diskartes.com – Assalamualaykum investor Indonesia!
Salah satu kelemahan dunia investasi dan ekonomi adalah bahasanya banyak yang ribet, sayangnya tidak bisa digantikan karena artinya penting. Oleh karena itu artikel kali ini akan mengupas “yield”, bahasa aneh tapi bakal sering Anda dengar kalau terjun ke bidang investasi.
Agak repot memang, oleh karena itu saya akan menggunakan banyak bahasa bebas disini. Silakan kalau ada pakar yang baca, ditunggu koreksi kosakatanya. Salah satunya adalah rekan saya Cak Dani, blogger keuangan yang telah menulis beberapa istilah di ranah investasi.
Yield = Keuntungan!
Yeaps, tidak perlu repot menggunakan banyak ungkapan. Tapi secara sederhana jika yield besar, keuntungan besar.
Ilustrasi:
Saya punya 2 rumah yang disewakan. Rumah pertama di Kemang, dengan harga 3 Miliar dan laku di sewa dengan tebusan 600 juta setiap tahun. Kebetulan yang sewa adalah pacar saya, duh! Bisa dibilang per tahun dapat untung 20%.
Rumah kedua di kawasan Bekasi, harga nya murah hanya 1 Miliar. Disewa oleh bos di kantor seharga 100 juta, itu karena kasihan sih. Jadi yieldnya 10%. Nah meski harga rumah di Kemang mahal, tapi yield nya lebih tinggi bukan, so Anda pilih yang mana?
Terus kenapa judulnya ramalan keuntungan?
Biar sensasional saja, tapi meski ga berhubungan banget masih nyerempet-nyerempet lah. Bisa dibilang yield itu semacam pertanyaan “Anda pengen dapat untung berapa sih di masa depan?”
Yield Obligasi dan Saham
Pertama kali kenalan dengan yield obligasi adalah di kampus, kemudian berlanjut ke kantor ketika Kementerian Keuangan akan menerbitkan obligasi daerah. Meski pupus…
Jadi ada beberapa macam yield yang berhubungan dengan obligasi, kalau pernah denger istilah macam yield to maturity, current yield, dan di saham ada pula dividend yield. Istilahnya agak merepotkan sih, tapi kalau Anda suka baca berita di koran ekonomi pasti bakal sering ketemu bahasa ini. Pelan-pelan aja kita ngupasnya, santai.
1. Yield to Maturity (YTM)
Yield to maturity adalah… Sebelum kita bahas, saya akan ngobrol tentang obligasi dulu. Anda pasti sudah memahami kan, bahwa obligasi menghasilkan keuntungan melalui kupon. Katakanlah obligasi PT Sexy seharga 100 juta kuponnya 8% untuk 15 tahun, berarti menghasilkan duit 8 juta per tahun. Paham ya?
Nah ternyata harga obligasi kan naik turun tuh, pada suatu waktu harganya menjadi 92 juta. Turun!
Saya tidak akan membicarakan rumus dan bla-bla lainnya, tapi konsep. Jadi begini, pas Anda baca koran dan melihat harga obligasi turun, maka YTM akan naik. Pun sebaliknya, pas harga obligasi naik si YTM akan turun.
Kemudian muncul pertanyaan baru, kenapa orang mau jual dengan harga dibawah 100%?
Obligasi adalah barang dagangan, ketika saat itu penjual menjajakan barang dagangannya, ternyata pembeli minta untung besar. Mau tidak mau harga nya turun dong.
Ketika YTM naik, alasannya bisa karena risiko meningkat atau si penerbit obligasi memang kurang dipercaya. Dampaknya pasar pengen untung lebih tinggi yang berimbas ke harga menjadi turun. Itulah kenapa harga obligasi yang murah atau YTM tinggi bukan berarti bisa langsung dibeli. Tapi perhatikan dulu penyebabnya!
