diskartes.com – Assalamualaykum kawans!
Jutaan tetes air hujan menyerang bumi, beberapa hari menjelang perayaan imlek. Kebetulan ketika tulisan ini dirancang, saya sedang di kampung halaman, Magelang. Yang menjadi perhatian saya adalah ketika perjalanan dari Bandara Adisucipto menuju rumah, ada beberapa pekerja di sebuah gedung sedang membetulkan jendela bangunan (itu dugaan saya, karena saya melihat hanya sekejap melalui jendela mobil) dari lantai 3 tanpa menggunakan perlengkapan pengaman. Padahal kondisi saat itu sedang gerimis, tentu licin kaki dibuatnya.
Di beberapa tempat di Indonesia, ternyata masih banyak pekerja yang menaruh risiko jauh di atas reward nya, bahkan di ibukota negara. Di Jakarta yang gedungnya telah mencapai puluhan lantai, risiko yang ditanggung tentu lebih tinggi.
Kematian pekerja masih menjadi momok mengerikan dan terus berulang hingga saat ini. Untuk mengcover risiko itu, muncullah berbagai macam produk asuransi mulai dari yang umum seperti BPJS sampai yang khusus.
Kita tidak akan berbicara mengenai HSE, sudah ada pakar ketenagakerjaan yang mengulas keselamatan para tenaga kerja. Namun artikel kali ini akan membahas cara untuk memilih produk asuransi yang tepat, karena proteksi perlu disesuaikan dengan tingkat risiko tenaga kerja. Ini murni dari sudut pandang saya, pilihan tentu di tangan Anda sekalian.
Bagaimana memilih produk asuransi yang tepat?
1. Konsep Benefit
Pertanyaan pertama yang ada di benak Anda ketika bertemu agen asuransi pastilah ” Apa yang akan saya dapat dari produk asuransi milik perusahaan Saudara?”
Well, tentu tidak salah dan itu memang yang harus dilakukan oleh setiap orang sebelum membeli produk asuransi. Namun demikian, cobalah berpikir dengan sudut pandang yang berbeda, seperti jika pertanyaannya diganti pernyataan seperti:
” Saya membutuhkan produk asuransi yang dapat memenuhi kebutuhan sebagai berikut …… ”
Mulailah mengisi titik-titik di atas dengan kebutuhan Anda. Apabila Anda adalah pria matang berusia 30an sedang membutuhkan asuransi kesehatan, maka siapkan kertas dan buatlah check list tentang apa yang Anda butuhkan.
Tentukan dimana level kebutuhan Anda, apakah untuk rawat jalan, asuransi khusus gigi, atau anggota tubuh tertentu, carilah yang sesuai. Saat ini sudah muncul beberapa produk asuransi yang meng-cover hingga anggota tubuh tertentu.
Konsep benefit adalah sesuaikan produk asuransi dengan apa yang Anda butuhkan, bukan sebaliknya. Kenyataannya saat ini konsumen dipaksa “merasa” memperoleh manfaat dari si agen asuransi.
2. Premi Bulanan
Setelah Tuan Puan menentukan manfaat yang ingin didapatkan, langkah selanjutnya adalah menyiapkan beberapa pilihan asuransi yang memenuhi kriteria pendanaannya. Premi bulanan tentu bervariasi, reputasi dan nama besar perusahaan asuransi menjadi jaminan harga yang harus dibayar.
Beberapa produk asuransi ada yang menyertakan investasi dalam jualan mereka, akibatnya premi yang harus dibayar menjadi lebih mahal daripada asuransi biasa. Anda tentu sudah biasa mendengar kata “unit link”.
Sampai saat ini saya masih menggunakan teknik konvensional, yakni memisahkan proteksi dan investasi. Unit link memang akan sangat membantu orang yang susah menabung, namun demikian rasa fleksibilitas dalam berinvestasi tidak akan terpuaskan. Oleh karena itu, bagi saya pembelian asuransi murni untuk proteksi dan membeli produk investasi murni seperti saham atau reksadana akan jauh lebih baik daripada menggunakan unit link.
