Memang banyak instrumen investasi yang bisa menjadi pilihan. Saking banyaknya, buat investor pemula jadi agak membingungkan. Kebanyakan sih pertanyaannya sama, “Mana yang paling untung sekaligus paling aman?”
Apakah kamu sekarang juga sedang mengalami kebingungan yang sama? Mau mulai investasi, sudah dengar sedikit tentang reksa dana dan juga saham, tapi bingung, mana di antara keduanya yang bisa dapat untung besar sekaligus zero risk alias paling aman?
Jawabannya, neither. Nggak dua-duanya. Karena untung besar dan zero risk itu tidak pernah datang dalam satu paket. Prinsipnya selalu: imbal besar maka risiko tinggi, imbal kecil risikonya rendah.
Jadi, antara reksa dana vs saham, mana yang lebih baik? Mana investasi yang lebih untung?
Plus Minus Reksa Dana
Dalam reksa dana, dana investasi kamu akan dikelola oleh Manajer Investasi. Tentunya, mereka punya pengalaman dan ilmu yang lebih banyak daripada kamu, yang mungkin saat ini sedang mulai berinvestasi. Dengan demikian, asumsinya investasi di reksa dana akan lebih aman, karena jika ada pasar bergejolak, manajer investasi sudah punya langkah antisipasi untuk tetap mengamankan dana nasabah.
Namun, dengan berinvestasi di reksa dana, yang artinya kita berbagi risiko dengan orang lain, maka imbal pun harus dibagi-bagi juga. Setidaknya, kamu akan ditarik biaya administrasi ini dan itu oleh manajer investasi. Meski hanya sekian persen, tapi kalau nominal investasimu besar, ya akan besar juga biayanya.
Plus Minus Saham
Jika kamu berinvestasi di saham, maka kamu akan mengelola dana investasimu sendiri. Memang akan ada perusahaan sekuritas yang akan menjadi perantaramu untuk melakukan transaksi saham, tetapi mereka benar-benar hanya berperan sebagai broker alias makelar. Mereka tidak punya wewenang untuk mengelola dana investasimu. Kamu sendirilah yang harus menganalisis, mempertimbangkan, dan akhirnya memutuskan, saham mana yang akan kamu beli, jual, atau hold.
Karena itu, berinvestasi di saham termasuk investasi dengan risiko yang tinggi, apalagi jika kamu masih pemula. Sangat tidak disarankan untuk transaksi saham tanpa bekal pengetahuan yang cukup, terutama jika kamu masih belum punya bekal mental yang cukup. Fluktuasi pasar modal terlalu tinggi, sehingga bisa saja bikin kamu jantungan jika belum terbiasa.
Alih-alih mendapatkan imbal yang sesuai dengan harapan, kamu malah bisa merugi terlalu banyak karena masih belum fasih beranalisis.
Pertimbangan untuk Investasi Reksa Dana vs Saham
So, apa saja yang menjadi pertimbangan, apakah lebih baik berinvestasi di reksa dana atau di saham? Mari kita lihat satu per satu.
1.Tujuan keuangan dan horizon waktu
Tujuan kamu berinvestasi akan menjadi satu faktor pertimbangan yang paling menentukan, apakah investasi reksa dana ataukah saham yang akan menguntungkan untukmu.
Tujuan keuangan kita terbagi dalam 3 kelompok besar: tujuan jangka pendek, menengah, dan tujuan jangka panjang. Sudah pasti, keduanya erat kaitannya dengan horizon waktu. Tujuan jangka pendek adalah tujuan keuangan yang harus dicapai dengan jangka waktu yang pendek, biasanya kurang dari satu tahun. Antara satu tahun hingga 5 tahun bisa kamu anggap sebagai tujuan jangka menengah. Lebih dari 5 tahun, atau malah 10 tahun, merupakan tujuan jangka panjang.
Setiap orang bisa saja berbeda horizon waktu, dan hal ini wajar saja terjadi, karena kebutuhan dan prioritas kita juga berbeda.
