Pengelolaan keuangan rumah tangga itu intinya ada pada pembuatan anggaran belanja dan juga pencatatan pengeluaran.
Udah, cuma itu saja.
Tapi, ternyata, meski “hanya itu saja”, nyatanya juga banyak yang belum bisa (ataukah belum mau?) mengelola keuangan rumah tangga atau keluarga dengan baik. Masih banyak yang hidup dari paycheck to paycheck, terlilit utang, enggak punya tabungan (padahal gajinya besar), dan segala keluhan keuangan yang lain.
Padahal ya, namanya manusia, kebutuhan itu akan selalu lebih banyak daripada pendapatan. Saat pendapatan kecil, enggak cukup. Begitu penghasilan meningkat, eh … semakin enggak cukup juga. Yang salah di mana dong kalau begitu?
So, sebelum menyalahkan hal-hal lain, ayo, kita perbaiki dulu dari pengelolaannya. Kalau sudah dikelola dengan baik masih saja kurang atau bermasalah, nah, baru deh kita mencari akar permasalahan lain yang mungkin ada.
Mari kita mulai dari membuat anggaran belanja rumah tangga setiap bulan. Caranya gimana? Pusing ah!
Tenang, cara berikut ini gampang banget. Kamu pasti bisa melakukannya meski kamu pemalas akut. Saya sendiri juga pemalas kok, tapi dengan cara membuat anggaran yang berikut ini, keuangan bisa terkendali.
Cara Paling Gampang Membuat Anggaran Belanja Rumah Tangga
1. Hitung pemasukan total
Yang pertama, pastikan berapa pemasukan total kita setiap bulannya. Menghitung pemasukan total ini sebenarnya enggak perlu kamu lakukan setiap bulan, apalagi jika kamu berstatus karyawan tetap dengan gaji yang pasti.
Cukup kamu lakukan satu kali saja. Bulan depan, mungkin kamu enggak perlu lakukan lagi, karena jumlahnya kurang lebih ya masih sama.
Kecuali jika kondisi seperti di masa-masa pandemi ini. Awal masa pembatasan sosial kemarin, ada banyak perusahaan merumahkan karyawan, memotong gaji, atau hanya dibayarkan gaji pokok saja. Nah, kalau kondisi seperti ini, terpaksa kamu harus duduk sebentar untuk mengalkulasi ulang.
Tapi, kalau enggak ada perubahan, penghitungan ini cukup kamu lakukan sekali saja. Hitung:
- Gaji take home pay kamu
- Fee side hustling, kalau ada
- Uang saku, jika misalnya dapat uang saku dari sesiapa pun yang rutin setiap bulan
- Uang hasil sewa
- Uang-uang lain yang biasa kamu terima secara rutin setiap bulan
Kalau sudah ketemu totalnya, nah, ingat-ingatlah jumlah itu. Itulah total pemasukan yang kamu miliki, yang kemudian harus kamu sesuaikan untuk membuat anggaran belanja rumah tangga.
2. Buat daftar kewajiban
Apa saja yang menjadi kewajibanmu setiap bulan, yang membutuhkan pengeluaran? Taruh saja:
- Bayar listrik
- Bayar PDAM
- Cicilan KPR
- Cicilan kartu kredit
- Bayar uang sekolah anak, dan juga les-lesnya
- Bayar gaji ART
- Iuran keamanan kompleks
- Dan seterusnya.
Buatlah masing-masing dengan besar nominalnya. Daftar kewajiban rutin setiap bulan ini, seperti juga kalkulasi pemasukan total, seharusnya sih hanya sekali saja harus kamu hitung secara pasti besarnya berapa. Selanjutnya, kalau tidak ada perubahan, jumlahnya pasti kurang lebih akan sama.
Alokasikan dari penghasilanmu sesuai besaran nominal yang sudah kamu hitung. Kalau perlu “bantuan”, buatlah amplop khusus untuk kewajiban rutin ini. Masukkan uangnya dalam amplop, dan enggak boleh diambil kecuali untuk kebutuhan yang sudah ada dalam daftar kewajiban rutin tersebut.
3. Tentukan proporsi investasi
Yap, investasi dan tabungan itu harus disisihkan sedari awal kita menerima gaji atau mendapatkan penghasilan. Kalau selama ini investasi atau menabungnya hanya dari “uang sisa”, ya pantes saja kita enggak pernah punya tabungan pada akhirnya. Karena, realitanya, enggak pernah ada yang namanya uang sisa.
