali kita harus mereview kinerjanya.
Ada beberapa indikator untuk mengukur kinerja reksa dana, yaitu dengan mengetahui sharpe ratio dan maximum drawdown. Hmmm, tapi ini mungkin hanya bisa dipahami oleh mereka yang tiap hari ngulik investasi. Sedangkan, buat kamu yang baru mulai investasi–apalagi baru mau memilih reksa dana yang bagus–mungkin bahkan enggak tahu itu makhluk apaan.
Tapi, tenang. Ada cara lain untuk mengukur kinerja reksa dana, yaitu dengan:
- Lihat perbandingan return terhadap risiko yang diambil. Atau istilahnya, risk adjusted return.
- Semakin lama usia reksa dana, maka produk tersebut sudah terbukti tahan uji melalui grafik naik dan turunnya pasar modal.
- Semakin banyak dana investasi dialirkan ke saham utama BEI (blue chip) atau surat utang bereputasi baik, maka likuiditas semakin baik. Hal ini juga akan menaikkan performa reksa dana itu sendiri.
- Semakin besar dana yang dikelola dalam suatu produk reksa dana menunjukkan bahwa banyak investor yakin pada produk tersebut. Ini juga bisa menjadi indikator baik.
Well, kalau dijabarkan cara menganalisisnya mungkin bisa butuh satu artikel sendiri sih. Intinya, jangan malas ngecek portofolio. Apakah sudah sesuai dengan harapan, ataukah harus mempertimbangkan untuk ganti manajer investasi?
6. Mengira reksa dana investasi paling aman
No, reksa dana bukanlah produk investasi yang paling aman. Ada beberapa risiko investasi yang harus dipahami dulu sebelum memilih reksa dana:
- Besar imbalnya tidak pasti, karena berfluktuasi mengikuti dinamisnya pasar modal dan pasar uang.
- Tidak dijamin oleh pemerintah–berbeda dengan deposito yang dijamin oleh LPS sampai nominal Rp2 miliar. Jadi, kalau ada cuan atau rugi, kita sendiri yang menanggung ya.
- Reksa dana bisa dilikuidasi, jika tidak bisa memenuhi syarat tertentu. Yang melikuidasi siapa? Ya, manajer investasinya “membubarkan diri”
- Risiko gagal bayar. Sudah ada beberapa kasus manajer investasi tidak bisa membayarkan kembali dana nasabah yang dikelolanya karena berbagai sebab.
Reksa dana bukan instrumen investasi yang 100% aman, dan hal ini harus benar-benar dipahami oleh (calon) investor yang hendak memilih reksa dana.
7. Ngarep untung cepat
Ya, ini balik lagi ke poin di atas, karena imbal reksa dana juga nggak pasti. Setiap hari bisa saja naik turun seenak udel harga bursa saham dan uang. Buat ngarep untung cepat, jelas susah. Cuan cepat malah justru bisa diraih kalau trading saham, cuma ya itu … mesti belajar dulu yang banyak.
Jadi, kalau ada yang kasih iming-iming bisa untung cepat di dunia investasi dengan jaminan pasti aman, itu nonsense ya. Jangan percaya. Enggak ada produk investasi yang benar-benar aman, atau yang bisa kasih cuan cepat. Semua butuh proses, dan konsistensi.
Nah, itu dia 7 kesalahan memilih reksa dana yang sering terjadi yang bisa berakibat gagalnya tujuan finansial yang sudah direncanakan. So, be wise ya!
Keep learning, dan pastinya, keep investing!