Kondisi keuangan saat pacaran biasanya ya akan berlanjut kalau kemudian yang bersangkutan melangkah ke jenjang yang lebih serius. Menikah, berumah tangga, dan akhirnya punya keturunan. Hati-hati terhadap red flags!
So, kalau memang pacarannya sudah serius banget, ada beberapa hal yang baiknya diperhatikan terkait soal keuangan. Karena, ya sebisa mungkin kalau ada “sesuatu” ketahuannya sebelum janur kuning melengkung. Karena lagi, siapa yang mau retak hubungan saat sudah berkeluarga, ya kan? Casualties-nya bakalan lebih banyak, soalnya.
Karena itu, kamu perlu mengetahui berbagai red flags yang mungkin terlihat dari (calon) pasanganmu.
Apa Itu Red Flags?
Istilah red flags belakangan memang cukup sering terdengar. Apalagi kalau kamu suka wira-wiri di media sosial, pasti cukup akrab dengan istilah ini, ya kan? Artinya apa, kalau gitu?
Well, kalau mau disederhanakan, red flags ini ibaratnya seperti “tanda bahaya”, tanda-tanda sesuatu yang nantinya akan membuat kondisi jadi kurang baik. Sayangnya, kalau lagi pacaran—dimabuk cinta dan jadi bucin—red flags itu kadang enggak keliatan.
Misalnya, iya sih, dia ganteng, tapi … He’s a 10 but … tukang ngutang, misalnya. Duh. Ini kudu diwaspadai banget. Tapi dia cakep banget. Ya, bagus kalau kamu sudah tahu hal ini saat masih pacaran, dan kemudian bisa menerima dia apa adanya. Artinya, kamu harus siap jika kondisi ini berlanjut sampai di keluarga nantinya, jika memang pacarannya serius.
Seperti yang dilansir dari The Independent, red flags ini menunjukkan sesuatu yang kalau dibiarkan bisa jadi fatal. Jadi, enggak sekadar kekurangan atau kebiasaan buruk, seperti jarang mandi, sering telat jemput, dan sebagainya. Yang kayak gini sih, termasuk dalam plus minus kriteria yang masih bisa ditoleransi.
Kebiasaannya dalam mengelola keuangan bisa jadi salah satu tanda apakah perlu mengibarkan red flags ini. Kamu pasti juga akrab dengan tren “She/he’s 10 but …” yang kurang lebih juga berarti mirip. Bahwa di balik keunggulan seseorang, ada satu dua kekurangan, itu hal biasa. Tapi kalau kemudian kekurangan itu jadi “tanda bahaya”, nah, ini nih yang perlu kamu waspadai.
So, mari kita pakai tren “She/he’s a 10, but …” untuk mengetahui kebiasaan atau karakter apa saja yang perlu kamu waspadai terkait keuangan dari pasanganmu.
Red Flags: She/He’s a 10, But …
1. She/he’s a 10, but … Gaya aja yang gede, kemampuan finansial aslinya …
Biaya hidup itu murah. Gaya hidup yang mahal, dan enggak ada habisnya.
Padahal sejatinya, untuk bisa hidup sehari-hari, seseorang bisa kok cukup dengan memenuhi kebutuhan dasar, yaitu makan kenyang, pakaian pantas, tempat tinggal yang layak, dan mungkin tambah kuota internet saja secukupnya. Secukupnya buat nonton Netflix.
Berbeda dengan gaya hidup, yang kalau sudah dipenuhi, maka next akan menuntut lebih tinggi lagi. Sudah bisa terpenuhi, akan menuntut lebih banyak lagi. Gaya hidup erat kaitannya dengan perilaku konsumtif, yang tidak akan membuat orang menjadi sukses, alih-alih malah jadi membengkakkan pengeluaran secara sia-sia.
Nantinya, jika sudah berkeluarga, siap-siap juga banyak gaya tanpa peduli kemampuan. Boleh saja diterima apa ada, tapi ya harus siap dengan kondisi yang bisa terjadi; kebutuhan dasar malah terabaikan, enggak bisa investasi, enggak punya aset. Red flags banget deh.
2. She/he’s a 10, but … Hobi utang
Kalau nggak utang, hidup jadi kurang afdal. Oke, utang sih boleh saja. Asalkan untuk tujuan produktif, dan tentu saja, harus disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi.
Kalau sampai cicilannya melebihi 30 – 35% dari penghasilan rutin, perlu dievaluasi juga tuh, utangnya buat apa. Bagus kalau dia menghabiskan jatah utangnya untuk memupuk aset aktif, misalnya beli properti untuk kemudian dijadikan tempat usaha atau disewakan. Tapi kalau cicilan utangnya berupa utang konsumtif, untuk membeli barang yang bahkan masa gunanya lebih pendek dari tenor cicilan utang, nah, ini jadi red flags banget nih.