Bagaimana jika Anda terlanjur membeli unit link? Tidak ada yang salah kawans, asal sesuai dengan profil risiko Anda. Jika Anda termasuk orang yang susah berinvestasi, tidak cukup banyak waktu mengecek portfolio, dan sekaligus mendapat asuransi, maka wajar jika unitlink tetap Anda pertahankan.
3. Perhatikan Cakupan Produk Asuransi
Apapun produk asuransi yang anda beli, mulai dari asuransi jiwa, asuransi kesehatan, hingga asuransi kendaraan pasti memiliki cakupan ruang dan waktu nya.
Misalnya Asuransi kesehatan A, selain berlaku untuk waktu satu tahun juga hanya bisa digunakan di RS Grup XYZ. Begitu juga dengan asuransi kendaraan B hanya bisa digunakan di bengkel Grup DEF.
Kenapa ini penting? Terkadang konsumen hanya melihat banyaknya RS yang bisa menjadi tempat klaim asuransi, dari segi prinsip “aksesibilitas” memang benar. Akan mempermudah Anda untuk mengklaim di perusahaan yang memiliki banyak RS yang telah bekerja sama dengan pihak asuransi. Namun demikian, tidak kalah penting adalah segi kualitas rekanannya.
Lakukan background check terhadap rekanan asuransi, apakah mereka memiliki rekam jejak penanganan yang baik?
Kata pepatah yang entah dari antah berantah: “Quality over quantity is a must, fellas”
Kesimpulannya, apakah jadi beli asuransi?
Ketiga tips itu adalah cheklist minimal di kepala saya ketika hendak meminang produk asuransi. Apakah itu sudah cukup atau perlu ditambahkan, tergantung kepada diri sendiri.
Namun sebelum memutuskan menolak atau mengiyakan ajakan agen untuk bergabung dengan asuransinya, tanyakan dalam benak Anda, apakah Anda memerlukan tambahan asuransi dari kantor atau tidak. Apakah ketika mengalami cidera, sakit, atau musibah lainnya, maka si pemberi kerja akan melindungi Anda?
Jika iya, selamat Anda termasuk orang beruntung dan bekerja di lembaga berkelas internasional yang memahami bahwa Anda adalah aset. Jika tidak, segera lakukan proteksi diri dan pilih produk asuransi yang tepat. Semoga sukses!
ilmudes mengatakan
Top sekali informasinya 🙂
diskartes mengatakan
Thank you mas najib
Lau Sihombing mengatakan
I wish I read this post 3 or 4 years ago, bagus banget isinya.
Anw, saya saat ini memiliki 2 asuransi :
1. Asuransi Jiwa : premi 200rb, jangka waktu 9 Tahun.
2. Asuransi Jiwa & Kesehatan : premi 500rb, (plus unit link). Which is saya masih kurang ngerti sudah berapa investasi saya disitu yang jelas temen saya sih bilang pasti bakal ada.
saat ini sudah berjalan 3 tahun, planning saya 6 tahun lagi saya akan cairkan untuk biaya merid or mungkin untuk beli rumah.
Kalau menurut om diskartes gimana? (ngarep dapet free financial advice nih hehe…)
diskartes mengatakan
Halo Lau Sihombing,
Ketika diposisi Anda sekarang, yang saya lakukan adalah:
1. Mencari tahu posisi investasi sampai saat ini. Besaran rupiahnya, kemudian cari tahu investasinya di bidang apa (biasanya di perjanjian ada).
2. Teruskan asuransi jiwa nya
3. Eksekusi planningnya 6 tahun lagi, kemudian kembali berinvestasi murni, bukan unit link.
Bukan bermaksud menjelekkan produk, karena untuk saya, kurang optimal saja. Meskipun bisa dibilang santai, tinggal duduk bayar asuransi eh dapet investasi pula. Tapi kalo mau santai juga bisa make reksadana yang murni investasi kok..
Demikian cukup? Makasih ya