Halo, para pemburu rezeki dan tulang punggung keluarga! Sudahkah kamu peduli pada dirimu sendiri? Sudahkah kamu mencintai keluargamu lebih dari dirimu sendiri? Sudahkah kamu punya perlindungan untuk dirimu sendiri? Sudah memilih asuransi jiwa yang cocok untukmu sendiri?
Belum?
Nah, itu dia. Kesadaran akan pentingnya proteksi–terutama bagi diri sendiri–di negara ini memang masih kurang. Sepertinya ngomongin proteksi diri sendiri saja itu kejauhan. Soal perlindungan kesehatan saja, pada nggak mau sadar juga. Alhasil kan, iuran BPJS Kesehatan dinaikkan pada protes aja. Kemarin-kemarin pada nunggak bayar. Jadi peserta yang patuh kalau butuh doang. Habis itu, lupa.
Ya, itulah. Prioritas untuk punya proteksi masih kalah ketimbang kebutuhan yang lain. Kebutuhan untuk ganti hape, misalnya. Bahkan Liputan6.com menyebutkan, bahwa dari 10 orang Indonesia, yang peduli akan adanya proteksi terhadap diri sendiri ini hanya 2 orang saja. Ish ish ish.
Apa sih Asuransi Jiwa?
Asuransi jiwa adalah asuransi yang akan memberikan perlindungan terhadap diri sendiri atau orang lain dari kerugian finansial dari risiko-risiko hidup.
Risiko seperti apa? Ya, kecelakaan atau musibah yang mengakibatkan pihak terlindung tidak bisa mencari uang lagi–mulai dari cacat seumur hidup hingga kematian.
Wih, kayaknya kok berharap bener akan terjadi kecelakaan? Keknya pesimis amat sama hidup?
Enggak gitu juga, Ferguso. Tapi soal hidup siapa yang bisa jamin sih? Memangnya kita yakin 100%, besok-besok, bulan depan, tahun depan, 5 tahun lagi masih akan baik-baik saja? Enggak ada yang pasti dalam hidup. Makanya kita perlu payung sebelum hujan.
Demi apa? Demi mereka yang kita sayangi.
Para suami misal. Tega gitu liat anak istri telantar? Enggak kan? Para ibu bekerja, juga?
Mengenali Jenis-jenis Asuransi Jiwa Murni
Sebenarnya asuransi jiwa ini ada beberapa macam, yaitu asuransi jiwa berjangka (term life insurance), asuransi jiwa seumur hidup (whole life insurance), asuransi jiwa dwiguna (endowment insurance), dan unitlink.
Nah, dua jenis asuransi yang terakhir–yang asuransi jiwa dwiguna dan unitlink–ini bukan asuransi murni, karena ada nilai investasi di dalamnya. Sehingga pada akhirnya manfaatnya jadi kurang maksimal.
Saran sih, kalau memang mau memberi perlindungan lebih pada diri sendiri, ambillah asuransi jiwa berjangka ataupun whole life insurance yang seumur hidup.
Lalu apa beda di antara keduanya? Mari kita lihat satu per satu.
Asuransi Jiwa Berjangka (Term Life Insurance)
Asuransi ini para prinsipnya memberikan perlindungan kepada tertanggung dalam jangka waktu tertentu. Biasanya kita akan ditawari kontrak 5 tahun sampai 20 tahun, dengan premi tetap dan jatuhnya paling murah. Besar preminya bisa kita tentukan sendiri, sesuai kemampuan. Kalau memang mau beli polis asuransi ini, coba ngobrol sama agen penjualnya biar dikasih simulasinya ya.
Kenapa kok preminya paling murah?
Karena, saat kontrak 5, 10, atau 20 tahun itu habis, maka uang premi akan hangus, atau enggak akan balik ke kita.
Yah! Kok uangnya hilang?
Ya, enggak hilang juga. Kalau tertanggung mengalami sesuatu *amit-amit sih ya*, dan enggak bisa bekerja lagi, uang pertanggungannya bisa besar banget sampai miliaran. Ya pastinya tergantung preminya juga sih.
