Harga BBM naik lagi! Lalu muncul wacana dari Pertamina akan membatasi pembelian Pertalite dan Solar yang masih menunggu keputusan pemerintah. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa ke depannya harga BBM akan naik lagi atau paling ekstrem, subsidi BBM dicabut. Jika sudah begini, ada wacana bahwa pilihan mobil listrik adalah jalan terbaik.
Tapi apa iya opsi ini menjadi terbaik?
FYI, tren mobil listrik di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak tahun 2013.
Mobil listrik pertama bernama Selo yang sayangnya tidak berumur panjang karena dianggap tidak memenuhi kualifikasi untuk bisa digunakan oleh para peserta forum APEC. Dan mobil listrik yang telah diproduksi diserahkan ke berbagai universitas agar dijadikan bahan penelitian. Pemerintahan berganti, proyek mobil listrik ini pun mati.
Di bulan Maret 2021, mobil listrik diproduksi di dalam negeri dan pabrik pertama yang melakukannya ada brand otomotif ternama asal Korea Selatan, Hyundai dengan tipe Ioniq 5. Harga Hyundai Ioniq 5 tidaklah murah, mobil listrik dengan brand ambassador BTS ini dibanderol mulai dari Rp748 juta. Angka yang sangat fantastis!
Lantas, apakah kehadiran mobil listrik di Indonesia mampu menggeser dominasi mobil bensin yang sudah ada sejak dua abad lalu?
Perbandingan Mobil Listrik vs Mobil Bensin
Tidak dimungkiri kehadiran mobil bensin dengan range harga mulai dari puluhan juta (yang bekas) hingga ratusan juta sangat membantu masyarakat yang ingin memiliki kendaraan. Produsen otomotif pun berlomba setiap tahun memproduksi mobil dengan fitur terbaru dengan harga yang masih bisa dijangkau kalangan menengah.
Industri otomotif tahun ini makin membaik. Ini bisa dilihat dari pameran otomotif GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS 2022) yang berhasil melakukan penjualan mobil sebanyak 26.658 unit. Yang menjadi perhatian, 1.594 unit terjual ternyata merupakan mobil listrik.
Pergeseran dominasi mobil bensin mulai terlihat, walaupun penjualan mobil listrik belum menyentuh angka 10% secara keseluruhan. Namun, dengan angka ini bisa dilihat bahwa mobil listrik suatu saat bisa menggeser mobil bensin.
Berikut ini ulasan perbandingan yang riil antara mobil listrik vs mobil besin, agar kamu memiliki pertimbangan sebelum beralih atau memilih untuk setia di mobil konvensional.
Harga
Sebelum membeli suatu barang, harga adalah hal penting yang patut diketahui. Pasalnya, ini akan berpengaruh terhadap kondisi keuangan kita sekarang dan ke depan.
Mobil listrik paling murah saat ini dipegang oleh K-EVCBU Blade KU di harga Rp75 juta, disusul oleh Wuling Air EV Standard Range yang dibanderol Rp238 juta. FYI, Wuling Air EV diproduksi di Indonesia lho.
Sedangkan mobil bensin paling murah adalah Datsun Go Panca dengan harga mulai dari Rp111,1 juta yang memiliki desain five seater.
Cara Kerja
Mobil bensin tentunya menggunakan bahan bakar minyak (BBM) atau bensin sebagai tenaga penggerak utama dari mobil. BBM selanjutnya dipasok ke dalam mesin untuk bisa melalui proses pembakaran. Dari proses ini akan menghasilkan energi guna menggerakkan piston. Lalu, piston melakukan gerakan linear yang akan ditransfer menjadi gerakan putar melalui mekanisme slider crank. Setelahnya, ada transmisi untuk mentransfer gerakan putar ke roda penggerak.
Mobil listrik sendiri ada beberapa jenis yaitu Plug in Electric Vehicle (PHEV), Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV), Battery Electric Vehicle (BEV) dan Hybrid Electric Vehicle (HEV).
Dari jenis-jenis tersebut, kamu mesti paham bahwa mobil listrik berbeda dengan yang namanya mobil hybrid. Jadi, mobil hybrid ini seperti ‘jembatan’ antara mobil konvensional dan mobil listrik. Ringkasnya, mobil jenis ini memadukan energi listrik dari baterai dan bensin.
Mobil listrik dengan sumber energi dari baterai, ada teknologi di dalamnya yang disebut inverter. Inverter ini berfungsi mengubah daya baterai DC menjadi tiga fase AC. Di ketiga fase AC inilah yang kemudian mengubah motor induksi dan bisa mengaktifkan roda penggerak.
