Beberapa kali belanja ke Tokopedia sudah ada penambahan biaya jasa aplikasi Rp1.000. Ternyata ini kebijakan baru yang sudah mulai diterapkan sejak awal Agustus 2022 yang lalu.
Sementara, di aplikasi Gojek dengan GoFood-nya, juga sudah beberapa bulan ada penambahan biaya jasa aplikasi juga, besarannya Rp3.000. Ini sih lumayan juga ya. Beli batagor harga Rp10.000, ongkos kirim Rp7.000, biaya jasa aplikasi Rp3.000. Duh, bisa dapat seporsi batagor lagi ya?
So, kalau dipikir-pikir, kalau enggak beli sekalian banyak, ya rugi sih sekarang kalau mau pesan makanan online. Jadinya kadang beli sekali buat makan sekeluarga, untuk makan siang sampai malam saja. Baru terasa lebih menguntungkan. Kalau cuma beli seporsi batagor doang pakai GoFood, doh, sayang banget.
Mengapa Ada Biaya Jasa Aplikasi Sekarang?
Yes, jadi sudah lewat era bisa belanja online murah meriah sekarang ya. Pasalnya, kayak Tokopedia sudah memberlakukan biaya jasa aplikasi mulai 3 Agustus 2022 yang lalu.
Menurut keterangan pihak pengelola marketplace yang sudah merger dengan Gojek itu, kebijakan pemberlakuan biaya jasa aplikasi ini diambil agar mereka bisa meningkatkan kualitas layanannya.
Biaya jasa aplikasi ini akan terlihat saat kita sudah cekout dan bersiap hendak membayar, berlaku untuk setiap kali transaksi. Jadi kalau sehari transaksi 5 kali, ya total biaya jasa aplikasi yang harus ditanggung adalah Rp5.000. Selain tagihan belanja dan ongkos kirim jika ada, maka akan terlihat pula tambahan biaya ini pada invoice, untuk pembelian barang fisik. Tambahan biaya ini tidak berlaku jika kita hendak transaksi produk keuangan, digital, donasi, zakat, ataupun TopAds.
Di dalam biaya jasa aplikasi ini, juga sudah ada komponen Pajak Pertambahan Nilai, alias PPN, sesuai peraturan yang sudah ditetapkan. Kalau ternyata barang bermasalah dan kemudian pelanggan meminta refund, maka biaya jasa aplikasi ini juga sepenuhnya dikembalikan sesuai prosedur refund yang berlaku.
Tokopedia sudah memberlakukan biaya jasa aplikasi. Gojek juga sudah, lebih besar malahan. Apa kabar marketplace lain ya? Apakah mereka juga memberlakukan tambahan biaya aplikasi ini?
Blibli
Sepanjang menelusuri website ecommerce milik Djarum ini, tidak ditemukan keterangan mengenai biaya jasa aplikasi seperti halnya Tokopedia atau Gojek.
Namun, di Blibli, ada yang namanya biaya layanan, yang diberlakukan jika kita menggunakan fasilitas Cash on Delivery sebesar 2% dari total pembayaran, atau jika kita berbelanja dengan menggunakan kartu kredit dengan cicilan 0% tenor 6, 9, 12, 18, hingga 24 bulan.
Shopee
Di Shopee, terpantau ada biaya penanganan alias handling fee untuk setiap checkout transaksi yang berhasil. Besarannya tergantung metode pembayaran yang dipilih oleh pembeli.
Tidak terpantau ada pemberlakuan biaya jasa aplikasi seperti halnya Tokopedia dan Gojek. Biaya administrasi Shopee hanya diberlakukan bagi penjual.
Lazada
Menelusuri website resmi Lazada, ada biaya berjualan yang diberlakukan untuk penjual. Sementara tidak ada biaya jasa aplikasi, selain ada biaya penanganan untuk cicilan.
Bukalapak
Menelusuri website Bukalapak, juga tak ditemukan adanya biaya jasa aplikasi yang dibebankan kepada pembeli ini, selain ada biaya administrasi untuk para pelapak.
