Assalamu’alaikum mamah-mamah muda
Yuk coba bantu saya berpikir sebentar, tentang “Mesin cuci dan pemasak nasi”.
Anda tahu persamaan antara kedua peralatan rumah tangga ini?
Oke, keduanya pake listrik, secara grafis mengandung unsur lingkaran, dan dipakai setiap hari.
Atau apa lagi?
Dari sudut pandang teknologi, keduanya juga selalu berinovasi dengan fitur makin canggih sehingga para ibu pengen beli versi terbaru, mungkin. Well, itu jawaban standar. Ayolah, be creative!
Yang pengen saya ceritakan di sini adalah bahwa keduanya berperan besar dalam mengurangi pertambahan jumlah penduduk, satu di antara tiga bahasan utama dalam ilmu DEMOGRAFI, cabang dari ilmu ekonomi yang membahas dinamika kependudukan dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat.
Lhoh kok bisa?
Dinamika Kependudukan dan Kesejahteraan Masyarakat
Alat elektronik yang dipakai dalam kehidupan rumah tangga merupakan bentuk teknologi, cara cerdas yang mempermudah atau bahkan mempermurah kehidupan manusia. Mesin cuci, pemasak nasi, dan peralatan lainnya telah mengubah struktur aktivitas para wanita, bahasa ekonomnya transformasi.
Saya pun seorang mamah muda, kondisi sekarang adalah bentuk transformasi dari wanita usia 30-an di zaman kerajaan, zaman Kartini, bahkan zaman 80-an. Ternyata dunia tempat kita hidup dan orang-orang di dalamnya selalu mengalami perubahan.
Zaman kecil dulu, masih umum melihat para wanita mencuci baju di sungai atau pemandian umum. Beberapa tahun sebelumnya bahkan aktivitas mencuci ini bisa menghabiskan waktu hampir setengah hari. Penyebabnya beragam, misalnya sungai yang jauh atau mencuci sambil mandiin anak-anak, bahkan bergosip. Sementara era sekarang, ibu rumah tangga tinggal cemplungin baju, nyalain mesin cuci dan tuang sabun, teeet! Bisa lah ya ditinggal nganterin anak ke sekolah, arisan, maen handphone buat liat FB kalian, atau jualan online.
Setali tiga uang dengan pemasak nasi…
Sering banget bukan, kita “ceklekin” aja sambil ngerjain urusan lain. Entah hal yang produktif misalnya mengurus dagangan online, baca blog (seperti yang sedang Anda kerjakan sekarang), atau justru kurang produktif layaknya tidur. Memang hidup itu penuh dengan pilihan, dan setiap harinya setiap orang harus memilih, apa yang akan dikerjakan dan akan memperoleh manfaat yang sepadan dengan usahanya masing-masing.
Terus hubungan teknologi dengan jumlah penduduk tuh apa?
Saat teknologi udah bisa banget mempermudah aktvitas ibu rumah tangga, maka waktu yang tersisa makin banyak, wanita bisa lebih ‘melek’ informasi dan wawasan baru via medis sosial maupun search engine (Google, Yahoo, Bing, etc). Wanita bisa anter anak sekolah atau kumpul di arisan dan pengajian. Pilihan lainnya bisa kayak saya yang lagi hobi kuliah atau kerja.
Rupanya pergeseran kegiatan wanita yang salah satunya dibantu oleh kehadiran teknologi mesin cuci dan pemasak nasi ini, bikin para wanita lebih aware untuk mengendalikan produktivitas biologis (melahirkan anak). Dengan kondisi demikian, maka prioritas utamanya adalah kualitas, bukan kuantitas. Sekali lagi, KUALITAS bukan KUANTITAS.
Dulu, kakek nenek kita punya anak bisa lebih dari 10, termasuk Eropa yang sekarang jauh lebih maju dari negara kita. Usut punya usut, di Eropa pada zaman baheula, banyaknya anak yang lahir di dunia adalah strategi untuk menambah jumlah pekerja, terlebih bisa membantu orang tuanya memperoleh penghasilan. Fokusnya pada kuantitas, bukan kualitas.
Bagaimana dengan sekarang?
Statistik menunjukkan bahwa rata-rata cuma 2,6 anak per keluarga.
Well, actually, saya bukan sedang ngiklanin mesin cuci dan pemasak nasi, atau ngrayu anda jadi ibu yang bekerja, ngelarang Anda kumpul arisan. Bukan.
Topik ini adalah salah satu dokumentasi catatan kuliah Kebijakan Ekonomi Indonesia, bab Demografi dari dosen saya, pak Dewa Wisana, Ph.D. Makanya saya sharing di blog mas Andhika Diskartes dengan gaya bahasa saya sendiri.
Lanjut ya..
Lalu sebagai wanita, peran apa yang sebaiknya kita pilih?
Okay.
Kita sudah hidup pada zaman di mana secara umum wanita tidak lagi dikekang oleh aturan yang melarangnya bersosialisasi, belajar di sekolah-sekolah, bekerja, bahkan menjadi presiden sekalipun. Bersyukurlah bahwa kita hidup di Indonesia. Banyak studi mengatakan bahwa wanita itu pada dasarnya lebih produktif dalam banyak hal dibandingkan pria.
(Dialog:
Sofia : mas diskartes, jangan protes yaaaa.. Butuh sesi khusus lho mbahas ini
Diskartes : Hadeh, wanita emang selalu ngelarang pria protes. Tapi mereka protes mulu!)
Misalnya karena wanita mampu mengerjakan beberapa hal dalam waktu bersamaan (multitasking). Wanita juga lebih mampu bertahan dalam upaya mencapai goal-nya, bahkan sejak masih menjadi bakal manusia, sudah ada penjelasan ilmiah (biologis) tentang perbedaan karakter antara gen pria dan wanita. Namun tentu saja, banyak juga kelemahan wanita antara lain pengambilan keputusan yang cenderung lebih emosional daripada logis, dibandingkan dengan laki-laki.
Kesimpulan
I mean, dengan adanya kemudahan bagi wanita beraktivitas pada masa ini, ditambah kehadiran teknologi yang mempermudah kehidupan sehari-hari, nampaknya sangat amat disayangkan jika wanita tidak berperan aktif dalam peradaban.
But yes, hello, salah satu indikator penting kemajuan sebuah negara berdasarkan studi UNDP (United Nation Development Program) adalah keterlibatan wanita dalam perekonomian. Negara-negara berkembang termasuk Indonesia, masih tertinggal. Ralat, jangan bilang kita tertinggal. Indonesia masih punya potensi untuk memajukan diri, salah satunya dengan kontribusi wanita dalam perekonomian, pendidikan, kesehatan, bisa dibilang semua bidang.
Setidaknya, bagi seorang ibu adalah dengan menjadi penanggung jawab urusan domestik setiap rumah tangga, yang cerdas, futuristik, dan mampu menanamkan nilai-nilai positif kepada anak-anaknya. Intinya, gak salah deh kalo ada yang bilang bahwa kemajuan sebuah negara ada pada peran wanitanya. Apapun peran yang diembang sang wanita. Tapi syaratnya, harus jadi wanita yang open-minded dan bersemangat untuk menambah wawasan.
Last but not least, sebagai sesama wanita, saya pengen bilang, “semangat mamah-mamah muda!”
Penulis
Sofia Mahardianingtyas berprofesi sebagai auditor Pemerintah dengan latar belakang pendidikan Akuntansi Pemerintahan STAN dan saat ini sedang menyelesaikan Master of Economics dari Universitas Indonesia. Beliau join dengan tim Diskartes.com sejak tahun 2018.