Masih saja terdengar berita mengenai orang-orang yang kebobolan kartu kredit sampai dengan hari ini. Sedih banget.
Baru beberapa hari kemarin dapat curhat dari salah seorang teman. Kartu kreditnya dibobol dan dia baru sadar setelah pemakaian sudah mencapai Rp18 juta. Padahal ia karyawan biasa saja. Pakai kartu kredit juga jarang, karena hanya dipakai untuk keperluan-keperluan mendesak. Itu pun sebisa mungkin langsung dibayar lunas, sebelum akhir jatuh tempo penagihan.
Sudah berusaha untuk melaporkan dan kemudian mengajukan penolakan transaksi, bisa mendapatkan keringanan sih, karena selama ini reputasinya sebagai pemegang kartu kredit sangat baik. Tetapi ya tetap saja, ia harus membayar tagihan transaksi yang sebenarnya tak pernah ia lakukan.
Terpanggil oleh kasus seorang teman ini, maka mari kita bahas mengenai keamanan kartu kredit kali ini.
Modus Penipuan Kartu Kredit
Ada beberapa modus penipuan kartu kredit yang jamak dijumpai, dan kamu perlu banget untuk tahu.
Phising
Phising adalah salah satu bentuk cybercrime, di mana pelaku “memancing” korban untuk menyerahkan kunci atau passwords, atau hal-hal semacamnya, pada mereka tanpa sadar, untuk kemudian dimanfaatkan demi keuntungan mereka sendiri.
Nah, paham kan ya, kenapa dinamakan phising? Karena ada kata “memancing” di situ. Ya, gampangannya gitu sih.
Biasanya modus ini dijalankan dengan cara membuat email palsu, pura-pura menyuruh calon korban untuk login ke laman tertentu, yang memungkinkan bagi penjahat untuk tahu passwords yang digunakan oleh calon korban untuk login. Setelah mengantongi passwords korban, si pelaku kejahatan ini lantas memanfaatkannya untuk kepentingannya sendiri.
Modus ini juga jamak dilakukan untuk melakukan penipuan kartu kredit. Biasanya, dengan cara tertentu, si penjahat kemudian bisa mendapatkan nomor kartu kredit korban sekaligus nomor CVV-nya, dan kemudian digunakan untuk berbagai hal. Hingga kemudian, tagihan datang pada si korban. Nah, saat itulah, biasanya korban baru tahu kalau ada transaksi kartu kredit yang dilakukan di luar sepengetahuannya.
Skimming
Modus ini biasanya tak hanya mengincar kartu kredit saja, tetapi juga debit card alias kartu ATM. Biasanya dilakukan dengan “menanam” alat tertentu pada mesin-mesin pembayaran seperti mesin EDC atau ATM.
Ketika korban memasukkan atau menggesekkan kartu, maka alat ini akan menyalin data dan informasi yang tersimpan di dalam kartu. Dengan data yang diambil ini, pihak penjahat bisa melakukan apa pun ‘atas nama’ si pemilik kartu.
Dengan modus ini, biasanya pemilik kartu juga tak menyadari ketika kartunya sudah dibobol oleh orang lain. Baru ketika tagihan datang, saat itulah akan terlihat bahwa ada transaksi yang tak pernah dilakukan.
Jagalah Keamanan Kartu Kredit yang Kamu Punyai!
So, memang PR tersendiri bagi kamu untuk menjaga keamanan kartu kredit begitu kamu sudah memegangnya. Tak hanya menjaganya dari keinginan belanja yang berlebihan, tetapi juga dari tangan penjahat.
FYI, di luar negeri, jika seseorang hendak menggunakan kartu kredit, maka ia akan menggesekkan atau memasukkan sendiri kartunya pada mesin EDC, dan kemudian melakukan transaksi sendiri. Berbeda dengan yang terjadi di Indonesia, yang orang-orangnya dengan mudah memberikan kartu kredit miliknya pada kasir atau waiter/waitress untuk digesekkan ke mesin EDC. Di sinilah bedanya. Kita memang belum teredukasi dengan baik akan hal-hal yang tampak sepele seperti ini.
