Menjelang akhir tahun itu biasanya kita akan dibanjiri event-event diskon. Salah satunya Black Friday.
Pada awalnya, Black Friday hanya dirayakan di Amerika Serikat. Namun, sekarang event ini semakin meluas dan semakin banyak toko yang memanfaatkannya untuk bisa meningkatkan penjualan.
Apalagi buat shopaholic yang suka belanja dari platform-platform luar, biasanya nunggu banget nih momen ini. Karena kayak Amazon, Walmart, dan sejenisnya diskonnya gila-gilaan, dan mereka juga mau mengirim sampai ke Indonesia.
So, siapa nih yang sudah menunggu momen Black Friday tahun ini? Tahun ini sih sepertinya menarik, karena tahun 2020, ada perubahan kebiasaan terkait pandemi yang berlangsung. Toko-toko konvensional yang meramaikan Black Friday kosong melompong, sementara kemeriahannya berpindah ke dunia virtual.
Ada beberapa alasannya, kalau melihat statistik di atas:
- Terlalu penuh sesak sehingga kurang nyaman
- Alasan kesehatan dan keamanan
- Nggak sepadan dengan usahanya
- Antrean yang panjang
- Diskon online lebih menarik
- Masalah parkir yang susah
- Masalah keuangan
- Nggak punya waktu, dan lain sebagainya
Tahun 2021 ada penurunan penjualan meskipun tak begitu signifikan. Lalu bagaimana dengan 2022? Apakah toko-toko semakin jor-joran untuk memberikan diskon?
Apa Itu Black Friday?
Kalau diterjemahkan secara harfiah, Black Friday artinya adalah Jumat Hitam, yaitu Jumat terakhir yang datang setelah Thanksgiving, dan sebelum masuk ke bulan Desember yang merupakan bulannya Natal. So, secara tidak resmi, Black Friday seakan menjadi penanda, bahwa masa Natal sudah tiba. Kalau di tahun 2022 ini, Black Friday akan jatuh pada 25 November.
Konon, istilah Black Friday ini pertama kali digunakan oleh petugas kepolisian Philadelphia tahun 1950, yang saat itu sangat sibuk mengurusi kemacetan lalu lintas di seluruh penjuru kota akibat orang-orang yang pengin berbelanja dan berburu diskon. Para polisi pun harus lembur di akhir pekan, dan mereka menyebutnya sebagai Black Friday, mengacu pada warna hitam yang identik dengan “sedih”. Sedih karena harus lembur saat mereka seharusnya sudah ber-weekend bersama keluarga, gitu kali ya.
Sementara ada teori lain yang menyebutkan, bahwa Black Friday merupakan simbol laporan keuangan yang positif. Karena kalau negatif, warna tintanya merah. Hmmm … masuk akal enggak menurutmu?
Belanja Habis-Habisan saat Black Friday
Ya sudah, apa pun yang memicunya, nyatanya Black Friday sekarang menjadi semacam event internasional. Banyak negara ikut memeriahkannya, tak terkecuali di Indonesia.
Sekarang Black Friday enggak hanya diselenggarakan satu hari doang. Bisa beberapa hari, sampai satu minggu. Toko-toko biasanya sudah mulai memotong harga saat Thanksgiving, agar penjualan lebih terkatrol lagi. Dan, ke depannya, Black Friday juga akan ramai di dunia virtual. Mungkin ya malah semakin ramai.
Di tahun 2020 saja, ada kenaikan cukup signifikan pada penjualan saat Black Friday. Dari USD 142.4 miliar menjadi USD 188.2 miliar.
Sementara untuk yang belanja online juga mengalami peningkatan. Hanya tahun 2021 yang mengalami penurunan tipis.
Beberapa fakta menarik yang bisa ditemukan di sini adalah:
- Kebanyakan orang tertarik untuk meramaikan Black Friday karena ada promo bebas ongkos kirim
- Lebih banyak orang belanja melalui PC dibandingkan melalui tablet ataupun smartphone
- Amazon menjadi ecommerce paling laris selama Black Friday
Event ini biasanya kemudian diikuti dengan Cyber Monday pada hari Senin berikutnya. Tapi banyak toko sudah menyambungkan saja kedua event ini, bahkan sejak Thanksgiving.
Belanja Cerdas saat Pesta Diskon, Termasuk Black Friday
Mari kita dengarkan dulu podcast yang menarik ini.
