Sepertinya ini memang menjadi pertanyaan besar kita semua, ya kan? Apa yang terjadi pada perekonomian kita setelah pandemi berakhir? Akankah kita bisa segera kembali pada kondisi ekonomi normal yang kita nikmati sebelum virus corona menyerang? Berapa lama waktu yang dibutuhkan?
Dan, bagaimana hal ini akan berdampak pada hidup kita masing-masing?
Sungguh pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab untuk saat ini, lantaran begitu banyaknya hal yang enggak pasti, yang belum kita ketahui. Ditambah dengan berbagai prediksi yang tak jelas ujung pangkalnya, seputar penyebaran virus ini.
Seperti, akankah ada second wave? Bagaimana kalau virus corona yang sekarang ada lalu bermutasi lagi, dan menyebabkan kehebohan yang lain? Kapan vaksin bisa mulai dimanfaatkan?
Memang, tak banyak yang bisa kita ketahui dengan pasti, akan seperti apa kondisinya setelah pandemi berakhir. Tetapi, sebenarnya, berdasarkan sedikit fakta yang ada sekarang, kita bisa membuat prediksi yang sedikit intelek, dan kemudian membuat perencanaan berdasarkan prediksi tersebut.
Perlu diingat sekali lagi, ini sekadar prediksi dan nantinya akan ada beberapa “usulan” antisipasi. Kamu tentu boleh berpendapat lain, dan/atau menambahkan usulan atau tipnya sesuai dengan apa yang kamu rasakan atau alami nanti.
Sekarang, mari kita coba bahas sampai selesai dulu ya.
Rebound Ekonomi: Bagaimana Jadinya?
Kita sudah melihat, beberapa negara telah berusaha memulihkan diri dari pandemi dan krisis yang baru saja terjadi. Dari situ, kita juga dapat melihat bahwa rebound ekonomi tidak terjadi secara merata di seluruh wilayah. Ada beberapa area dan kota yang dapat pulih dengan cepat, sementara yang lainnya tidak.
Misalnya saja, negara yang dapat menerapkan social distancing dengan sangat disiplin menunjukkan sinyal pemulihan ekonomi yang lebih kuat. Sebut saja Wuhan di Tiongkok, diprediksi IMF akan mampu segera pulih perekonomiannya. Secara keseluruhan, negara Tiongkok diprediksi akan pulih dari minus 0,2% menjadi 8.2% tahun depan. Demikian juga dengan Prancis, dari minus 5.3% akan segera pulih dan akan bertumbuh sebesar 7.3%.
Negara lain yang diperkirakan segera pulih juga adalah Filipina, Malaysia, Inggris, dan Italia.
Sementara, ada yang lain yang memperkirakan bahwa daerah atau negara atau kota yang memiliki basis teknologi yang kuat juga akan pulih lebih cepat. Pemanfaatan teknologi yang sangat efektif dan optimal memungkinkan orang-orang untuk bekerja dari rumah tanpa kendala, sehingga aktivitas ekonomi tetap berjalan seperti biasa. Hanya saja berganti media, dari konvensional menjadi virtual.
Pada akhirnya, kita mungkin harus menerima, bahwa pandemi virus corona mungkin akan membuat kesenjangan ekonomi antara satu daerah dengan yang lainnya semakin jauh.
Kok begitu? Coba lihat di Indonesia saja. Dengan memberlakukan sekolah di rumah, kita sekarang sudah dihadapkan bahwa daerah-daerah yang belum terbiasa memanfaatkan teknologi semakin tergagap-gagap harus segera bisa menyesuaikan diri. Dan, ini bukan hal yang mudah.
Work From Home Akan Jadi Company Culture Baru
Beberapa orang akan lebih memilih untuk meneruskan kerja dari rumah, meski masa pandemi dinyatakan berakhir.
Bukan sekadar takut akan virus (yang pada saatnya nanti sudah terjinakkan. Amin!), tetapi karena lantas terbentuk habit dan menjadi company culture yang baru. Mungkin akan lebih banyak perusahaan yang memberi opsi untuk bekerja dari rumah pada karyawannya, alih-alih mengembalikan mereka ke kantor lagi setelah pandemi berlalu.
Banyak penyebabnya, misalnya saja, prosedur untuk mempersiapkan ruang kerja yang sesuai dengan protokol kesehatan jauh lebih rumit ketimbang menyiapkan setting online workspace yang memungkinkan pekerja bisa bekerja secara virtual. Pun mungkin, biayanya juga akan lebih banyak.
Ini realistis loh! Apalagi untuk perusahaan yang tak memiliki ruang yang cukup untuk memungkinkan karyawan tetap jaga jarak secara fisik antara satu dengan yang lainnya. Hal ini akan berdampak pula pada biaya operasional perusahaan. Bisa jadi berkurang, atau mungkin malah bertambah, lantaran harus memfasilitasi karyawan dengan alat-alat berteknologi, demi memastikan kelancaran aktivitas usaha.
Dengan meningkatnya kesempatan untuk work from home, maka akan berdampak pula pada aktivitas commuting pekerja. Beberapa orang pekerja mungkin akan pensiun lebih dini, karena semakin tua usia kita, semakin rentan pula terhadap penyakit menular seperti COVID-19.
Sementara, yang lain, yang meski sudah senior tetapi pemikirannya tetap dibutuhkan, agar lebih banyak berada di rumah alih-alih untuk ngantor lagi.
Lalu, dampaknya apa untuk perekonomian setelah pandemi berakhir?