So, dari kasus ini, lantas banyak yang menyebutkan, bahwa era bakar uang di dunia startup sudah berakhir. Benarkah demikian? Kan, yang memberlakukan biaya jasa aplikasi cuma Tokopedia dan Gojek? Yang lain, ada biaya layanan atau biaya administrasi, tetapi khusus untuk penggunaan metode pembayaran dengan cicilan kartu kredit—which is semua juga sudah tahu, kalau belanja dengan kartu kredit itu bisa ada charge-nya, dan biaya alias komisi untuk platform dari para seller.
Pembeli tidak dibebani biaya apa pun, selain harga barang dan ongkos kirim.
So … how? How?
Apa itu Bakar Uang dalam Dunia Stratup?
Di dunia startup, memang kita sering mendengar adanya strategi bakar uang. Apa sih maksudnya?
Kalau kamu mengamati, beberapa tahun belakangan, banyak perusahaan startup—terutama ecommerce—getol banget memberikan diskon, promo, gratisan ini itu kepada pengguna aplikasinya. Bisa dibayangkan, biaya di sini besar banget. Bisa dibilang, pengelola startup ecommerce ini membakar modal yang mereka miliki untuk memanjakan konsumen.
Tujuannya apa?
Memperluas pasar
Apa sih yang bisa menarik pengguna baru untuk mau menggunakan aplikasi ecommerce tertentu? Ya, sama saja dengan kalau kita belanja di toko fisik. Kita akan getol belanja kalau harganya murah.
Dengan iming-iming harga murah, diskon banyak, promo setiap hari, dan berbagai gimmick lainnya, jumlah pengguna pun akan bertambah dengan cepat. Siapa yang enggak mau, kan? Of course, upaya ini bukannya tanpa biaya. Biayanya justru banyak banget di sini.
Menciptakan loyalitas
Saat target pasar sudah dikuasai, maka target selanjutnya adalah menciptakan loyalitas pada pengguna. Fokusnya beralih sedikit: gimana caranya membuat pengguna mau kembali belanja lagi di aplikasi setelah mereka belanja sebelumnya.
Lazimnya pengguna, mereka juga akan membandingkan satu aplikasi belanja dengan yang lainnya, lalu menganalisis mana yang lebih murah, mana yang lebih banyak reward-nya, mana yang lebih cepat pengirimannya, dan sebagainya. Yang punya poin unggul terbanyak sudah pasti jadi pemenang. Aplikasi tersebut akan menjadi top of mind bagi pengguna yang membutuhkan sesuatu.
Sayangnya, strategi bakar uang memang berpotensi besar untuk menggaet pasar yang luas, tetapi kurang manjur untuk menciptakan loyalitas. Terbukti beberapa waktu belakangan, tercium indikasi bahwa pengguna semakin malas berbelanja melalui aplikasi karena promo berkurang, ada tambahan biaya jasa aplikasi, hingga yang terakhir ada kenaikan fee untuk layanan antar akibat naiknya BBM.
Sementara di sisi lain, investor juga semakin ketat menggelontorkan dana. Beberapa startup ecommerce diketahui masih mengalami kerugian, meskipun sudah berani melantai di bursa saham. Kita juga melihat sejumlah startup harus mengurangi jumlah karyawan secara masif, atas nama efisiensi.
So …
Era Bakar Uang Telah Berakhir?
Memang sudah tampak sinyal bahwa industri ecommerce kini sudah mengakhiri era bakar uang mereka. Ini artinya, ke depan, promo dan diskon bisa jadi akan berkurang. Biaya operasional bagi merchant bisa jadi juga akan dinaikkan.
Faktanya, peta persaingan ecommerce memang yang paling ketat, terutama untuk model bisnis B2C.
Lalu, akankah adanya biaya jasa aplikasi ini akan memengaruhi intensitas pelanggan yang berbelanja? Bagaimana juga dengan pemesan makanan online, yang harus menanggung biaya jasa aplikasi sebesar Rp3.000? Akankah terpengaruh?
Mari kita tunggu perkembangan selanjutnya.