Assalamualaykum para investor reksadana!
Dalam beberapa pekan terakhir, saya sering mendengar ada kawan-kawan yang curhat setelah mengunjungi salah satu perencana keuangan ternama. Mereka mendapat pencerahan baru yang bilang,
“Lebih baik langsung nyemplung di saham dibandingkan investasi reksadana.”
Biasanya orang ke konsultan dengan niat memperkuat keyakinannya sekalian nanya reksadana yang cocok buat dia. Kali ini para millenials menjadi galau.
Well, saya tidak akan tendensius membahas siapa si perencana atau klien ya. It’s not my business. Tapi topik kita sekarang tidak akan lepas dari reksadana dan saham, so stay tune!
Apakah saham lebih baik daripada investasi reksadana?
Kita mulai dari pertanyaan mendasar dulu nih dan jawaban saya adalah TIDAK. Investasi saham TIDAK lebih baik daripada investasi reksadana.
Investasi reksadana lebih aman daripada saham merupakan statement yang benar, tapi tidak lebih baik. Kenapa bisa demikian? Ibarat orang berbisnis, orang jualan produk sendiri tentu berpotensi menghasilkan untung gede meskipun capek. Tapi karena kita ga profesional, bisa jadi rugi. Lain cerita kalau diserahkan ke manajer profesional agar tidak lelah, biayanya besar buat menggaji mereka sehingga keuntungan turun, namun kadang pilihan portofolio mereka bagus untuk menutupi biaya tadi.
Nangkep ya? Saya mau kasih analogi yang lebih xxx tapi ntar melanggar UU ITE.
Meskipun tidak lebih baik, tapi investasi reksadana juga tidak lebih buruk dibandingkan saham. Saya mengenal seseorang yang berinvestasi reksadana, kemudian beberapa tahun kemudian cuannya bisa dipake untuk biaya pernikahan. Jadi enggak ada yang salah dong.
Namun demikian, akan ada titik dimana kita move on dari zona nyaman reksadana. Saya sendiri saat ini sudah lebih dari setahun (atau dua tahun ya?..lupa..) tidak berinvestasi di reksadana, karena lebih memilih saham dan sedikit trading di mata uang kripto. Kalau pas di reksadana, pasti melakukan analisis yang diperlukan agar ketemu reksadana terbaik.
Apakah Anda juga boleh meninggalkan reksadana? Tentu saja, wajar kok orang berpindah ke model investasi yang lebih “menantang” atau alasan lain. Oleh karena itu, ada beberapa kondisi yang harus dipenuhi, apa aja itu?
1. Percaya diri atas setiap keputusan investasi saham
Pernah enggak, kalian maksa bertanya ke orang lain:
“Saham apa neng, yang bagus untuk hari ini?” atau
“Besok beli saham apa kaka, bagi bocorannya dong.”
Kalau Anda bertanya ke saya, 99% akan saya suruh belajar analisis teknikal saham dulu deh.
Kenapa begitu? Bayangin aja, saya susah payah nulis di blog, gratis pula, masa orang nanya lagi. Well guys, belajarlah untuk belajar. Bukan belajar untuk menerima segala sesuatu secara instan, karena tidak baik untuk pencernaan.
2. Stop reksadana berarti tanggung jawab investasi ada di Anda
Ya iya dong, masa Manajer investasi bertanggung jawab kalau duitnya di Anda. Jadi bayanginnya gini, kalau sudah berhenti beli saham maka mau tidak mau harus mengerti dimana saja penempatan investasinya. Entah itu saham, obligasi, deposito, dan investasi lainnya.
Singkat cerita, Anda harus tahu positif dan negatif masing-masing produk investasinya. Menariknya kalau mengelola sendiri, kita bisa bereksperimen dengan isi portofolio. Terkadang saya mencampurkan mata uang kripto untuk trading juga.
Masalahnya banyak orang ketika membagi-bagi investasinya, tidak pernah menghitung progressnya sendiri. Padahal agar tahu kenaikannya tuh wajib lhoh. Bikinnya sederhana aja, tapi harus ada semacam gini
3. Perubahan Strategi dan Manajer Investasi
Reksadana berarti menaruh kepercayaan kepada orang lain, yaitu Manajer Investasi. Syukurlah Anda bisa mengetahui strategi para MI karena biasanya akan dikabarkan melalui email. Nah jika ada perubahan mendadak entah murni karena strategi sebelumnya dianggap tidak memuaskan atau ganti MI, maka silakan putuskan akan terus atau stop.
Mau tahu siapa sih orang di dalam manajer investasi? Gampang, di prospektus ada kok, atau jangan-jangan belum pada baca? Saya kasihkan contoh isi prospektus yang ada namanya ya, dari Reksadana Saham Manulife.
4. Selalu Underperform
Anda akan berkata, “Gapapa jangka panjang kok”
Really?
