diskartes.com – Assalamualaykum investor saham!
Akan sangat wajar bagi siapapun yang baru memulai investasi untuk merasa takut mencoba, termasuk investasi saham. Mulai dari ketakutan uangnya dicuri orang lain, penurunan harga saham, atau bahkan sampai perusahaan yang sahamnya dibeli menjadi bangkrut.
Sekali lagi, itu semua wajar. Karena memang ada kemungkinan kejadian-kejadian tersebut menjadi kenyataan.
Namun demikian, sebuah alasan yang konyol jika pada akhirnya Anda hanya berdiam diri dan melewatkan kesempatan emas, Kawan. Nah topik kali ini, kita akan membahas mitos-mitos yang ada di dunia saham. Apa sajakah itu?
7 Mitos Investasi Saham
1. Investasi saham sama dengan judi
Kalau you beli saham sambil merem, terus jualnya ngasal tapi ngarep untung 100%, saya berani bilang Anda berjudi. Pengennya kok enak banget, bahkan berjudi juga ga segampang itu kali! (Saya ngaku pernah berjudi pas sekolah! LoL)
Sama jika Anda bertanya ke saya,
“Mas saham yang besok naik, kira-kira apa ya?”
Abis itu Anda ga belajar sama sekali, cuma ngikut doang. Ya berarti Anda MEMPERTARUHKAN nasib Anda ke saya dong!
Banyak orang menganggap saham sama dengan judi karena perbuatan orang-orang seperti tadi. Padahal jelas saham ga seperti itu, ada kondisi ilmiah yang harus dipenuhi. Sentimen sekecil apapun pasti mempengaruhi harga saham. Makanya, belajar ilmunya bos! Untung kemarin sudah saya singgung sedikit tentang laporan keuangan kan? Itu modal dasar kalau mau ke level berikutnya!
Pasar modal bukan untuk orang-orang pemalas yang pengen cepet kaya.
2. Investasi saham hanya untuk orang kaya
Lagi-lagi di email, banyak yang nanya seperti ini,
“Saya enggak punya duit banyak, bisa ga kalau investasi saham dengan modal kecil?”
Bisa, Bisa, dan BISAAA!
Jangan putus asa atau patah arang, apalagi saham didukung pemerintah dengan agenda YukNabungSaham-nya, beda dengan perdagangan cryptocurrency. Damn!
Pertanyaan semacam tadi akan sangat wajar terlontar dari orang yang baru pertama terjun dalam bisnis saham, makanya saya sudah menuliskan panduan pemula-nya. Dibaca ya!
3. Beli saham yang sedang turun
Banyak kawan berfikir bahwa membeli saham yang sedang turun merupakan ide paling jenius yang pernah ada. Mereka lupa masalah “value”!
Pernahkah Anda mendengar pepatah,
“Menangkap pisau yang sedang jatuh akan melukai si penangkap.”
Artinya, kita tidak akan pernah tahu sampai dimana titik terendah yang paling pas untuk membeli saham. Saya akan menggunakan ilustrasi untuk mempermudah pemahaman Anda.
Dalam setahun, saham BUMI bergerak dari rentang harga 520 sampai 166. Nah seandainya dia sudah turun sampai 260 atau drop lebih dari 50%, bagaimana menurut Anda? Pasti sudah mengira di dasar dong ya, faktanya tidak demikian karena masih bisa turun sampai 166. Itulah kenapa Anda perlu memahami kapan saat paling tepat untuk membeli saham.
4. Saham blue chip paling aman
Tidak ada seorangpun bisa menjamin sebuah saham benar-benar aman di pasar modal, bahkan termasuk saham blue chip. Seperti Anda ketahui, bahwa blue chip yang sering direpresentasikan dalam saham di lingkaran LQ-45 selalu berubah. Lagi-lagi mengenai BUMI, pernah sebagai superstar saham di tahun 2000-an, hingga pada akhirnya harus dilempar karena performa buruknya.
Oleh karena itu, baik saham blue chip atau tidak, Anda harus selalu berhati-hati. Ingat bahwa yang Anda kelola bukan uang saya, but yours!
5. Selalu beli saham perusahaan yang brandnya bagus!
Lagi-lagi ada miskonsepsi disini, karena saya sendiri sangat jarang mengandalkan brand perusahaan untuk berinvestasi. Ada beberapa alasan, yang pertama adalah masalah kewajaran harga. Brand yang sudah terbentuk, bisa dibilang harganya terlampau mahal karena selalu menanjak harganya ketika sudah dikenal masyarakat luas. Lebih merasa aman memang, namun tidak cocok jika Anda mengharapkan kenaikan fantastis.
Kedua, brand yang sudah terbentuk belum menjamin sustainability bisnis dari perusahaan. Andaikata terjadi pergeseran manajemen dari leader sebelumnya yang membawa kesuksesan perusahaan, akan sangat mungkin mengalami koreksi harga saham yang cukup signifikan.
Bukan berarti Anda tidak boleh beli saham yang brandnya bagus, tapi pastikan sudah yakin atas dasar laporan keuangan dan manajemen yang stabil. Paham ya?
6. Kerugian yang belum direalisasikan bukan masalah
Salah satu pelajaran yang saya dapat di bidang Manajemen Keuangan ketika kuliah dulu adalah kerugian baru tercipta ketika saham sudah dijual. Tidak sepenuhnya salah, tapi juga bukan hal benar yang bisa dijadikan patokan.
Ketika harga saham turun dan Anda masih memegangnya, artinya kekayaan Anda juga turun!
Lalu, apa yang harus dilakukan jika nilai saham kita terus turun merugi?
Jangan PANIK! Itu syarat utama, karena Anda harus mulai berhitung ketika di posisi demikian. Pastikan apakah sahamnya masih layak untuk dikoleksi, atau sudah saatnya ganti perahu ke saham lain.
Beberapa orang merasa gengsi untuk menjual saham karena urusan rugi, takut mengakui kesalahan yang sudah dibuat. Padahal ketika masuk ke pasar modal, kita tuh sedang berbisnis kawan, jangan main hati.
7. Mengalahkan return LQ 45 adalah perkara mudah
Applause!
Semua orang pernah menjadi pemula, termasuk saya Bro. Itulah kenapa saya yakin bahwa Anda semua juga pernah sepemikiran dan satu tujuan, mengalahkan LQ 45. Tapi saya jamin kepada Anda semua,
Mengalahkan return LQ 45 BUKAN perkara mudah.
Bahkan berdasarkan pengalaman, beberapa reksadana yang notabene diurus oleh Manajer Investasi kelas atas masih kalah dengan return LQ 45. Oleh karena itu, akan lebih bijak jika LQ-45 dijadikan patokan gambaran pasar modal blue chip, bukan target yang harus dikalahkan.
Well, nampaknya pelajaran kali ini cukup ya kawan! Semoga kita dapat cuan ke depan. Jangan lupa beli e-book INVESTORY dan hadir di kelas saya selanjutnya.
Wassalamualaykum investor saham!