Beberapa waktu yang lalu, kita sudah kenalan dengan instrumen pasar uang, yang memang belum semuanya populer ya? Ada deh beberapa yang memang kurang populer, atau hanya dikenal oleh kalangan tertentu. Nah, begitu juga dengan instrumen pasar modal, yang akan kita bahas kali ini.
Ada beberapa instrumen pasar modal yang memang sudah sangat akrab, bahkan bagi yang sehari-hari juga enggak banyak terlibat dengan dunia keuangan. Tapi, ada juga yang mungkin baru pertama kali ini denger or baca.
Well, kalau kamu memang mau berniat mencemplungkan diri ke dunia investasi sekarang ini, ada bagusnya untuk kenalan dulu dengan berbagai instrumennya. Kenapa? Karena tak kenal maka tak sayang. Dih, basi. Tapi bener kan? Karena enggak kenal, kita bisa jadi ngeblank saat pengin milih produk investasi apa yang cocok untuk kita beli. Bisa jadi, salah memilih produk, akibatnya … sudah pasti bisa ditebak sih. Bukan cuan yang didapat, tapi kebuntungan. Aduh, syedih.
Makanya, mari kita lihat beberapa instrumen pasar modal yang ada ini dulu, untuk kemudian bisa kamu pilih sebagai instrumen investasimu.
1. Saham
Yups, saham adalah salah satu instrumen pasar modal yang paling populer, dan paling seru diperdagangkan. Yang enggak pernah bergelut di dunia keuangan sehari-hari pun pasti sudah kenal saham itu apa.
Bahkan saking populernya, kalau sedang ngomongin soal ‘pasar modal’ pasti identiknya ke ‘saham’. Padahal ya instrumen pasar modal itu ya enggak cuma saham doang.
Tapi, apa sih arti saham itu sebenarnya?
Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan menerbitkan saham, memungkinkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka panjang untuk ‘menjual’ kepentingan dalam bisnis – saham (efek ekuitas) – dengan imbalan uang tunai.
Wikipedia
Kalau dari Bursa Efek Indonesia, saham adalah surat tanda bukti kepemilikan seseorang pada suatu perusahaan. Dengan kata lain, kalau kita beli saham, berarti kita membeli hak milik terhadap perusahaan tertentu yang sahamnya kita beli itu.
Dengan demikian, kita juga berhak atas keuntungan-keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Inilah yang disebut dengan dividen. Selain mendapat keuntungan dari dividen, kita sebagai investor juga bisa mendapatkan keuntungan dari capital gain, atau keuntungan selisih harga saham saat kita beli dan kemudian menjualnya.
Wah, banyak ya, untungnya! Iya, tapi risikonya juga besar, karena pasar saham sangat amat fluktuatif setiap harinya. Bahkan dalam hitungan jam, hingga menit, harga saham bisa jatuh drop karena berbagai sebab. Kadang penyebabnya jatuhnya juga enggak banget, bikin KZL bin ZBL.
Sebagai investor, kita dituntut untuk selalu memonitor pergerakan instrumen pasar modal ini. Belajar banyak dulu kalau memang mau nyemplung ke instrumen investasi satu ini ya, meliputi belajar analisis fundamental dan juga analisis teknikal, agar kamu bisa memilih saham mana yang paling sesuai dengan tujuan finansialmu, dan juga bisa mendatangkan cuan.
Oh iya. Saham ini ternyata juga terbagi atas dua macam:
- Saham biasa, yaitu saham yang biasa kita lihat diperjualbelikan di Bursa Efek, yang keuntungannya bisa berupa dividen dan capital gain.
- Saham preferen, yaitu saham yang punya prioritas lebih dari saham biasa untuk pembagian dividennya, bersifat kumulatif, dan bisa ditukar dengan saham biasa dengan syarat tertentu.
Kategori saham ini juga ada beberapa, yaitu blue chip stocks, income stocks, growth stocks, speculative stocks, cyclical stocks, emerging growth stocks, dan defensive stocks.
Sekarang mari kita lihat instrumen pasar modal yang lain dulu.
2. Obligasi
Nah, instrumen pasar modal yang satu ini, belakangan agak ngehits. Lebih populer daripada sebelumnya. Ini terkait dengan kampanye-kampanye yang sering wira-wiri di media sosial, bahwa dengan membeli obligasi–yang dikeluarkan oleh pemerintah–berarti kita sudah ikut berpartisipasi secara langsung dalam pertumbuhan Indonesia.
Ciyeeeh. Bener enggak sih, gitu? Siapa nih yang kemarin barusan borong SBR 008, dan juga SBR angkatan sebelumnya? Coba sharing bagaimana perasaannya setelah ikut mendukung program pemerintah membangun Indonesia?