Asuransi ini must have banget apalagi kalau sang tulang punggung keluarga bekerja di area yang memang rentan bahaya. Misalnya, pilot, atau bekerja di pertambangan, dan sebagainya.
Asuransi Jiwa Seumur Hidup (Whole Life Insurance)
Nah, kalau asuransi jiwa jenis ini akan memberikan perlindungan seumur hidup bagi tertanggung. Ya, meski namanya seumur hidup tapi ada batasnya juga sih biasanya, yaitu 100 tahun.
Premi untuk asuransi jiwa jenis ini biasanya nilainya besar–lebih besar ketimbang Term Life, karena dengan angka harapan hidup di Indonesia yang rata-rata 65 – 75 tahun, maka “peluang” untuk klaim asuransi ini akan lebih besar kan?
Uang pertanggungan juga enggak akan hilang kalau misalkan kontrak sudah habis. Misalnya, sudah menjangkau 100 tahun dan tertanggung masih baik-baik saja, uang preminya akan kembali pada kita.
Nilai total preminya juga enggak terlalu besar, karena bunganya juga hanya 4% saja rata-rata setiap tahunnya, belum termasuk pajak.
Tip Memilih Asuransi Jiwa Murni
Lalu, gimana cara memilih asuransi jiwa yang cocok buat kita? Kan, banyak nih yang jual?
1. Sesuaikan kebutuhan
So, yang pertama kali harus dilakukan adalah mengenali kebutuhan kita. Butuh asuransi jiwa untuk apa, untuk siapa?
Faktanya, banyak agen penjual asuransi yang lebih giat mempromosikan yang jenis unitlink ataupun endowment insurance. Untuk asuransi jiwa murni, mereka justru jarang promosiin–apalagi yang term life.
Enggak tahu sih kenapa alasannya. Barangkali ada agen asuransi yang kebetulan baca artikel ini, mau menjelaskan?
Nah, kalau memang butuhnya adalah asuransi jiwa murni–yang enggak kecampur sama investasi (karena kalau memang mau investasi ya mending langsung beli produk investasilah ya, bok! Imbalnya jelas, risikonya juga jelas), ya belilah yang tanpa embel-embel lainnya.
Jadi, mengenali kebutuhan sendiri itu penting, biar nggak salah beli produk. Macam mau beli handphone aja deh, butuh fitur apa aja, memori berapa, endebre endebre.
2. Cek kondisi keuangan
Nah, selanjutnya ya ngecek kondisi keuangan kita sendiri, karena nantinya akan ada premi yang harus dibayar setiap bulan. Ini berarti akan ada “kewajiban” tambahan di setiap bulannya, di samping tagihan lain dan cicilan utang.
Perhitungkan rasio pendapatan dan pengeluaran. Apakah masih seimbang?
Ya, demi perlindungan terhadap diri sendiri sih seharusnya bisa dialokasikan. Mungkin pos hurahurahorehore-nya agak dikurangi, demi bisa membayar premi setiap bulan.
Pikirin manfaatnya, jangan cuma nominalnya ya.
3. Gali info perusahaan asuransi
Perusahaan penjual asuransi memang banyak. Agennya? Lebih banyak lagi!
Yah, tapi enggak apa. Yang penting, kita jangan beli asuransi hanya karena teman. Makanya kenali betul kebutuhan kita, dan juga gali info lebih banyak mengenai perusahaan asuransi yang ada.
Kalau perlu bandingkan satu perusahaan dengan yang lainnya.
Ingat, asuransi ini bisa dibilang adalah pengelolaan uang jangka panjang. Bertahun-tahun lo! Salah pilih perusahaan, bisa berarti uang hilang manfaat enggak didapat.
So, kredibilitas perusahaan asuransi harus menjadi pertimbangan utama. Dari mana cara cari tahunya? Stalking akun media sosialnya, gugling nama perusahaannya. Kalau memang bermasalah, biasanya akan kelihatan tuh dari situ.
Satu hal yang pasti, perhatikan Risk Based Capital-nya. Apa itu risk based capital? Adalah rasio kesehatan finansial perusahaan asuransi. Ini ada undang-undangnya lo, dari Menteri Keuangan. Silakan dicek saja di sini nih.
