Generation gap is real. Bagaimanapun zaman berubah, era semakin maju. Perkembangan teknologi yang luar biasa mengubah gaya hidup sedemikian rupa. Yang dulu berlaku, sekarang enggak lagi, termasuk dalam hal keuangan. Lain baby boomer, lain generasi X, lain pula generasi milenial.
Familier enggak dengan celetukan, “Ok, boomer!” sebagai olok-olok terhadap generasi baby boomer itu? Jangan-jangan, kamu juga salah satu yang suka nyeletuk gitu juga ya?
Ckckck. Jangan ya! Baby boomer itu memang gaptek, jadul, tapi … bagaimanapun mereka itu menciptakan sejarah panjang hidup kita sampai sekarang lo! Banyak hal yang bisa kita pelajari dari mereka. Kenapa enggak gini aja; belajar dari mereka hal-hal yang berfaedah, dan tinggalkan saja hal lain yang kurang cocok dengan perkembangan zaman seperti sekarang?
Hal apa yang kurang cocok? Soal kemandirian di hari tua, misalnya. Banyak juga generasi baby boomer yang berperan penting dalam menciptakan generasi roti lapis, alias sandwich generation. Itulah salah satu “kesalahan” yang pernah dimiliki oleh para baby boomer, yang enggak perlu diwariskan pada generasi milenial.
Deal?
Deal. Ini juga termasuk soal pengelolaan uang. Baby boomer dikenal sebagai generasi yang rajin menabung. Kekayaannya rata-rata dalam bentuk properti dan logam mulia, karena zaman mereka, investasi saham itu belum semudah sekarang, pun reksa dana. Generasi baby boomer adalah generasi pekerja keras, yang hampir tak pernah memikirkan diri mereka sendiri. Apa pun yang mereka dapatkan akan didedikasikan untuk anak cucunya.
Mindset mereka hanya satu: jangan sampai anak cucunya hidup susah seperti dirinya, karena pada umumnya generasi baby boomer lahir di masa-masa sulit, masa-masa ketika dan sesudah perang, ketika hidup belum seshantuy ini.
Makanya sering lihat, generasi milenial banyak yang dapat warisan rumah, kendaraan, dan tanah oleh orang tuanya kan? Sekarang, coba lihat diri kita, si generasi kekinian nan edgy ini. Pada punya rumah belum di usia sekarang? Pada punya tabungan berapa duit?
Mengingatkan saja, smartphone canggih keluaran terbaru itu bukan termasuk tabungan ya.
Nah, mari kita belajar keuangan dari para baby boomer, shall we? Biar nanti kita juga sekaya mereka-mereka ketika sudah tua, dan bisa meninggalkan warisan yang baik untuk anak cucu kita. Ya kan?
4 Cara Mengatur Keuangan Generasi Baby Boomer yang Bisa Kita Pelajari
1. Nabung, nabung, dan nabung
Yes, seperti sudah disebutkan di atas, generasi baby boomer adalah generasi yang gemar menabung. Jadi, ini seharusnya menjadi pelajaran pertama yang harus kita sontek dari mereka.
Meski cara menabungnya berbeda, tetapi esensinya sama: menyisihkan uang dari penghasilan setiap bulannya untuk disimpan, enggak dihabiskan begitu saja untuk kebutuhan yang enggak ada manfaatnya. Kalau di zaman sekarang, kamu bisa menabung sekaligus berinvestasi. Pilihlah instrumen yang sesuai; sesuai dengan profil risikomu, sesuai dengan tujuan keuanganmu.
Banyak cerita baby boomer yang berhasil membeli rumah dan/atau tanah secara cash berbekal simpanan emasnya lho. Kamu enggak pengin punya rumah–atau minimal apartemen, gitu? Pengin dong ya?
Makanya, contoh deh cara baby boomer mengatur keuangan mereka yang pertama ini.
2. Minimalkan utang
Sebagian besar baby boomer menghindari utang, kalau enggak kepepet banget. Begitu istilah mereka. Banyak dari mereka yang rela menabung, menghemat (secara ekstrem) pengeluaran harian, jika pengin beli sesuatu yang harganya cukup mahal.
Yah, kamu boleh saja berbeda pendapat soal utang ini, karena memang zaman berubah. Zaman now, utang kadang perlu diambil dengan tujuan meningkatkan aset pribadi. Kata pakar keuangan, utang boleh, tapi pastikan utangnya produktif.
Maka, mari kita sahihkan ilmu keuangan ala baby boomer ini dengan mengurangi utang-utang konsumtif kita. Pastikan kita mampu membayar jika berutang, pastikan tepat waktu pula saat membayarnya.
Disiplin, kuncinya.
3. Perkuat dana darurat
Simpanan yang bisa digunakan di saat-saat darurat adalah hal yang sangat penting bagi baby boomer, yang memang pada dasarnya rajin menabung. Kadang, mereka memang enggak punya tujuan keuangan yang muluk-muluk, asalkan ada simpanan yang bisa digunakan kalau lagi susah.
Yah, mereka memang merupakan generasi yang akrab dengan zaman susah sih ya, ketika teknologi belum kayak sekarang. Maka wajar, kalau mereka punya pemikiran seperti ini: berjaga-jaga kalau hidup jadi susah. Mereka sering mengalaminya.
Nah, di tengah masa pandemi ini, sebagian dari kamu mungkin sudah ngerasain yang namanya “hidup susah”. Karena itu, dana darurat ini penting.
Banyak di antara generasi milenial yang masih belum paham akan pentingnya dana darurat ini–dana yang menganggur, “teronggok” saja di tabungan atau di reksa dana pasar uang. Rasanya gatel banget kalau enggak pakai buat belanja atau “diputer”. Maka kemudian, terjadilah kesalahan keuangan sejuta umat ini, bingung ketika enggak punya penghasilan.
Padahal dengan dana darurat yang kuat, kita akan bisa memperpanjang napas sampai masa tak menentu ini berakhir.
4. Belanja bukan rekreasi
Menurut salah satu survei yang pernah diadakan oleh Salesforce, sebanyak 27% baby boomer tidak merasa belanja sebagai aktivitas untuk bersenang-senang atau rekreasi. Mereka justru merasa anxious ketika harus berbelanja, dengan berbagai alasan.
Sebanyak 84% baby boomer lebih suka berbelanja langsung di toko ketimbang belanja online. Itu pun ditambah dengan keengganan mereka untuk window shopping. Mereka lebih suka mencari informasi dulu melalui online akan barang yang mereka butuhkan, pergi ke toko untuk membelinya, dan segera keluar dari toko jika mereka sudah mendapatkan apa yang mereka mau.
Hmmm. Menarik kan? Bagaimana dengan kamu? Niat pergi ke mal beli sepatu, tapi pulang dengan satu pasang sepatu, dan 5 potong setelan baju, plus satu buah smartphone generasi terbaru?
Nah, gimana? Masih mau olok-olok baby boomer dengan melontarkan celetukan, “Ok, boomer!”? Semoga sekarang enggak lagi. Banyak kok, hal yang bisa kita pelajari dari mereka. Ambil yang baik, tinggalkan yang kurang oke.
Kamu mau menambahkan tip keuangan lain ala baby boomer yang belum termasuk dalam daftar di atas? Yuk, cus, ditulis di kolom komen ya!
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.