Obligasi pada dasarnya adalah surat utang. Nah, tak hanya perseorangan atau perusahaan saja yang bisa membuat surat utang–yang dibuat setelah mereka meminjam sejumlah dana sebagai modal usaha–negara pun bisa membuat surat utang, yang kemudian diperjualbelikan sebagai instrumen pasar modal.
Pembelinya siapa? Ya, kita-kita ini. Saya, kamu, siapa saja yang mau “merelakan” uangnya dipinjam oleh negara untuk menutup sebagian defisit APBN.
Keuntungan instrumen pasar modal satu ini adalah dari kupon yang terbagi atas fixed coupon dan floating coupon. Selain itu, kita juga bisa mendapatkan keuntungan dari selisih harga jual dari harga beli.
Kupon obligasi ini lebih besar ketimbang bunga deposito lo! Jadi, bisa banget kamu pertimbangkan untuk dijadikan investasi jangka menengah deh.
Meski keuntungannya besar, tapi risiko obligasi juga tetap ada lo. Bahkan jika obligasi ini dikeluarkan oleh pemerintah dan dilindungi oleh undang-undang dalam pembayaran pokok dan kuponnya. Tapi dibandingkan dengan saham, obligasi tetap lebih sangat aman, sehingga cocok banget buat kamu, para investor pemula yang baru mulai coba nyemplung ke pasar modal.
3. Reksa dana
Nah, instrumen pasar modal yang ketiga ini adalah yang “paling ramah” untuk dicoba oleh investor pemula. Kita tinggal percayakan saja sejumlah dana pada manajer investasi, biar mereka yang bekerja untuk mengembangkannya. Kalau performa kurang oke, kita bisa “memecat”-nya dan mengalihkan dana ke manajer investasi yang lain.
Reksa dana ada 4 jenis:
- Reksa dana pasar uang: yang dananya akan diinvestasikan ke produk-produk pasar uang, seperti deposito, SBI, dan sebagainya.
- Reksa dana pendapatan tetap: 80% dana akan dibelanjakan untuk instrumen investasi berupa sukuk atau obligasi.
- Reksa dana campuran: investasinya ke saham dan obligasi, sisanya baru pasar uang
- Reksa dana saham: 80% dana akan diinvestasikan ke produk saham.
Masing-masing jenis reksa dana punya term dan keuntungan serta risiko yang berbeda. So, sediakan waktu untuk mempelajarinya.
Namun, enggak seperti saham, kamu bisa agak nyantai sih kalau di reksa dana, karena kalau enggak parah banget, kamu pasti tetap bisa mendapatkan untung kok. So, pilihlah manajemen investasi yang bereputasi baik ya.
4. Derivatif
Derivatif adalah surat berharga turunan dari saham atau obligasi. Pada umumnya derivatif ini digunakan oleh para manajer investasi untuk melindungi nilai investasi terhadap risiko yang timbul akibat pergerakan harga saham, suku bunga, nilai tukar rupiah, dan beberapa faktor penyebab pergerakan harga di pasar modal yang lain, tanpa memengaruhi nilai produk acuan.
Derivatif ini ada beberapa jenis:
- Opsi: surat pernyataan dari pihak yang memberikan hak pada pemegang saham untuk menjual sahamnya sesuai harga yang disepakati.
- Right: surat berharga yang menyatakan mengenai pemberian hak bagi pemodal untuk membeli saham baru dengan harga dan waktu yang disepakati.
- Warrant: surat yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menyatakan bahwa pemegangnya mempunyai hak untuk membeli saham dengan syarat-syarat yang sudah disepakati.
Contoh derivatif ini misalnya nih. Kita punya surat pernyataan bahwa kita bisa membeli saham A di tanggal 14 September dengan harga Rp2.000. Nah, saat tanggal 14 September tiba, ternyata harga sahamnya sudah jadi Rp2.300. Dengan adanya derivatif ini, kita boleh membeli saham dengan tetap seharga Rp2.000.
Paham kan ya? Itu contoh paling gampang sih.
Jadi, gimana? Sudah pernah ngulik yang mana saja, dari keempat instrumen pasar modal di atas? Saham, reksa dana pasti sudah. Obligasi kemungkinan besar juga sudah ya? Derivatif mungkin yang belum terlalu familier.
Semoga bermanfaat ya, dan bikin makin semangat berinvestasi. Sampai ketemu di artikel berikutnya ya!
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.
Bang Zabar Trending mengatakan
Terima kasih ilmunya. Bagaimana dengan Pasar modal Syariah?
Ary Sulviyani mengatakan
Terima kasih kak, pnjelasannya bagus:)