Ini artinya selalu lhoh, bukan setahun-dua tahun. Saya jadi penasaran, apakah Anda yang terlalu malas mengevaluasi, lapang dada, atau tidak tahu mau ngapain. Bahkan ketika ada salah satu teman yang minta masukan ketika reksadananya drop hampir Rp 25 juta, saya sarankan ngecek problemnya dulu. Kalau ketahuan inti masalahnya dan sangat berat naik, langkah selanjutnya menghapus di daftar portofolio dengan menjualnya. Itu lebih baik dibandingkan memaksa kerugian berbalik menjadi keuntungan.
Saya tidak menafikkan teori investasi yang menyarankan untuk jangka panjang lho ya, tapi menekankan perlunya analisis setiap ada kejadian penting. Coba jawab pertanyaan mendasar berikut:
- Apakah kinerja reksadana Anda di bawah reksadana sejenis?
- Apakah kinerja reksadana di bawah salah satu acuan seperti IHSG, SUN, atau acuan yang Anda pilih sendiri?
Kalian bisa menjawabnya? Berarti sudah tahu langkah selanjutnya.
5. Terlalu banyak reksadana sejenis
Saya masih belum paham jika ada seseorang beli dua reksadana berbeda, tapi jenisnya sama, misalkan reksadana saham. Okay, memang kedua reksadana tadi menempatkan uang di saham berbeda, tapi buat apa? Analogi lagi ya, mirip kalau kita buka warung soto di tempat yang berdekatan meskipun pengelolanya beda. Yang satu saudara kita, satunya lagi musuh. Ya kan?
Makanya kalau reksadana kalian kebanyakan dan sejenis pula, mending buangin deh. Contohnya seperti di bawah ini ya, semuanya reksadana pendapatan tetap.
Investor Galau Untuk Menjual Reksadana
Investor jadi galau ketika menjual reksadananya pasti dikarenakan dua hal, yaitu nilai reksadana turun sehingga berharap naik. Sementara alasan kedua takut harga unitnya naik setelah dijual. Padahal andaikata Anda mantap berdasarkan lima poin di atas tadi, seharusnya enggak perlu merasa takut lagi. Kelamaan berfikir jual-enggak-jual-enggak tanpa alasan jelas hanya akan buang-buang waktu.
Untuk itu memang diperlukan alat ukur yang jelas, sehingga sisi psikologis manusia bisa dikondisikan. Tips baru buat Anda, setelah jual reksadananya, ga usah lagi nengok-nengok kebelakang daripada nanti menyesal. Teruskan saja rencana Anda semula.
Boleh tidak menjual reksadana karena sedang butuh duit?
Boleh banget dong sob! Orang itu duit kalian!
Tapi ada yang salah dengan perencanaannya kalau sampai investor menjual karena butuh uang. Seperti yang selalu saya sampaikan sampai eneg, duit yang buat investasi harus bersifat “adem”. Tidak diotak-atik seenaknya. Jangan sampai karena pengen jajan cilok, kalian menjual reksadana. Karena bisa jadi ketika mau dijual, nilainya sedang turun drastis, kan sedih. Lagian menjual reksadana kan tidak langsung saat itu juga, butuh waktu beberapa hari.
Berapa Lama Harus Menyimpan Reksadana Sebelum Dijual?
Agak tricky juga nih, banyak yang penasaran sebetulnya berapa lama sih harus pegang reksadana.
Ada yang bilang setahun, dua tahun, lima tahun. Saya sih setuju makin lama makin bagus, namanya aja orang investasi duit kan. Ga bisa sekejap langsung beranak pinak.
Tapi…
Pilihan reksadana yang buruk tidak layak dipertahankan meski hanya sehari. Jadi, reksadana Anda bagus tidak?
Wassalamualaykum investor reksadana!
fikhri frisandy mengatakan
terimakasih bang atas saran nya,jadi gak pusing lagi mau nge investasikan duit nya kemana..
diskartes mengatakan
Most welcome
bagas mengatakan
ya hari ini lagi mulai, sudah agak galau, tapi pesen jangan boleh kebelakang taatap masa depan
arif mengatakan
mau minta pendapat bang, saya sudah punya uang “adem” yang saya investasikan di saham.
tapi ada uang “rada adem” yang masih saya tabung di bank konvensional, buat jaga-jaga.. tapi paling bikin bete kalau kena biaya administrasi bulanan, jadi sempet kepikiran setengahnya mau dimasukin ke reksadana pendapatan tetap, kira-kira gimana ya?
intinya sih pengen mengurangi biaya administrasi bulanan kalau simpan di bank.. hehe
Luqman Wibowo mengatakan
Kalo baru belajar renang, masuklah kolam reksadana. Kalo dah bisa berenang apalagi surving, maka bersurving ria lah di pasar saham. gitu kali ya? nah, kalo kasusnya pemula, budget ademnya minim,.. baiknya gimana ya?
Jober mengatakan
untuk keadaan pandemi saat ini apakah investasi di reksadana lebih menguntungkan dari saham?
Carolina Ratri mengatakan
Kembali ke tujuan masing-masing sih.
Ada yang tetap berinvestasi di saham, karena mereka berinvestasi untuk tujuan dengan jangka waktu yang sangat panjang. Untuk orang-orang ini, saat ini justru jadi momen paling tepat untuk memborong saham-saham yang sedang didiskon habis.