Jadi, sisihkan di awal sebagai anggaran belanja setidaknya 10%, dan langsung masukkan ke rekening tabungan atau investasi, di mana pun kamu menyimpannya. Untuk instrumennya sih, kita harus bahas di lain artikel karena bisa enggak selesai dalam 1000 kata kalau mau dibahas di sini juga.
Begitu juga jika kamu adalah freelancer yang menerima penghasilan tidak tetap. Misalnya, bulan ini kamu terima fee dari beberapa klien sekaligus, katakanlah Rp1 juta, Rp5 juta, dan Rp20 juta. Maka, masing-masing ambillah 10% untuk diinvestasikan atau ditabung, baru deh sisanya kamu kelola untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
4. Tentukan kebutuhan dapur
Nah, paling sih di langkah keempat ini bakalan butuh sedikit ketekunan, karena kamu harus mencatat setiap pengeluaran, terutama jika kamu belanja untuk keperluan dapur setiap bulannya. Karena bisa jadi setiap bulan habisnya beda-beda, meskipun ya kalau dirata-rata, angkanya juga enggak terlalu jauh.
Kalau kamu memang malas mencatat pengeluaran, kamu bisa melakukannya dengan mengumpulkan nota belanja semua hal yang sudah kamu belanjakan dalam sebulan. Pada akhir bulan, kamu bisa menghitung dari semua nota belanja ini, untuk kemudian dibuat anggaran belanja bulan berikutnya, dengan memperkirakan prioritas kebutuhan. Misalnya, kalau bulan ini butuh pasta gigi 2, maka kurang lebih bulan depan pun ya butuh 2 pasta gigi. Kalau bulan ini butuh 20 kg beras, ya bulan depan kira-kira pasti butuh segitu juga.
Dengan nota-nota ini, kamu juga bisa tahu, mana hal mubazir yang bikin keuanganmu bocor, sehingga bulan depan, kamu bisa mengantisipasinya.
Dengan begini, bujet anggaran belanja pun bisa direrata dan dialokasikan sejak awal. Punyai amplop yang berbeda untuk kebutuhan dapur ini.
5. Jangan pernah abaikan dana darurat
Dana darurat sebisa mungkin memiliki alokasi sendiri, seperti halnya investasi yang sudah kamu alokasikan di awal ketika menyusun anggaran belanja keluarga setiap bulannya.
Dana darurat adalah dana yang akan dapat membantumu ketika kondisi darurat terjadi, seperti misalnya ada musibah, kecelakaan, atau hal-hal lain yang bikin kita harus mengeluarkan uang ekstra tanpa rencana dan tak bisa menghindar lagi. Yah, midnight sale enggak termasuk dalam “hal darurat” ya.
Karena posisinya sebagai cadangan dana, maka memang sekilas dana darurat ini tampak kayak duit nganggur. Bakalan lebih “berfaedah” kalau diinvestasikan, misalnya mumpung saham lagi diskon gede. Begitu mungkin pikiran kita. Tapi enggak, dana darurat tetap harus likuid dan enggak boleh diganggu gugat. Kalau dia nganggur, berarti kamu harus bersyukur karena ini artinya enggak ada musibah, kecelakaan, atau kondisi darurat yang terjadi. Jadi, biarkan dia tetap aman di tempatnya, dan topup-lah secara berkala seperti layaknya anggaran belanja, hingga mencapai jumlah ideal.
Nah, dengan 5 hal di atas, anggaran belanja rumah tangga kamu pun sudah bisa dibuat. Enggak sulit kan? Enggak dong. Simpel banget malah. Butuh duduk berlama-lama? Enggak terlalu juga kan? Paling hanya di awal, selanjutnya kamu tinggal mengikuti polanya jika sudah ada.
Ingat, jika tidak ada perubahan yang terlalu drastis, pola ini bisa jadi pedomanmu membuat anggaran belanja setiap bulan. Enggak perlu dicatat kalau jumlahnya masih tetap. Meskipun, kalau kamu mau mencatat, itu akan sangat baik.
Yuk, belajar lebih jauh dalam membuat anggaran belanja rumah tangga di ebook CLIENT ini, yang bisa kasih kamu gambaran gimana seorang financial planner melakukan pendekatan untuk “memperbaiki” kesehatan keuangan pada kliennya. Kamu akan tahu betapa pentingnya budget plan, yang merupakan roh dari financial planning.
Info lengkap mengenai ebook CLIENT ini bisa kamu dapatkan di sini.
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.
Rendy Yudiansyah mengatakan
Kita Jangan Sekali Kali Menolak Uang Atau Pun Duit Yang Di Berikan Suami Walaupun Cukup Tidak Cukup Atau Kurang Nya Kita Harus Mencukupi Kebutuhan Keluarga.