Apalagi kalau dia hobi banget utang ke kamu, tanpa niat buat mengembalikan, atas nama katanya cinta. Hati-hati ya gaes! Nantinya, kalau berkeluarga, bisa jadi beban utang menjadi masalah utama dalam rumah tangga. Dan utang ini bisa sangat sensitif loh. So, kudu siap ya, kalau mau dipertahankan.
3. She/he’s a 10, but … Antiasuransi
Asuransi memberikan manfaat yang besar, karena dapat memberikan perlindungan terhadap aset yang kita miliki akibat risiko yang bisa terjadi dalam keseharian. Aset di sini termasuk diri kita sendiri loh.
Karena itu, sekurang-kurangnya seseorang harus memiliki asuransi kesehatan dan asuransi jiwa bagi yang menjadi tulang punggung keluarga.
Mengapa harus? Misalnya begini. Tiba-tiba kita jatuh sakit, dan harus opname di rumah sakit. Ditambah dengan berbagai tindakan dan perawatan, ongkos menginap di rumah sakit itu bisa mencapai puluhan juta rupiah. Kebayang enggak, kalau harus ditanggung sendiri. Bisa-bisa tabungan yang sudah dikumpulkan sekian lama harus dicairkan demi membayar rumah sakit. Cita-cita yang tadinya mau dibiayai dengan tabungan tersebut jadi harus ditunda, atau bahkan dibatalkan.
Dengan adanya asuransi, bisa jadi kita hanya harus menambah sedikit saja kekurangan biaya rumah sakit ini. Hidup juga jauh lebih tenang.
Tapi, tidak semua orang sadar akan manfaat besar asuransi. Banyak dari mereka yang antiasuransi, karena menurut mereka, asuransi hanya buang-buang duit saja. Asuransi itu penipuan, karena uang yang disetorkan tidak pernah dikembalikan ketika tidak ada klaim. Itu hanya bisa-bisaannya perusahaan asuransi buat cari duit.
Waspadalah jika pacar kamu termasuk dari mereka yang antiasuransi. Waspada dalam hal ini—kalau hendak diteruskan ke jenjang yang lebih serius—kamu kudu siap dengan dana darurat yang besar, demi membuat asuransimu sendiri agar tak memengaruhi kesehatan keuangan secara keseluruhan.
4. She/he’s a 10, but … Susah diajak ngomongin keuangan
Ini sih red flags banget ya. Memang sih, kalau masih dalam tahap pacaran, terlalu terbuka dengan kondisi keuangan juga tidak disarankan. Apalagi sampai punya rekening bersama, atau bisnis bersama. Ini akan menyulitkan kalau misalnya hubungan tak bisa dilanjutkan.
Tapi, untuk soal diajak ngomong soal keuangan seharusnya sih ya enggak susah. Apalagi ketika hubungan semakin serius.
Misalnya saja, kamu tahu bahwa pasanganmu adalah sandwich generation. Nantinya kondisi ini bisa banget memengaruhi rumah tangga kamu, jika tidak dibicarakan sejak awal. Contohnya, berapa orang yang jadi tanggungan pasanganmu? Berapa banyak tanggungannya? Apakah ada utang? Dan seterusnya.
Ingat, bahwa ke depannya, kamu dan pasanganmu bisa jadi juga akan butuh dana banyak untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri. So, ada baiknya hal ini dibicarakan sejak awal.
Kalau sekali dua sih, oke, mungkin timingnya belum pas. Pasalnya, ngomongin duit itu termasuk topik berat loh. Namun, kalau pasangan kamu menolak membicarakannya terus menerus, nah, ini red flags nih.
Kalau susah diajak ngomong soal keuangan sejak pacaran, bisa jadi nantinya dia juga enggak akan menganggap penting perencanaan keuangan. Duh, bisa fatal akibatnya.
5. She/he’s a 10, but … Terlalu ngatur
Perencanaan keuangan memang sangatlah penting. Oke kalau dia mudah diajak ngomong soal keuangan, itu pertanda baik. Tapi, kalau kemudian dia terlalu mengatur bagaimana kamu menggunakan uang yang merupakan hasil jerih payahmu sendiri, maka ini bisa jadi salah satu red flags yang harus diwaspadai.
Coba bicarakan dengannya, dan cari solusi terbaik untuk kamu dan pasanganmu. Bagaimana jalan tengahnya, agar rencana keuangan tetap tersusun baik sementara kamu juga bisa menggunakan uangmu sendiri dengan bebas sesuai kebutuhanmu.
Nah, itu dia beberapa red flags yang perlu kamu waspadai, jika kamu menjalin hubungan dengan seseorang.
Pacaran adalah tahap pengenalan antara kamu dan dia, manfaatkan momen sebaik-baiknya untuk mengenali karakternya lebih dalam—terutama dalam hal keuangan. Pasalnya, kamu pastinya pengin satu partner untuk seumur hidup kan? Jangan sampai kamu mempertaruhkan masa depan untuk hidup bersama orang yang terlalu banyak red flags.