diskartes.com – Assalamualaykum kolektor reksadana!
Sudahkah Anda memiliki reksadana?
Untuk pembaca setia blog ini pastinya sudah dong ya, setahun lebih kita ngomongin investasi, seyogianya mulai dicoba sedikit-sedikit. Tapi saya merasa bersalah, karena baru sadar ternyata cara memilih reksadana yang tepat ala diskartes.com belum pernah ditayangkan, yang ada baru panduan pemula memilih reksadana.
Setiap orang memiliki tekniknya masing-masing dengan citarasa berbeda. Bisa dibilang bahwa mengelola uang atau investasi ini selayaknya chef, bebas meramu bumbunya, tentu dengan proses yang berbeda akan menghasilkan sajian yang berbeda pula. Tidak ada yang salah atau benar kawan, dan jika Anda seorang planner yang mengaku benar sendiri, well itu layak dipertanyakan!
Topik kali ini adalah tentang ramuan diskartes.com ketika berinvestasi reksadana. Kalau cocok dengan selera, silakan disantap. Kalau tidak, leave it Brother!
Teknik Sederhana Memilih Reksadana Yang Menguntungkan
1. Financial History Never Lies
Saya adalah golongan orang yang tidak percaya sejarah dan meyakini bahwa “sejarah hanya milik pemenang”. Tetapi berbeda kalau sejarahnya adalah tentang dinamika keuangan.
Krisis adalah musuh bersama, tidak ada seorangpun yang menginginkan hal itu terjadi.
Atas dasar itulah, mempelajari sejarah melalui trend menjadi langkah pertama saya ketika sudah punya list reksadana yang akan dibeli.
Ini adalah tampilan dashboard dari perusahaan sekuritas tempat saya membeli reksadana. Kemudian saya ambil khusus reksadana saham syariah. Sekarang perhatikan baris pertama, Anda akan temukan 1D, 1M, YTD, 1YR, dan 3YR.
1D berarti kenaikan dalam 1 hari, 1M dalam 1 bulan, YTD (Year To Date) yaitu awal tahun sampai hari ini (dalam kasus ini sampai Minggu ketiga Januari 2017), 1 YR berarti dalam 1 tahun, 3 YR dalam 3 tahun, dan 5YR dalam 5 tahun terakhir.
Karena reksadana memang ditujukan untuk jangka panjang, praktis kinerja harian dan bulanan tidak saya lihat. Biar simpel saya langsung tembak kinerja 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun.
Biar gampang, kinerja 3 tahun dan 5 tahun saya tetapkan minimal 15%, dan kinerja 1 tahun minimal 10%. Langsung keliatan deh beberapa reksadana incaran.
Oh iya, banyak diantara produk reksadana baru bermunculan dan kurang dari 5 tahun. Oleh karena itu, beberapa dari reksadana tersebut belum tercatat kinerjanya dalam periode 5 tahun. Bukan masalah besar, saya hanya akan menggunakan penilaian 3 tahun kalau ini sampai terjadi.
Namun demikian, buat ngetes rumus, ada juga reksadana dibawah standar yang dibeli. Porsinya jelas lebih sedikit, dan sampai sekarang memang performanya tidak lebih baik dari yang menggunakan rumus simpel tersebut. Sekali lagi setiap orang punya resep berbeda, sobat!
2. Waspada dengan jumlah dana kelolaan manajer investasi
Jumlah dana yang dikelola oleh perusahaan sekuritas biasa disebut dengan Asset Under Management (AUM). Ada perusahaan investasi yang mengelola dana 1 Trilyun, 5 Trilyun, dan lain sebagainya. Sudah banyak penelitian yang mengkorelasikan antara AUM dengan performa reksadana. Dari beberapa literatur, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
“ Semakin besar nilai AUM maka tingkat volatilitasnya semakin rendah, dan sebaliknya apabila nilai AUM nya kecil maka volatilitasnya naik.”
Again, ini kesimpulan ala-ala diskartes.com.
