Assalamualaykum para kepala keluarga!
Sudah sering banget sebenarnya para perencana keuangan bilang soal Dana Darurat, bahkan mulut saya nampaknya berbusa-busa setiap ngasih advise ke klien. Perihalnya orang tuh males kalau nyiapin dana nganggur untuk sesuatu yang enggak pasti. Mereka bilang,
“Ngapain sih ada dana darurat lagi, bukankah sudah ada asuransi?”
Padahal di saat tertentu justru dana darurat adalah sang penyelamat tatkala asuransi ga bisa dipake. Misalnya nih, mendadak ada musibah yang melanda keluarga seperti kemalingan barang dagangan di toko. Rata-rata orang toko mana pake asuransi buat barangnya. Ketika uang terbatas, ternyata masih ada simpanan dalam bentuk dana darurat.
Atau lagi ya,
Anda seorang karyawan perusahaan oil mentereng. Karena sakit akhirnya dipecat. Okay, urusan sakit sudah dikasih asuransi dan dapat pesangon istimewa. Tapi kan setelah itu Anda harus mencari duit lagi ketika pesangon abis. Bisa dibayangin kalau ga ada tambahan dana darurat? Jangankan kerja, mau sehat malah kepikiran bray!
Oleh karena itu, meski terkesan kuno dan berulang-ulang, dana darurat adalah keharusan.
Sekarang pertanyaan selanjutnya, sebenarnya berapa sih dana darurat ideal yang harus disiapkan?
Berapa besarnya dana darurat?
Tidak ada angka dan persentase pasti yang menentukan besarnya dana darurat. Ingat itu!
Oleh karena itu, akan sangat mungkin terjadi perbedaan besarnya dana darurat antara dua orang yang memiliki profesi beda, terlebih lifestyle berlainan pula. Hal ini menjadi penting sehingga saya selalu melakukan background check up sebelum ada sesi konsultasi untuk mengetahui habit dari klien.
Namun demikian memang paling gampang kalau bikin standar normal yang bisa teraplikasikan untuk major penduduk. Berapa dana darurat yang harusnya disiapkan?
6-12 kali pengeluaran per bulan adalah angka bagus. Adapula yang men setting bukan dengan biaya pengeluaran tapi gaji bulanan, sehingga 6-12 kali gaji bulanan.
Buat saya, no problem, no big deal. Yang penting ada.
Kenapa 6-12 kali? Kenapa tidak 3 kali atau 20 kali?
Kalau 3 kali, artinya Anda hanya punya persediaan dana tiga bulan jika sudah tidak memiliki pekerjaan. Kondisi seperti ini cukup berbahaya. Sementara kalau terlalu banyak, katakanlah 20 kali, justru enggak efektif karena duit nganggurnya kegedean. Lebih nguntungin kalau duit adem itu bisa dimanfaatkan bukan?
So, 6-12 kali dari pengeluaran setiap bulan sudah jadi pilihan masuk akal dan tidak memberatkan.
Bagaimana cara mengumpulkan Dana Darurat?
Mengumpulkan dana darurat enggak perlu ngoyo, tergantung dari kemampuan masing-masing orang. Karyawan yang gajinya masih kecil dan hanya bisa menyisakan sedikit, ya tidak perlu langsung membagi uang banyak untuk dana darurat.
Kita pakai contoh aja deh biar gampang,
Jona punya gaji sebulan 7 juta dan pengeluaran 5 juta. Berarti idealnya dana darurat dia sebesar 30 juta (6 x 5 juta). Nah sekarang kan ada sisa per bulan 2 juta, itu aja digunakan untuk alokasi setiap bulan sampai alokasi Dana Darurat sebesar 30 juta terpenuhi meski membutuhkan waktu 15 bulan (30 juta dibagi 2 juta). Enggak perlu memaksa perbulan menyisakan 3-4 juta, daripada menyiksa diri sendiri.
Paham ya?
Oleh sebab itu, jangan heran kalau dana darurat si A menyentuh Rp 300 juta sementara kita cuma Rp 30 juta. Lha wong kebutuhan dan pengeluarannya aja beda, jadi harus dimaklumi.
Topik selanjutnya saat mengumpulkan dana darurat adalah instrumen apa yang harus digunakan? Apakah menggunakan tabungan yang setiap saat disimpan, atau instrumen investasi?
Sifat dana darurat adalah harus likuid, mudah dan cepat dicairkan saat membutuhkan. Nah tingkat kecepatan dalam konteks ini bagi saya seharusnya dibawah seminggu. Artinya setiap instrumen yang bisa cair dibawah waktu tersebut cocok digunakan sebagai penyimpanan dana darurat. Paling liquid tentu saja uang kas, karena ketika butuh bisa langsung digunakan. Tapi untuk menjaga konsistensi agar tidak terambil setiap kali, dikonversi dalam bentuk investasi yang “memaksa” ga jadi soal.
Misalnya contoh si Jona tadi kan harus menabung Rp 2 juta setiap bulan untuk dana darurat sampai terkumpul Rp 30 juta. Karena khawatir sebelum target tercapai malah mungkin digunakan untuk yang lain, maka Jona tadi menyimpan setiap bulan dalam bentuk reksadana. Meski bisa cair cepet, tapi orang cenderung males repot-repot mencairkan reksadana sesering mungkin.
Jadiiii, trik untuk menyimpan dalam instrumen investasi masih sangat dimungkinkan.
Kapan saat yang tepat mengumpulkan Dana Darurat?
Namanya saja darurat, digunakan untuk membiayai kebutuhan tak terprediksi. Bisa jadi besok butuh perbaikan rumah dan harus cepat, kalau enggak akibatnya kamu sekeluarga harus tinggal di taman. Nah ketidakberuntungan ini kan kita enggak tau kapan datangnya. Makanya jawaban saya sangat klise.
Kumpulkan dana darurat selekas mungkin.
Kalau bisa sekarang, kenapa harus menunggu nanti.
Semuda atau setua apapun Anda, coba bayangkan punya dana enam kali pengeluaran bulanan ditambah beberapa investasi imut dan tanpa utang. Fyuh!! Saya yakin kalian semua akan bisa menarik napas lega dan beneran menikmati hidup.
Kapan saat yang tepat menggunakan Dana Darurat?
Jika tadi kita membahas cara mengumpulkannya, sekarang bagaimana cara menggunakannya. Uniknya setiap ada pengeluaran yang harus dilakukan, terasa muncul sebagai kondisi darurat. Anda ke mall ngeliat sepatu edisi terbatas, berpikir harus mendapatkannya daripada dipake tetangga sebelah. Fatamorgana darurat.
Ada tiga pertanyaan kunci sebelum mencairkan dana darurat agar digunakan dengan tepat.
- Apakah biaya tersebut memang tidak diperkirakan sebelumnya?
- Apakah harus segera dibayar?
- Apakah sangat penting dan berpotensi mengganggu kehidupan Anda?
Jika jawabannya yes, maka silakan cairkan!
Wassalamualaykum para kepala keluarga!
Edwin mengatakan
kalau sudah terkumpul dana darurat, dimana sebaiknya tempat meyimpan dana darurat tersebut ?
kalau bank bunga kecil kena inflasi. tapi sangat liquid.
deposito dan reksadana pasar uang mungkin bisa jadi pilihan, tapi apakah seliquid bank ?
jika menggunakan 3 instrumen, bank, deposito, reksadana pasar uang, berapa % alokasinya ?