Juni 2022, ekspor Indonesia mencatatkan peningkatan sebesar 21.30% dibandingkan bulan Mei 2022, menjadi USD 26.09 miliar. Demikian menurut laporan Badan Pusat Statistik Indonesia.
Kalau dilihat dari komposisinya, sektor nonminyak dan gas meningkat sebesar 22.71%, dan migas naik sebesar 2.45%. Kenaikan ini banyak didukung oleh produk yang minyak sawit (CPO) dan lemak minyak hewan nabati.
Sedangkan, kalau secara year on year, ekspor Indonesia meningkat sebesar 40.68%, dengan nonmigas meningkat 40.68%, dan migas meningkat 23.68%.
Kalau mau ditelusur lebih jauh lagi, ekspor nonmigas tertinggi pertama adalah produk lemak dan minyak hewan nabati, yang meningkat 300.66% secara bulanan. Sedangkan, tertinggi kedua adalah kendaraan dan spare part-nya, yang meningkat 40.11%.
Ekspor migas terkerek, thanks to ekspor minyak mentah, yang meningkat 69.80% secara bulanan. Dengan demikian, secara keseluruhan ekspor migas naik 2.45%. Sektor lainnya seperti pertanian kehutanan meningkat 23.30%, industri pengolahan 29.21%, dan pertambangan lainnya 6.22%.
Dengan demikian, secara bulanan, industri pengolahan naik tertinggi 29.21%, dengan didorong oleh industri kelapa sawit dan pakaian jadi.
5 Komoditas Primadona Ekspor Indonesia
Indonesia memang telah tercatat sebagai negara pengekspor besar di pasar internasional. Variasinya yang banyak, dan kualitasnya yang mumpuni sudah tak perlu diragukan lagi.
Dengan adanya ekspor yang meningkat, diharapkan ekonomi Indonesia juga segera pulih pascapandemi ini. Lalu, apa saja komoditas ekspor primadona dari Indonesia? Ada banyak, tapi mari kita bahas lima yang terbesar.
1. Sawit
Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara yang mendominasi pasar minyak sawit dunia. Buat Indonesia, ekspor minyak kelapa sawit merupakan sumber pendapatan yang terbesar saat ini. Hanya di Januari hingga Oktober 2021, Indonesia bisa mengekspor 28.89 juta ton minyak sawit, nilainya setara dengan Rp419.3 triliun.
Sumber minyak sawit di Indonesia didominasi Sumatera dan Kalimantan, dengan target ekspor ke Rusia, Tiongkok, India, Jepang, dan berbagai negara lain di Asia dan Eropa.
2. Karet
Karet menempati urutan kedua hasil ekspor primadona dari Indonesia, dan memang menjadi yang kedua terbesar di dunia setelah Thailand.
Hasil karet kita dikirim ke 5 benua, dengan pasar utama negara-negara yang ada di benua Asia. Penghasil karet terbesar di Indonesia ada di Sumatera dan Kalimantan.
3. Udang dan lobster
Ekspor udang dan lobster juga menjadi yang terbesar. Hal ini wajar sih, karena Indonesia memang sebagian besar terdiri atas laut. Makanya, produk dari laut juga melimpah.
Dari Januari hingga November 2021, Indonesia telah mengekspor 5.33 juta kg udang, dengan nilai USD 36.75 juta. Negara tujuan terbesarnya adalah Malaysia, Singapura, Tiongkok, hingga Korea.
Begitu juga dengan lobsternya, Indonesia adalah yang terbaik. Sebanyak 2.1 ribu ton lobster berhasil diekspor ke Taiwan, Tiongkok, Singapura, Australia dan beberapa negara lainnya. Nilai ekspor lobster mencapai USD 75.8 juta di tahun 2020.
4. Kakao
Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga tahun 2020, menurut FAO. Di tahun yang sama, ekspor kakao Indonesia mencapai 740 ribu ton. Saat ini, ada lebih dari 1.6 juta hektare perkebunan kakao di Indonesia, dan mengirim produknya ke Amerika Serikat, Tiongkok, Jerman, Belanda, India, dan beberapa negara lainnya.
5. Kopi
Masih menurut data FAO, kopi Indonesia telah diekspor hingga 765 ribu ton di tahun 2021. Produk varian kopi yang sangat terkenal dari Indonesia adalah Arabica dan Robusta. Namun, selain kedua jenis kopi tersebut, ada juga jenis kopi lain yang ternyata merupakan yang termahal di dunia. Kopi tersebut adalah kopi luwak.
Perkebunan kopi tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, tetapi penangkaran luwak terbesar ada di dataran tinggi Gayo. Kopi Indonesia diekspor ke Belanda, Jerman, Qatar, Dubai, Malaysia, Singapura, Mesir, dan beberapa negara lainnya.
Sri Mulyani Sempat Pesimis
Sementara, di balik “prestasi” peningkatan ekspor ini, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, sebenarnya sudah sempat pesimis lantaran secara teknis, Amerika Serikat sudah masuk ke jurang resesi, dan dikhawatirkan akan berdampak hingga ke Indonesia.
Bagaimanapun, Amerika Serikat merupakan salah satu negara tujuan ekspor Indonesia yang terbesar. Jika ekonomi negara adidaya tersebut guncang, maka dikhawatirkan permintaan ekspornya juga akan berkurang. Tercatat, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat sudah minus pada kuartal I 2022, dan kembali terkontraksi 0.9% pada kuartal II 2022.
Sementara, pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga “hanya” 0.4% pada April – Juni 2022. Perekonomian Eropa juga setali tiga uang, lantaran kenaikan harga pangan dan energi yang menjadi dampak perang Rusia dan Ukraina. Rusia sudah mengurangi pasokan energi ke Eropa, hingga memengaruhi inflasi sejumlah negara di benua biru.
Amerika Serikat, Tiongkok, dan negara-negara di Eropa merupakan negara-negara utama tujuan ekspor Indonesia. Jika perekonomian mereka melemah, maka permintaan ekspor akan menurun yang berakibat harga komoditas juga akan menurun. Jika ini sampai terjadi, neraca perdagangan negara kita berpeluang defisit ke depannya.
Well yeah, dunia memang sedang tidak baik-baik saja, ygy. Pemulihan ekonomi akibat pandemi panjang saja belum selesai, belum sempat memosisikan pertumbuhannya balik ke semula, ini sudah ada perkara begini lagi. Memang upaya pemulihan tersebut membuat permintaan komoditas naik, tapi sayangnya enggak bisa diiringi dengan meningkatnya pasokan.
Hasilnya, harga komoditas melonjak naik enggak kira-kira. Inflasi semakin tak terkendali di bagian dunia. Beberapa pemerintah negara menyatakan diri bangkrut, meninggalkan persoalan pelik di setiap lapisan masyarakat.
Sementara di Indonesia, inflasi saat ini masih tercatat pada posisi 4.35% secara tahunan pada Juni 2022. Angka ini adalah yang tertinggi sejak 2017.
So, semoga peningkatan ekspor ini berlanjut ya, seiring negara-negara dunia berbenah untuk segera bisa mentas lagi dari jurang resesi. Yuk bisa yuk!