Sebenarnya teori tadi bisa dipahami, sama halnya dengan teori saham. Semakin besar jumlah uang yang dikelola, maka manajer investasi akan semakin mudah melakukan diversifikasi. Karena pada kenyataannya diversifikasi portofolio menurunkan risiko, meski ada kemungkinan juga kinerjanya akan lebih bagus dibanding produk yang AUM nya rendah.
Itu adalah fakta dan teori nya. Tetapi saya sendiri jarang menggunakan AUM sebagai landasan utama pas memilih reksadana. Well, it depends on your profile, Buddy!
Trus, kenapa dicantumin disini?
Investor wajib paham, bahwa jumlah total yang dipegang oleh si manajer investasi ternyata memiliki pengaruh terhadap kinerjanya. Namun demikian, kelihaian sang peracik strategi lebih utama. Ngelihatnya darimana? Trend di nomor 1 adalah jawaban paling gampang.
3. Rasio Reksadana
Enggak ada satupun di dunia keuangan dan investasi yang tidak ada rasionya, pun demikian dengan reksadana. Banyak sih, tapi seperti biasa kita tidak perlu belajar semuanya. Cukup satu atau dua tools yang bisa dipake pegangan.
Sharpe Ratio
Yang pertama adalah rasio untuk mengukur perbandingan return dan risk-nya. Semakin tinggi nilai sharpe ratio, maka logikanya akan semakin baik, pun sebaliknya. Coba tengok gambar yang ada di atas, kelihatan kan yang paling tinggi mana?
Draw Down
Bisa dibilang apa ya, hmmm..
Begini, alat ini digunakan untuk melihat tingkat kerugian maksimal yang terdapat dalam setiap produk reksadana. Jadi jangan cari yang nilai draw down nya gede, cari yang imut aja. Tapi memang, namanya alat kan nggak bisa berdiri sendiri. Harus dikombinasikan dengan rasio dan indikator lainnya untuk mendapatkan hasil terbaik.
Sebenarnya kalau mau analisis lebih mendalam sih bisa-bisa saja. Tapi menurut saya saat ini cukup dengan obrolan ringkas. Perlu diingat juga bahwa saya tidak menutup pintu silaturahim lhoh. Silakan Anda kontak saya melalui email, bertanya atau hanya sekedar “hai”. No problem. Bahkan kalau Anda mau ngajak ngopi bareng sih diperbolehkan, tapi usahakan yang ngajakin saya nongkrong sih cewek. Demikian..
Wassalamualaykum kolektor reksadana!
Syamsuwar mengatakan
Jadi diantara 13 reksadana syariah diatas, mas beli yang mana?
diskartes mengatakan
halo.. kalo yang diantara 13 itu saya ambil yang Sucorinvest syariah dan danareksa syariah..hehe
Vicky Laurentina mengatakan
Hahaha..saya juga pemilik Sucorinvest Sharia Equity Fund. Luar biasa reksadana yang satu ini. Semenjak saya beli beberapa bulan yang lalu bersama reksadana-reksadana lainnya, si Sucorinvest ini sudah untung 2-3%, sementara reksadana-reksadana lainnya masih keok rugi sekitar 2-4%.
Padahal kalau kita menggunakan pendekatan trend profit 3-5 tahun, si Sucorinvest ini masih kalah terkenal dibandingkan produknya Manulife, Schroder, dan Panin.
Tapi saya sendiri masih termasuk swing investor. Saya nggak menunggu bertahun-tahun untuk mempercayai keuntungan reksadana. Saya cuma menunggu 6 bulan saja (sesuai penelitian Rudiyanto dari Infovesta), untuk mengevaluasi kinerja reksadana. Kalau dalam 6 bulan saya lihat kinerjanya nggak perform, saya akan jual unit ini untuk ditukar dnegan reksadana lainnya yang performa 6 bulannya lebih baik.
diskartes mengatakan
Beda orang beda pendekatan ya…
kalau saya cenderung lebih lama pegang reksadananya, pasti diatas 6 bulan..
Bukan apa2, nge swing nya di saham.. Ntar kebanyakan yang dianalisis.. 😀
thanks loh uda berbagi kisahnya, kalau mau bercerita via nge post disini juga boleh banget…wahahaha
Sucorinvest memang bagus beberapa waktu ini..moga makin cuan ya Mbak Vicky
lies mengatakan
Hai Mas,
Kayaknya kenal nih sama dashboard nya hehe..
