diskartes.com – Assalamualaykum investor pribumi!
Ada nggak diantara kalian yang ingin menjadi investor medioker, kelas menengah ke bawah? Yang hanya tahu cara beli dan jual, tapi nggak pernah untung. NIHIL.
Semua yang terjun di dunia pasar modal pasti ingin jadi orang top, bersantai sambil menikmati hasil investasinya yang masuk ke kantong kita. Tapi itu tidak mudah loh, ada beberapa kriteria yang wajib Anda penuhi!
1. Paham Angka
Enggak semua orang nyaman melihat tabel angka, pasti itu. Tapi kalo Anda mau jadi orang sekeren Lo Kheng Ho atau Warren Buffet, coba deh bersahabat dengan dunia akuntansi. Bagaimanapun juga kondisi perusahaan yang Anda beli tidak akan jauh-jauh dari laporan keuangannya.
Ribet? Past! Susah? Jangan tanya!
Tapi usaha tidak akan pernah berbohong kawan!
2. Insting Bisnis
Seorang investor ulung akan berfikir layaknya CEO dari perusahaan yang dia beli sahamnya. Paham bagaimana perusahaan menghasilkan uang, posisinya di pasar, dan keunggulannya dibandingkan kompetitor sejenisnya. Bahkan adakalanya Anda harus membaca proses bisnis dan SOP-nya, apalagi jika kepemilikannya cukup besar hingga masuk ke dewan komisaris.
Dalam artikel yang mengupas tentang 5 Forces Strategy milik M.Porter, Anda akan menemukan faktor eksternal yang mempengaruhi kelangsungan bisnis perusahaan. Dan silakan pelajarin, karena teknik itu adalah salah satu alat fundamental yang bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan investasi.
3. Kemampuan Membandingkan dan Memilih
Setiap pilihan yang ada pasti akan dibanding-bandingkan seperti saham dengan obligasi, reksadana dengan deposito, dan semacamnya. Dipilah dan dicari yang menghasilkan imbal hasil terbaik.
Jika kita fokus berbicara mengenai saham, maka yang perlu diperhatikan adalah perbandingan yang selevel. Tidak elok jika Anda membandingkan saham ASII (Astra) dengan KLBF (Kalbe Farma), jelas-jelas jualan dan pangsa pasarnya beda. P/E ASII yang dibawah 20 belum tentu lebih baik dari P/E KLBF yang diatas 30. Kelas ASII adalah otomotif dan kelas KLBF adalah farmasi, maka bandingkanlah dengan perusahaan dalam industri yang sejenis.
4. Update Pengetahuan
Trader atau investor tidak diragukan lagi akan selalu mengasah skill mereka agar menjadi lebih baik. Yang ditekankan disini adalah tingkat pengetahuan atau cara pandang kita akan suatu masalah investasi. Sebagai contoh Anda adalah seorang chartist handal, kemudian ada teori manajemen perusahaan baru yang tiba tiba muncul di permukaan. Alangkah bijak jika Anda mau mengosongkan gelas pikiran, kemudian diisi dengan hal yang baru tersebut.
Ilmu pengetahuan bukanlah suatu kitab suci, tapi sebuah hipotesa yang harus selalu diuji layaknya dalam sidang. Ketika hipotesa nya benar, maka bisa Anda teruskan dan lulus. Namun jika salah, sudah saatnya Anda menggunakan teknik atau teori baru dalam berinvestasi!
5. Tidak Hobi Spekulasi
Investor sejati selalu menanamkan dalam benak mereka masing-masing, “saya bukan spekulan!”. Mereka menghindari bertransaksi tanpa ada dasar yang jelas, oleh karena itu bisa dibilang spekulasi termasuk dalam kamus haram mereka.
Maestro investasi Warren Bufffet selalu menghindari spekulasi, dia bilang “Berhenti masuk ke industri yang tidak kita mengerti bisnisnya”. So, jika Anda mau mendapatkan profit konsisten, berhenti menjadi seorang spekulan bisa jadi salah satu syaratnya.
6. Beli Yang Kita Suka Meski Pasar Turun
Sebuah anomali tapi merupakan salah satu kunci sukses berinvestasi. Ketika Anda memilih untuk membeli saham atau bisnis “A”, pikirkan baik-baik jika ternyata ekonomi sedang turun 5 tahun lagi. Jika Anda memang tidak suka, maka tidak akan perlu menunggu waktu lama untuk menjualnya kembali. Padahal kemungkinan besar perhitungan Anda sudah benar, hanya masalah waktu saja. Dan tiba-tiba ketika saatnya datang, Anda sudah tidak memiliki barang itu lagi.
Oleh karena itu dalam artikel saya tentang investasi lukisan, minat atau kesukaan menjadi prasyaratnya. Jika Anda ingin membeli sesuatu untuk dijadikan investasi, apapun itu, tolong suka lah terlebih dahulu.
7. Informasi atau Isu?
Dalam dunia pasar modal dan pasar uang, baik informasi dan isu berpotensi mempengaruhi harga saham dan nilai mata uang. Bedanya, isu-isu cenderung bukanlah informasi yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, dan ini berbahaya jika ditelan mentah-mentah sebagai landasan berinvestasi.
Investor hebat tidak mudah termakan isu, tapi akan menggali lebih dalam informasi yang ada di dalamnya. Contohnya di koran disebutkan Indonesia akan mengurangi ekspor kelapa sawit karena persediaan sudah menipis, sehingga berakibat turunnya harga saham perusahaan yang bergantung pada ekspor ini. Jangan asal mengambil kesimpulan sebelum mencari tahu, bisa saja karena permintaan di dalam negeri sedang sangat luar biasa.
Mark Granovetter, seorang profesor sosiologi dari Stanford University memperkenalkan metode “threshold”. Kata dia
Bayangkan ada 100 pemberontak potensial, kemudian setiap individu memiliki “sifat batas kerusuhan,” dimana dia akan ikut merusuh setelah melihat jumlah orang yang ikut bergabung. Katakanlah satu orang memiliki batasan 0 orang untuk memulai kerusuhan (si penghasut). Kemudian ada yang memiliki batas 1,2, dan seterusnya sampai 99. Si penghasut tinggal mulai dengan melempar batu, si batas 1 akan mengikuti sampai akhirnya seluruh orang akan mengikutinya.
Inilah yang terjadi di bursa, kawan!
Wassalamualaykum investor pribumi!
Aku mbo’ diajarin trading saham 😀
boleh boleh boleeeeh…
ah tapi kayaknya om Timo ud jago
Hallo, mau tanya, obligasi itu belinya di mana saja ya, Mas?
Bahas tentang obligasi dong.
Halo..
Untuk beli obligasi bisa di perusahaan efek macam mandiri sekuritas, danareksa, bahana, bni sekuritas, dan masih banyak lagi.
Baik, akan segera kita bahas ya obligasi..
Makasih loh inputnya
Nice article 🙂 Lengkap banget informasinya.
Salam kenal ya…
Hey Dee Rahma
Thanks a lot buat apresiasinya.. 🙂