Efisiensi Daya
Efisiensi daya mobil listrik lebih unggul dari mobil bensin, no debat!
Mengapa demikian?
Mobil listrik tidak memerlukan transmisi yang kompleks, kecepatannya sendiri pun langsung dikontrol dari motor. Dan perlu diketahui, mobil listrik menghasilkan torsi besar walaupun kamu baru menghidupkannya.
Sangat jauh berbeda dengan mobil bensin, yang mesin pembakaran dalamnya tidak bisa dioperasikan apabila melampaui tingkat kecepatan tertentu. Nah, untuk bisa mengontrol kecepatan, mobil bensin lebih membutuhkan mekanisme transisi yang lumayan kompleks.
Perawatan Mobil
Mobil listrik cenderung lebih mudah dirawat dibandingkan mobil bensin. Servis berkala sangat dianjurkan, tapi di sisi lain kamu enggak perlu repot melakukan pergantian busi atau oli. Kamu cukup memperhatikan baterai.
Tapi, harus diakui bahwa untuk saat ini produsen energi untuk mobil listrik masih belum banyak tersedia di negara kita. Contohnya, power station untuk pengisian daya baterai mobil listrik. Sekarang ini baru tersedia di kota-kota besar saja dan beberapa rest area di tol pulau Jawa.
Untuk masalah ini, kamu tidak perlu khawatir karena pemerintah tengah gencar melakukan pengembangan mobil listrik. Ditargetkan di tahun 2035, ada 30% LCEV dari total empat juta mobil akan diproduksi di dalam negeri. Ini juga didukung program pemerintah yang akan membangun power station di seluru penjuru negeri. Jadi, masyarakat Indonesia pun siap beralih nantinya ke mobil listrik.
Mobil bensin sendiri untuk perawatannya cukup banyak. Mulai dari servis rutin oli mesin, busi, aki mobil, air radiator hingga filter udara. Lumayan banyak ya alokasi biayanya.
Biaya
Biaya dalam hal ini terkait dana yang dikeluarkan untuk membeli BBM dan mengisi daya baterai.
Rata-rata mobil listrik yang ada di pasaran bisa menempuh jarak sekitar 300-500 km dalam satu kali charge. Sedangkan mobil bensin untuk mencapai 300 km dibutuhkan kurang lebih 30 liter.
Dikutip dari pernyataan Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, dengan 1 kWh (kilowatt hour) mobil listrik bisa menempuh jarak rata-rata 8,5 km. Sedangkan mobil bensin, 1 liter bensin bisa menempuh jarak 10 km.
Jika dihitung, 1 liter bensin setara 1,2 – 1,3 kWh, apabila harga listrik dibanderol Rp2.500 per kWh, maka mobil listrik cukup membayar Rp3.000 sedangkan mobil bensin jika menggunakan Pertalite mengeluarkan biaya sebesar Rp10.000.
Dampak Lingkungan
Bumi sedang tidak baik-baik saja.
Tingkat polusi udara kian meningkat dari waktu ke waktu. Contohnya di ibukota Jakarta. Udara di ibukota makin memburuk seiring tingginya pencemaran udara yang berasal dari kendaraan bermotor.
Inilah yang mendasari pemerintah mengambil mitigasi risiko dengan gencar kampanye mobil listrik. Sekaligus membuka ruang bagi produsen otomotif yang ingin membangun pabrik mobil listrik di Indonesia.
Bicara lingkungan, mobil listrik lebih unggul dibandingkan mobil bensin. Menggunakan mobil bensin, emisi gas buangnya mengandung karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC) yang memiliki dampak buruk bagi udara. Sedangkan menggunakan mobil listrik, maka kamu turut menyumbangkan penurunan emisi gas buang yang berbahaya tersebut. Tidak sekadar mengurangi polusi udara, mobil listrik juga membantu menurunkan polusi suara karena saat mengaspal, mobil ini tidak mengeluarkan suara.
Dengan perbandingan di atas, kamu bisa memutuskan mau beralih atau tetap dengan mobil bensin. Memilih tentunya harus menyesuaikan dengan kondisi kamu sekarang. Jangan terlalu dipaksakan jika cash flow belum sehat.
Memiliki mobil bensin pun tak selamanya buruk, asalkan bisa tahu cara menghemat penggunaan dan beralih ke moda transportasi umum dalam melakukan aktivitas sehari-hari.