Untuk tujuan jangka pendek, misalnya untuk menyimpan Dana Darurat, maka reksa dana akan menjadi instrumen yang tepat. Cukup likuid dan aman, imbal juga enggak perlu terlalu tinggi, karena fungsinya sebagai dana darurat, dana yang bisa diambil satu per satu.
Untuk tujuan jangka panjang, misalnya untuk dana pensiun, maka kamu bisa memanfaatkan investasi saham. Karena horizon waktunya yang panjang–katakanlah 10 tahun–maka akan ada waktu yang cukup longgar untuk mengantisipasi pergerakan atau fluktuasi harga. Karena pada dasarnya, jika saham perusahaan yang kamu pilih adalah saham perusahaan yang sehat dan baik kondisinya, harga sahamnya juga akan naik seiring waktu, seperti halnya harga komoditas pada umumnya.
2.Waktu yang diperlukan untuk analisis
Saat kamu hendak berinvestasi saham, maka kamu akan butuh waktu untuk mempelajari seluk beluk perusahaan yang sahamnya kamu incar, butuh waktu untuk membaca laporan keuangan mereka untuk kemudian bisa kamu analisis apakah saham perusahaan tersebut layak untuk dikoleksi.
Kamu juga butuh waktu untuk mempertimbangkan berbagai aspek lain yang dapat memengaruhi harga saham ke depannya, pun memengaruhi industri di mana perusahaan yang bersangkutan bergerak. Kamu harus paham juga akan situasi ekonomi yang terjadi.
Sedangkan, untuk berinvestasi di reksa dana, kamu dapat memercayakan analisis ini pada manajer investasi. Mereka yang akan melakukannya untuk kamu. PR kamu tinggal memilih manajer investasi yang bisa kamu percaya, dan paling banter mempelajari fund fact sheet reksa dana yang sudah disediakan untuk mengecek profil si manajer investasi lebih lanjut. Setelah itu, menyesuaikannya dengan rencana keuangan yang sudah kamu buat sebelumnya.
Jadi, gimana nih, reksa dana vs saham dalam hal ini?
Ya, kalau kamu memang “punya” waktu untuk melakukan analisis mendalam mengenai saham, dan mau mengambil risiko yang tinggi demi imbal yang juga lebih tinggi, nggak ada salahnya kamu berinvestasi di saham.
Namun, jika kamu merasa belum berpengalaman dalam analisis produk investasi, pun merasa belum bisa mengelola risiko dengan baik, investasi reksa dana akan lebih pas untukmu. Tapi, memercayakan analisis pada manajer investasi tidak semata-mata lantas membuatmu tinggal ongkang-ongkang kaki menunggu cuan datang doang loh. Kamu juga perlu memantau kinerja manajer investasimu, apakah so far so good perkembangan investasinya? Atau, perlu diulik lagi?
Nah, setelah dibandingkan reksa dana vs saham ini, sekaranglah waktunya untukmu memilih mana investasi yang lebih sesuai. Ingat, setidaknya ada 3 komponen yang harus selalu menjadi pedomanmu untuk memilih, yaitu tujuan keuangan, horizon waktu, dan juga profil risikomu sendiri.
Yes, mengenali profil risiko diri sendiri akan dapat membantu menentukan instrumen investasi yang tepat. Sedangkan, tujuan dan horizon waktu akan dapat membantumu untuk konsisten dan bisa menjadi pedoman ketika kamu hendak melakukan review dan evaluasi secara berkala.
Iya, setelah kamu sudah membeli instrumen investasi yang sesuai dengan profil, tujuan, dan horizon waktu, maka itu belum berarti sudah selesai loh. Kamu harus secara berkala melakukan review dan evaluasi terhadap instrumen-instrumen tersebut. Apakah masih sesuai dengan rencana? Apakah perkembangannya sesuai yang diharapkan? Kalau iya, kamu bisa lanjut. Kalau enggak, kamu bisa segera mencari alternatif solusi untuk mengatasinya.
Jadi, mau investasi di instrumen apa?
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.