Ada yang mau ditanyakan nih, maklum masih awam, kalau boleh milih bobotnya lebih prioritas yang mana antara sharpe Ratio atau drawdown
Terima Kasih
diskartes mengatakan
Kalo bisa dikombinasikan sharpe tinggi dan ddown rendah..
Saya sendiri karena tipe konvensional, melihat sharpe dulu baru ddown..
Terima kasih sudah mampir ya
lies mengatakan
Terima Kasih udah bales email nya jadi yang 2 diatas kode ? hehe
diskartes mengatakan
wahahaha…itu nge test..
bukan kode
terima kasih kembali
Henny Gadisolo mengatakan
Seeennnn.. Japrrriii aja aaaahhh :))))
diskartes mengatakan
iyess
Gadisolo mengatakan
Seeeeen.. butuh pencerahan… japriii boleeeh dong mas gondrong 😛 😀
Ardi mengatakan
kalo mas sendiri biasanya jual reksadananya pas untung berapa % ?
diskartes mengatakan
Saya biasanya jual pas butuh dan biasanya sudah lama bener..
Arif wibowo mengatakan
Ikutan tanya… Mending langsung. Oke bank custodiannya langsung bang…. Atau langsung. Investasi secara online lewat web ( contoh bareksa) soalnnya saya tertarik 2 produk Reksadana. Dan masing2 beda bank custodian… Trims..
diskartes mengatakan
Kalau rencananya mau beli banyak dari penerbit yang beda-beda, ambil aja yang model swalayan tadi. biar ga ribet.
Ferdi mengatakan
Bang… Mau tanya… Mending pilih reksadana apa nabung saham… Apa kekurangan dan kelebihan masing2.. Makasi
diskartes mengatakan
Halo, silakan cek https://diskartes.com/2016/08/orang-bijak-pilih-saham-atau-reksadana/
Thanks
Kurnia amelia mengatakan
Hmmm pilihannya banyak yaa..Tapi lagi coba cari yang pas dengan kemampuan saya aja kayaknya hahaha.Thx infonya mas.
nia nastiti mengatakan
Ah seperti biasa, hal ribet jadi enak dibacanya berkat ditulis Mas Dhika, ntabs Mas 🙂
diskartes mengatakan
Hahaha. makasih Nia buat apresiasinya
ricard mengatakan
mas klo boleh tau mas nya skrng beli reksadana apa aja ?
diskartes mengatakan
sejak 2017 saya tidak beli reksadana
Guspan mengatakan
halo, salam
Lalu dengan reksa dana yang belum satu tahun terhitung seperti
Minna Padi Hastinapura Saham
Minna Padi Amanah Saham Syariah
Bagaimana melihat bahwa reksa dana baru berjalan kurang atau masih satu tahun tsb akan menguntungkan?
Lydia mengatakan
Saya juga ingin menanyakan hal sama dgn mas Guspan,
Janti mengatakan
Kakand..
beruntung aku menemukanmuuu..cieh..
jadi, klo misal, reksadananya tadinya untung pesat eh taunya blm ad setahun doi udah minus..
Apakah kudu d tunggu setahun dlu baru dijual atau bijimana?
Mohon pencerahannya..
Ohya satulagi, klo misal kita ud ad 2 reksadana dgn nominal msg2 5jt, nah di bln berikutnya mau invest lg nih..itu better kita top up di salah 1 dr yg sudah ada atau beli yg lainnya?
Trims berat kakand yg yahut
diskartes mengatakan
Jadi gini,,
EH kan uda kuajarin.
Surya mengatakan
MAsbro mau tanya dong, saya memiliki beberapa rekasdana dari grup Panin,
kan katanya reksa harus ditahan lama supaya bisa profit maximal, nah ini kok reksa saya boro2 profit maximal, yang ada malah naik turun dan kasar kata dana saya tidak bertambah, apakah reksadana juga seperti saham, begitu sudah cuan lumayan, harus dijual dan beli baru lagi. seperti swing pada saham tapi rentang waktu yang lebih lama?
thx mas.