Memang ini bukan tradisi Indonesia. Tapi, kalau dipikir-pikir, event belanja diskonan seperti ini sudah cukup familier sih. Bahkan hampir di setiap bulan ada. Fenomena tanggal kembar, contohnya.
Sepertinya, sebagian toko dan ecommerce juga sudah bersiap sih. Pasalnya, sudah lihat beberapa iklan yang muncul di media sosial juga. Meskipun bukan budaya kita, tapi kalau bisa menaikkan penjualan, ya kenapa enggak, ya kan?
Sementara dari kacamata pebelanja sendiri—yaitu kita—ya ini kesempatan untuk bisa mendapatkan barang-barang dengan harga supermiring.
Nah, bisa dapat barang dengan harga yang murah banget, enggak berarti kamu bisa belanja tanpa batas. Ingat, ke depannya kamu masih butuh dana untuk hidup. Jadi, ya hati-hati dengan perencanaan keuangan yang sudah kamu buat. Seperti yang sudah-sudah, kontrol diri saat belanja itu penting.
1. Siapkan dananya
Ya, yang pertama siapkan dananya. Ya, ngapain belanja, kalau kamu nggak punya uang? Memang mau bayar pakai apa? Pakai paylater? Tunggu sebentar. Sebaiknya, pertimbangkan dengan bijak jika kamu menjadikan paylater sebagai metode pembayaran.
Apakah benar-benar sedarurat itu hingga butuh paylater?
Seharusnya sih enggak. Jadi, pakailah dana yang memang dialokasikan buat belanja, self reward, dan sejenisnya. Buat anggaran belanja yang sesuai, sebisa mungkin hindari utang yang tak perlu.
2. Siapkan daftar belanjaan
Memang di saat-saat seperti ini, penawaran toko akan sangat menggiurkan, sehingga berpeluang membuatmu jadi impulsif. So, buat daftar belanja yang memang terdiri atas barang-barang yang dibutuhkan. Dengan begitu, ketika promonya mulai, kamu bisa langsung sat set sat set, dan langsung checkout!
Lebih baik hindari window shopping, karena di sinilah peluang kalap bisa terjadi.
3. Cek harga
Meski semua toko akan sama-sama memberikan diskon, tapi wajib tetap kamu bandingkan. Lagi pula online ini kan? Nggak capek bolak-balik ngecek harga, karena semua tinggal memainkan jempol saja.
Ada trik lawas yang sering digunakan dalam hal ini. Yaitu memberikan potongan harga setelah harganya dinaikkan lebih dulu. So, inilah alasan lain mengapa kamu perlu cek harga. Kamu bisa memastikan, bahwa harganya bukan harga akal-akalan, melainkan benar-benar ada diskon yang diterapkan.
4. Tak perlu FOMO
Agar belanjamu saat Black Friday tetap terkendali, jangan sampai FOMO. Karena itu, jangan lakukan window shopping at the first place. Karena itu juga, buatlah daftar belanja yang kamu perlukan saja.
Kadang saat belanja Black Friday ini pihak toko juga menerapkan batasan waktu, sehingga bikin kita tambah panik—yang kemudian menjadi tambah impulsif. Merasa semua barang jadi urgent dibutuhkan.
Padahal ya, itu trik semata. Apalagi kalau ada notifikasi bahwa stok produk menipis. Wah, semakin panik!
Jadi, sekali lagi stick pada daftar belanja yang kamu buat, kemudian segera checkout, bayar dan selesai. Hal ini menjadi cara terefektif mencegah FOMO dan panik.
5. Kelewat? Jangan khawatir, masih ada 12+ kesempatan diskon lainnya
Nggak bisa ikut menikmati Black Friday secara tuntas dan puas? Tenang, karena bakalan masih ada kesempatan diskon lain! Ingat, bahwa hampir setiap tanggal kembar, toko-toko dan ecommerce kita itu selalu akan ada diskon. Belum lagi momen-momen lain. Jadi bisa dibilang, kesempatan belanja diskon kita itu bisa jadi lebih dari 12 kali dalam setahun!
Banyak kan?
Nah, itu dia pembahasan tentang Black Friday. Gimana? Kamu sudah siap dengan anggarannya? Jika iya, ya habiskan!
Jangan lupa untuk subscribe channel YouTube Diskartes dan juga Podcast Diskartes untuk berbagai ilmu perencanaan keuangan, investasi, dan ekonomi seru lainnya ya.