Ya, ini bisa berarti, dalam beberapa tahun mendatang akan ada kecenderungan perubahan perilaku ekonomi. Buat yang punya kendaraan pribadi, bakalan lebih banyak digunakan alih-alih menggunakan moda transportasi umum, karena dirasa lebih aman. Ini berarti akan ada peningkatan jumlah kendaraan lagi di jalanan. Perawatan, perbaikan, dan penggantian mobil bisa jadi akan meningkat. Mungkin enggak besar sih, tapi cukup akan terasa.
Kedai kopi, kafe, dan restoran harus menambah jenis layanan ke ranah online, jika ingin tetap survive hingga beberapa tahun ke depan. Mungkin juga harus menambahkan fasilitas drive-thru. Bioskop barangkali perlu mempertimbangkan untuk memiliki opsi menonton secara drive-in, kayak zaman dulu. Hmmm, apakah ini berarti layar tancap akan bangkit kembali?
Begitu juga dengan jasa layanan wisata, barangkali akan lebih lama lagi pulih.
Berkaca pada Pandemi 1918
Tahu enggak sih, kondisi sekarang ini katanya sama dengan kondisi yang pernah terjadi tahun 1918. Saat itu, dunia juga menghadapi wabah penyakit ganas berupa serangan influenza yang ganas dan membunuh 17 – 50 juta orang dalam 3 gelombang. Karantina dan lockdown massal terjadi di seluruh dunia, demi menghambat persebaran virus yang terlalu cepat bagi dunia yang belum memiliki teknologi canggih saat itu.
Kalau dipikir-pikir, rasanya enggak mungkin dunia akan segera pulih dengan kondisi saat itu. Tetapi, ternyata bisa saja tuh. Padahal ilmu pengetahuan belum seperti sekarang, pun dengan teknologi. Kita–somehow–menemukan cara untuk menemukan obatnya dengan segera, sebagian yang lain bertahan karena terbentuk imunitas dalam tubuh mereka.
Sektor budaya, ekonomi, dan sosial pulih, bahkan bertumbuh secara positif bahkan dalam waktu yang relatif singkat, hingga melahirkan masyarakat modern baru.
Hal yang sama akan terjadi pada kita. Mungkin kita sekarang sedang berada di titik terendah di segala sektor, utamanya sektor ekonomi. Tapi kita pernah berada di titik tertinggi juga. So, bukan nggak mungkin kita akan berada di titik tertinggi lagi. Ya, pasti butuh waktu sih, bagi kita untuk sampai ke sana.
Hal-hal seperti ini wajar saja terjadi dalam hidup kan ya? Katanya pun, hidup bagai roda. Kadang di atas, kadang di bawah?
Jadi, Apa yang Harus Kita Lakukan Sekarang, Agar Setelah Pandemi Berakhir Kita Juga Survive?
1. Bersiaplah dengan dana darurat
Tahun ini–dan mungkin hingga tahun depan–ketidakpastian ini akan berlanjut. So, persiapkan dana daruratmu. Tentukan jumlah idealnya sesuai dengan kondisimu. Yang single, persiapkanlah lebih banyak–misalnya sampai 6 kali pengeluaran untuk kali ini. Yang sudah berkeluarga dan punya anak, serta untuk para pejuang freelance, milikilah dana darurat dengan jumlah seideal mungkin.
Dana darurat adalah senjata terbaik untuk melawan ketidakpastian.
2. Teruskan gaya hidup hemat
Penghasilan yang berkurang selama pandemi bisa memaksamu untuk hidup lebih hemat, lebih perhitungan terhadap pengeluaran, dan mungkin membuatmu mencari alternatif pemasukan tambahan.
Teruskan.
Setelah pandemi berakhir, ekonomi memang bisa saja pulih. Tapi, pulih seperti apa, kita tidak pernah tahu. Jadi, lebih baik, lanjutkan saja gaya hidup hemat yang sekarang kita miliki.
3. You can’t control the condition, but you can control yourself
Nggak perlu merasa berkewajiban untuk membenahi hal-hal yang salah. Terutama jika ini dilakukan oleh orang lain.
Orang memang bisa saja tidak disiplin melakukan protokol kesehatan, dan itu bisa membahayakan. Tetapi, jika kita sampai stres karena melihat mereka yang tidak disiplin, hal ini juga akan memengaruhi kesehatan kita sendiri.
So, lebih baik fokus pada diri sendiri, lakukan yang terbaik, dan disiplin.
4. Jangan berhenti investasi
Terutama untuk investasi jangka panjang. Pasar yang volatile tidak seharusnya menjadi alasan untuk berhenti berinvestasi, kalau kita sudah memiliki rencana keuangan yang komprehensif.
So, stick to the plan. Cari cara supaya tetap bisa konsisten, dan kamu akan memetik hasilnya ketika kondisi sudah pulih kembali.
5. Tetap positif
Positif agar sehat. Sehat supaya bisa positif. Keduanya saling memengaruhi. So, tetaplah positif dalam hal apa pun.
Perekonomian memang enggak akan pulih hanya dalam hitungan bulan. Bahkan mungkin beberapa tahun lagi. Hal ini bisa jadi hal positif maupun negatif, tergantung cara pandang kamu sih. Bagaimanapun, siap-siap saja, terutama dari segi keuangan. Karena sekali lagi, mau ataupun enggak mau kita akui, kondisi keuangan bisa jadi hal penentu kita bisa survive atau enggak.
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.