Dalam Keputusan Menteri Keuangan itu disebutkan, bahwa pemerintah menetapkan standar RBC ini adalah 120%. Kalau kurang dari itu … wah, mendingan dipertimbangkan ulang atau mencari yang lain deh.
Yah, zaman sekarang jejak digital mah berserakan. Mau bagus mau jelek, semua bisa kelihatan kok.
4. Kenali betul produknya
Asuransi term life punya premi yang murah, tetapi nantinya kalau sampai kontrak habis dan tidak ada klaim, berarti uang “hilang”, tapi uang pertanggungannya besar.
Asuransi whole life punya premi yang lebih mahal, bisa sampai dua kali lipat premi asuransi term life, kontrak lebih panjang, tapi uang pertanggungan tidak terlalu besar. Pada akhirnya, uang akan dikembalikan jika sampai habis masa kontrak, tidak ada klaim.
Nah, lebih jauh lagi, pelajarilah polisnya dengan saksama. Kenali betul produk asuransi yang hendak kamu beli. Tanyalah sedetail mungkin pada agen.
Lagi-lagi ingat, sesuaikan dengan kebutuhan.
5. Lakukan sekarang juga
Nggak perlu kaget kalau melihat dua produk asuransi yang sama, preminya bisa berbeda ditawarkan pada dua orang yang usianya juga beda. Karena biasanya sih, premi asuransi untuk mereka yang masih muda memang lebih rendah ketimbang yang sudah berumur lebih banyak. (iya, saya menghindari menyebut “tua”. Please deh.)
Hal ini karena risiko mereka yang berusia muda akan lebih rendah dibandingkan mereka yang usianya lebih banyak.
Perusahaan asuransi juga bisa menolak pengajuan pembelian asuransi, jika dirasa si tertanggung tidak memenuhi syarat–bisa karena memang sudah sakit parah atau dari segi usia.
Jadi, selagi kamu muda dan sehat, segeralah lindungi dirimu sendiri dengan asuransi yang tepat.
So, sudah yakin butuh asuransi jiwa segera ya, setelah membaca artikel ini? Selamat berburu asuransi yang pas dengan kebutuhanmu, kalau gitu ya!
Penulis:
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.
Ovadya mengatakan
Saya getol mas, jualan yang murni-murni 🙂 Ada term life sama whole life, sama askes murni..
Kembali ke kebutuhan nasabah, kalo asjinya buat jangka pendek aja dan bukan buat warisan pasti, saya saranin term life.. Misal, anak bungsunya 9 tahun lagi sudah mandiri, term life boleh.. Atau buat nge-back up hutang bisnis ke orang tua atau temen.. Tapi kalau tujuannya buat cover sampe 70 thn dan akan bayar terus, kan bakalan mahal banget itu. Kurang cocok.
Tapi kalau anaknya masih bayi, dan tujuannya buat warisan pasti, lbh saya saranin yang whole life… Karena kalau bayar term life terus-menerus sampai di atas 20 tahun, secara akumulasi, totalnya bisa lbh mahal dari whole life. Sementara whole life kan hanya bayar 5/10/15/20 thn, tapi manfaatnya seumur hidup. Mati cair, hidup cair, berenti tengah jalan jg ada nilai tunai pasti yang bisa diambil. Buat jangka panjang, saya lbh saranin whole life.
Tapi kadang ada jg sih, yang berasa whole life mahal, lalu ambil dulu term life, secara murah meriah banget kan ini.. At least, udah ada bumper dulu.. Nanti ada rejeki lebih , baru mulai ambil whole life… 🙂
Yang lagi cari asuransi term life, whole life, atau asuransi kesehatan murni, boleh tanya-tanya ke s.ovadya@gmail.com yaaa.. or WA 0811-892422..
Keep on writing ya mas Andhika… tulisannya selalu mencerahkan 🙂
siman mengatakan
Maaf kalau Ibu dari perusahaan asuransi apa? apakah bisa bayar bulanan untuk term life ? makasih