Siapa pun bisa investasi saham, sekarang. Mulai dari mahasiswa hingga pengusaha. Ibu rumah tangga juga jangan mau ketinggalan, bisa mulai nabung saham sekarang juga.
Yes, biarpun istilah “ibu rumah tangga” masih kedengaran seperti “mom-shaming”, tapi meh … nggak usah dipedulikan. Meski uang belanja dapat dari suami secara penuh setiap bulannya, ibu rumah tangga juga bisa berinvestasi sendiri. Ya tapi pastinya, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan. Apa saja?
9 Langkah Ibu Rumah Tangga Mulai Nabung Saham
1. Tentukan tujuan investasi
Enggak akan bisa berhasil dengan baik kalau kita memulai sesuatu tanpa tujuan. Kayak kalau kita mau pergi ke suatu tempat, ya pasti tentukan dulu mau ke mana, ya kan? Setelah ada tujuan, baru deh kita bisa merencanakan mau naik apa, menempuh rute yang mana untuk sampai di tujuan, dan seterusnya.
Bener kan ya?
Begitu juga kalau para ibu rumah tangga pengin mulai nabung saham. Sebaiknya sih, awalilah dengan menentukan tujuan. Mau buat apa nabung sahamnya? Semakin riil tujuan kita, maka semakin baik. Jadi, jangan sekadar “buat nabung” doang. Coba, lengkapi lagi.
Nabung buat apa? Buat DP rumah? Buat nyekolahin anak-anak?
Kenapa ini penting? Karena dengan tujuan yang jelas, biasanya akan membuat kita jadi lebih konsisten dan termotivasi.
2. Tentukan waktunya
Berapa lama lagi hasil investasi atau nabung saham ii akan digunakan? Buatlah target waktu, atau horizon.
Misalnya, nabung saham untuk dipakai DP rumah, kira-kira 5 tahun lagi. Nah, selanjutnya yang harus kita tentukan adalah target nominal–kita bahas di tahap berikutnya ya.
Mengapa ini penting?
Karena DP rumah 5 tahun lagi besarannya beda dengan nominal sekarang. Ingat, kita punya inflasi, dan harga rumah saat ini kenaikannya lebih tinggi dari inflasi. Yang sekarang terlihat nggak terjangkau, 5 tahun lagi–sudah pasti nih–makin tak terjangkau. Padahal kita mau nabung agar bisa menjangkau kan?
Karena itu, target waktu ini penting untuk kita tentukan, agar kemudian kita dapat bayangan, mesti “kerja keras” sampai seberapa.
3. Tentukan target nominal
Nah, di sini kita perlu memperhatikan nilai inflasi. So, sekarang kita bisa survei harga rumah, misalnya ya–kalau masih mau pakai contoh tujuan investasi untuk mengumpulkan DP rumah tadi.
DP rumah di masa sekarang asumsi Rp75 juta. Maka 5 tahun lagi, kira-kira sudah menjadi Rp95 juta, dengan asumsi inflasi rata-rata per tahunnya 5%. Semoga sih, semakin ke depan, inflasi semakin bisa ditekan ya. Amin.
Nah, target nominal Rp95 juta ini nih yang mesti dituju. Banyak juga ya? Lahiya, namanya juga mau beli rumah.
Kalau misalnya punya tujuan keuangan yang lain, ya nominal pasti beda. DP rumah ini juga kan pasti beda setiap lokasi, pengembang, dan spesifikasinya. So, do your homework: survey! Survei apa pun yang berkaitan dengan tujuan nabung saham yang sudah ditentukan di awal tadi.
Kalau tujuan nabung saham ibu rumah tangga ini mau ngumpulin dana pendidikan anak, ya berarti cari tahu biaya masuk sekolah + SPP + printilannya.
4. Buka rekening
Seperti sudah disebut di awal, zaman sekarang siapa saja bisa investasi–nggak perlu berduit banyak untuk mulai juga. Pun, kita juga dipermudah dengan berkembangnya teknologi, termasuk teknologi di sektor keuangan.
Jadi ibu rumah tangga sekarang juga pada melek teknologi kan? Jadi, harusnya sih upaya buat nabung saham ini nggak susah juga. Sekarang juga untuk mulai investasi, kita nggak perlu jauh-jauh datang ke kantor perusahaan sekuritas. Tinggal buka smartphone lalu pilih sekuritas yang paling cocok. Pilih yang punya aplikasi user friendly ya.
Jika sudah memilih perusahaan sekuritas, maka kita bisa membuka rekening. Syarat yang diminta oleh perusahaan sekuritas berbasis aplikasi online biasanya adalah foto KTP, foto NPWP (kalau nggak punya, boleh NPWP suami), foto diri kita sedang membawa KTP, foto halaman pertama buku tabungan, dan lain-lain. Bisa jadi, syarat dan ketentuan di satu perusahaan sekuritas berbeda dengan yang lain ya. Setelah syarat dilengkapi, maka selanjutnya akan ada proses verifikasi.