Sedangkan ketika YTM turun, berarti harga obligasi mulai merangkak naik. Begitulah.
Ada pertanyaan? Kalau tidak ada kita lanjut ke pembahasan berikutnya, kalau ada silakan kontak saya.
2. Dividend Yield
Untuk penggila saham, ada tuh yang namanya dividend yield. Kalau yang ini jauh lebih gampang, karena cuma melihat prosentase dividen yang dibagikan kepada investor. Nah prosentase ini dibandingkan dengan harga saham saat ini.
Coba imajinasikan PT Seksi tadi, karyawatinya seksi semua. Nah dia bagi-bagi nih, bagi dividen bukan bagi lainnya. Dasar mesum!
Harga saham saat ini sebesar Rp 10.000,- kemudian berbagi 500 perak dividen per lembarnya. So, dividend yieldnya sebesar 5%.
Sebenarnya masih ada banyak lagi yield yang bisa dieksplorasi, tapi akan susah diserap seandainya semuanya harus dicurahkan disini. Well, saya akan jelaskan satu yield tambahan yang nampaknya penting. Lainnya tidak perlu sekarang. Selanjutnya yield yang akan kita bahas adalah Earning Yield.
3. Earning Yield (EY)
Masih inget dong ya ketika kita ngobrolin Price Earning Ratio (PER) saham, dimana semakin kecil PER maka akan “terlihat” semakin murah. Saham PT Seksi yang PER nya 10 lebih murah daripada PT Endut yang PER nya 15.
Nah earning yield ini merupakan kebalikan dari PER, karena ngitungnya sendiri 1/PER!
Di Amrik sana, manager investasi sering menggunakan earning yield untuk dibandingkan dengan yield treasury bonds. Dimana jika yield index di Amerika (let’s say S&P 500 Index) lebih rendah dibandingkan yield treasury bonds, maka dirasa saham secara keseluruhan overvalue. Kalau lebih tinggi EY-nya, maka undervalue.
Logika sederhana nya begini, jika EY saham PT Seksi 10% dan YTM obligasi PT Seksi 8%, maka harga obligasi lebih mahal daripada sahamnya. So, bijaknya sih beli saham aja. Paham teman-teman?
Segitu dulu obrolan kita kali ini, sengaja singkat agar tetep santun dan menyenangkan.
Wassalamualaykum investor Indonesia!
Gara mengatakan
Kayaknya YTM itu juga pernah saya kenal di kampus dulu. Cuma sekarang sudah lupa, haha. Yang obligasi dijual dengan harga lebih rendah terus ada diskontolah, atau dijual dengan harga lebih tinggi kemudian ada premiumnya. Buat dua yang terakhir kayaknya ada di mata kuliah Mankeu dan kurang saya ingat soalnya bukan termasuk mata kuliah yang saya senangi (soalnya nilainya nggak banget).
Eh kok malah jadi bahas kuliah ya, haha. Thanks penjelasannya Mas, paling nggak sekarang paham namanya keuntungan bukan cuma bunga obligasinya doang, Jadi kalau pikir-pikir mau beli obligasi (atau jual, kala harganya kurang bersahabat) bisa mempertimbangkan juga yield yang akan didapat dalam jangka panjang.
diskartes mengatakan
Hahaha.. Masa baru lulus beberapa puluh tahun uda lupa Gar..
😛
Terima kasih kembali sudah mampir dan menganalisis dikit.. Semoga berguna yaaa
Timo mengatakan
Waks, jd keinget dulu pas kuliah belajar corporate finance
o.o
diskartes mengatakan
Hahaha.. kayak buku pelajaran ya..
Ngurah Mustakawarman mengatakan
Mungkin ada preferensi dari Pak Andika tentang deviden yield? apakah strategi dividen income stock merupakan pilihan yang baik?
diskartes mengatakan
Tergantung situasi sekali. Sepanjang ada dana, kenapa tidak..
🙂