Jadi, mari kita lebih waspada. Kamu dapat melakukan beberapa hal berikut untuk menjamin keamanan kartu kreditmu sendiri.
Lindungi Nomor CVV atau CVC
Nomor CVV (Card Verification Value), atau CVC (Card Verification Code), merupakan 3 digit angka yang berada di bagian belakang kartu kredit, biasanya ada di dekat bagian yang harus ditandatangani oleh pemilik kartu.
Tiga digit angka ini berlaku sebagai pengaman ketika pemilik kartu hendak melakukan transaksi secara online. Transaksi online tanpa memasukkan nomor CVV atau CVC maka otomatis akan ditolak. Dengan demikian, sudah seharusnya kita tak memberitahukan nomor CVV atau CVC kita pada pihak lain, termasuk pada pihak bank. Kode ini seperti halnya PIN, hanya boleh diketahui oleh kita sendiri sebagai pemilik kartu. Ini adalah kode rahasia untuk pemakaian kartu kredit.
Yah, nggak cuma nomor CVV atau CVC saja yang perlu dilindungi sih, nomor kartu kredit yang ada di bagian depan juga sebaiknya jangan disebarkan.
Pernah lihat seseorang–saking bangganya bisa mendapatkan kartu kredit–malah memposting fotonya dan diunggah di media sosial. Hadeh, vroh.
But, yeah. Ain’t we all that silly for once in our lifetime? Yah, yang penting waspada saja.
Pakai PIN
Kartu kredit sekarang juga dilengkapi dengan PIN. Jadi, begitu kamu menerima kartu kredit dari bank, segeralah aktivasi PIN-nya.
Ketika kita bertransaksi, nantinya kita akan ditanya, mau pakai tanda tangan atau PIN? Tanda tangan, bisa dipalsukan. PIN, hanya kita sendiri yang tahu–yha kalau secara nggak sadar kita sebutkan pada orang lain sih.
Yah, begitulah. Kadang kita juga enggak sadar banget telah melakukan kebodohan. Pas sadar, sudah terlambat. Berdoalah, supaya dijauhkan dari hal-hal seperti ini.
Enggak berarti lantas kalau sudah ada PIN, lantas jadi aman 100% juga sih. Cerita si teman di awal artikel ini contohnya. Kartu kreditnya sudah dilengkapi dengan PIN, tapi masih juga bisa dibobol maling.
Settingan Notifikasi ke Ponsel
Ini juga penting loh. Salah satu kesalahan si teman yang kartu kreditnya dibobol di awal artikel ini adalah karena ia tidak mengaktifkan notifikasi transaksi kartu kredit langsung ke ponsel. Dikiranya, nanti bakalan sering dikasih promo-promo, dan ia merasa malas untuk menerimanya. Akhirnya notifikasi pun dimatikan.
Alhasil, ketika ada pemakaian kartu kredit yang tidak dilakukannya, ia pun tidak menerima notifikasi apa pun. Padahal dengan adanya notifikasi ini, barangkali ia bisa tahu lebih cepat kalau ada yang mencoba memakai kartu kreditnya.
Well, pelajaran berharga memang mahal ya, Ferguso?
Simpan Bukti Transaksi
Selalu simpan bukti transaksi kartu kredit, setidaknya sampai tagihan datang, agar kamu bisa mencocokkan jumlah transaksi yang kamu lakukan dengan angka yang ada di lembar penagihan.
Jika terjadi ketidakcocokan, kamu bisa segera melaporkannya pada pihak bank penerbit kartu kredit dan bisa segera diurus.
Tapi tahu enggak sih, kita harus menjaga keamanan kartu kredit tuh yang paling besar dari siapa?
Dari diri kita sendiri.
Dari nafsu belanja kita yang bisa sangat tidak terkendali.
Yeah, so be wise. Kartu kredit bukan kartu ATM. Uang yang kamu ambil dari cash advance kartu kredit juga bukan uang yang jatuh begitu saja dari langit. Demikian juga dengan utang yang kamu lakukan dengan kartu kredit. Ada konsekuensi besar yang menjadi tanggung jawabmu setelah kamu menggunakan kartu kredit untuk keperluan apa pun.
Konsekuensi yang bernama: membayar cicilan sampai lunas.
Penulis