Kalau semua sudah lengkap, kita akan mendapatkan rekening dana nasabah (RDN) pada bank kustodian–yaitu bank yang ditunjuk untuk mengelola dana investor. Untuk mulai nabung saham, kita tinggal setor saja ke bank kustodian ini secara rutin.
5. Pilih saham sesuai profil risiko
Nah, sekarang, kita pilih saham. Masalahnya, kadang sebagai ibu rumah tangga ya ngeblank-lah ya. Apalagi kalau pemula, enggak ada gambaran sama sekali mesti pilih saham yang mana.
Untuk memulai nabung sahamnya, sebaiknya pilih perusahaan yang kita kenal banget, dan kita tahu kalau mereka punya produk bagus dan servis yang bagus. Saya dulu sih mengawali dengan lihat-lihat saham BUMN. Ada banyak kok. Sila, digugling saja yah.
Coba dilihat:
- Histori harga sahamnya. Coba cari tahu ke Google, masukkan kata kunci “saham perusahaan X”. Nah, akan muncul deh grafik pertumbuhan harga sahamnya.
- Laporan keuangan perusahaan, bagaimana pertumbuhannya?
- Terus, yang terakhir ya, lihat rekam jejaknya. Adakah kasus-kasus yang krusial pernah terjadi. Misalnya, kasus gagal bayar, atau pernah di-suspend BEI, atau pernah terlihat manipulasi pasar modal, dan seterusnya.
Terus, yang paling penting kenal profil risiko diri sendiri. Mungkin sekarang sih kita masih di profil konvensional. Tapi, bisa jadi seiring waktu, kita akan “naik kelas” ke profil yang lain. So, take your time. Nabung sahamlah sesuai horizon yang sudah ditentukan tadi.
6. Sisihkan di awal
Uang belanja dari suami bisa jadi pas-pasan. Tapi, meski begitu, kita bisa kok nabung saham dengan menyisihkan uang belanja suami ini.
Tentukan jumlahnya, lalu sisihkan di depan. Jangan menunggu ada sisa uang belanja, karena yaqin deh, enggak akan nyisa.
So, sisihkan di depan sesuai jumlah yang sudah ditentukan sendiri, lalu segera setorkan ke rekening nasabah di bank kustodian. Ketika nominalnya sudah cukup untuk membeli lot saham yang diincar, lakukan transaksi.
7. Pahami risiko
So, meski namanya “nabung” tapi nabung saham ini berbeda dengan nabung di tabungan biasa di bank ya, karena saham termasuk dalam instrumen investasi dengan risiko tinggi.
Risikonya apa saja? Nah, ibu rumah tangga yang baru mulai nabung saham perlu tahu nih.
- Risiko capital loss: kerugian yang kita dapatkan, jika kita menjual saham dengan harga lebih rendah dibandingkan saat kita membelinya.
- Risiko tidak bisa menerima dividen, karena tidak setiap perusahaan memutuskan untuk membagikan dividen pada investor. Pun, tidak setiap tahun dividen dibagikan.
- Adanya kemungkinan likuidasi. Penyebabnya macam-macam sih. Salah satunya kalau perusahaan yang sahamnya kita miliki itu bangkrut. Di sinilah pentingnya kita mencermati laporan keuangan perusahaan saat kita mau memilih saham tadi. Dari sini kita tahu, apakah perusahaan bertumbuh secara positif, atau malah rugi terus. Kalau rugi melulu, ya sebaiknya jangan dipilih.
- Saham perusahaan di-suspend atau delisting. Artinya, sahamnya tidak lagi diperjualbelikan di BEI karena alasan-alasan tertentu. Pastinya, kalau seperti ini, uang yang sudah kita tanam tidak bisa diambil kembali.
8. Belajar dari ahlinya
Nah, memang investasi saham itu agak tricky, tapi mestinya hal ini enggak menyurutkan niat para ibu rumah tangga untuk nabung saham dong!
Jadi, ayo, belajar dulu sama ahlinya. Follow banyak-banyak akun yang suka bagi-bagi tip investasi, juga rajin ngasih analisis pasar. Dari situ kita bisa belajar banyak hal tentang berinvestasi. Lalu praktikkan deh satu per satu.
Buebu bisa mulai dengan follow @andhika.diskartes ya. Uhuy!
9. Konsisten
Nah, konsisten ini memang paling susah. Ini juga perkara siapa saja kayaknya sih, enggak cuma ibu rumah tangga yang pengin nabung saham. So, ayo cari cara untuk mengatasinya.
Salah satu bisa dengan memanfaatkan fitur auto-transfer. Set saja setiap bulannya, hendak transfer berapa, ke mana, dan nominal berapa. Dengan demikian, secara kontinyu, sistem akan menransfer secara otomatis. Ini akan menolong banget supaya kita bisa konsisten dengan rencana kita.
So, sudah ada 9 langkah untuk mulai nabung saham ya. Semoga bisa segera direalisasikan rencananya.
Selamat menabung!