Anak mulai sekolah tahun ini? Sudah bayar uang pangkal? Sudah bayar seragam? Sudah bayar SPP untuk bulan pertama? Sudah bayar juga uang kegiatan? Selesai semua? Belum, masih ada biaya nongkrong khas macan ternak—mama-mama cantik anter anak.
Ya, begitulah. Banyak di antara kita yang sukses membangun dana pendidikan anak, bahkan sampai selesai S1 deh. Semua sudah disiapkan. Aman deh, pokoknya. Tapi ternyata, ketika anak mulai sekolah bukan berarti lantas sudah selesai mengeluarkan uang. Oh, tidak, Esmeralda. Esmeralda harus juga menyiapkan biaya nongkrong alias bersosialisasi di antara ibu muda lain yang sama-sama anter anak, dan yang sering hangout di tempat tunggu khusus orang tua murid.
Memang harus ya, ikutan nongkrong? Well, kecuali kalau kita adalah ibu bekerja kantoran, mungkin akan tidak harus ikut nongkrong, tapi biasanya teteup ya, ada grup WA-nya. Kudu masuk, kalau enggak mau dikucilkan dan jadi ketinggalan info banyak hal terkait sekolahnya anak-anak. Karena, biasanya, wali kelas juga komunikasinya cukup intens dengan grup macan ternak ini. Parahnya, kadang anaknya juga jadi sasaran ghibah kalau ibunya enggak suka kumpul-kumpul.
Dan, tentu saja, namanya ngumpul, duit biasanya juga akan jadi bumbu. Rasanya enggak afdal kalau ngumpul enggak keluar duit. Begitu juga perkumpulan macan ternak ini, biasanya ada aja idenya supaya bisa keluar uang. Apa saja?
Biaya Nongkrong Macan Ternak (Mama-mama Cantik Anter Anak)
1. Iuran kas
“Jangan lupa iuran bulan ini ya!”
Iuran? Buat apa? Buat kas, katanya. Kas apa? Yaaa, siapa tahu ada yang sakit, ada yang meninggal, ada yang harus dijenguk karena berbagai sebab. Kas bisa diambil untuk beli oleh-oleh atau sumbangan sekadarnya.
Berapa besaran iuran kas ini? Ya, bervariasi sih. Ada yang seikhlasnya, ada yang ditentukan setiap bulan. Besar kecil tergantung elite enggaknya sekolah. Bisa dari Rp20.000 per bulan, tapi ada juga yang sampai ratusan ribu. Enggak tahu juga sih, iuran kas sampai ratusan ribu itu untuk apa saja.
Iuran kas ini sepertinya tidak bisa dihindari. Mau enggak mau, ya kudu bayar kalau mau tetap bergabung di perkumpulan ini, baik yang di ruang tunggu maupun di WA grup. Jadi, ya sisihkan dari uang belanja setiap bulannya.
2. Arisan
Ibu-ibu alias emak-emak ngumpul, rasanya enggak afdal kalau enggak pakai arisan. Ini berlaku juga di perkumpulan macan ternak.
Kalau ditanya mengapa harus arisan, jawabannya kurang lebih sama: itung-itung nabung. Padahal menabung kalau dapat arisannya di akhir. Kalau dapatnya di awal, rasanya malah jadi kayak berutang, dan bayar arisan bak bayar cicilan.
Ada arisan yang nanti dapatnya uang, ada yang arisan panci, ada yang arisan emas perhiasan. Dan sebagainya. Nominalnya juga bervariasi, dari puluhan ribu, bahkan sampai jutaan. Tentu saja, tergantung lagi pada elite enggaknya sekolah anak-anak.
Kalau arisan uang biasa, biasanya bisa disiasati dengan menyimpan uang hasil arisan dalam amplop khusus yang kemudian nanti dibayarkan kembali saat harus setor arisan. Dengan begitu, kita enggak beban lagi setiap bulannya. Misalnya, arisan Rp20.000. Satu kali putaran katakanlah 12 orang, berarti kalau dapat arisan nanti sebesar Rp240.000. Jika kita dapat arisan, masukkan uang Rp240.000 dalam amplop. Bulan depan, kalau harus bayar arisan lagi, ambil uang dalam amplop tersebut Rp20.000. Jadi, modal awal Rp240.000, cuma back and forth saja.
Biasanya sih arisan tidak diwajibkan, tapi kalau ikut katanya makin seru. Jadi, sesuaikan saja dengan kondisi dan kemampuan masing-masing. Enggak perlu dipaksakan.
3. Baju kembaran
Ada juga yang pengin punya baju kembaran, alias seragam gitu. Jadi, misalnya harus mendampingi anak-anak field trip, para macan ternak ini juga bisa pakai seragam. Atau, misalnya jadi panitia acara anak di sekolah, lebih afdal kalau pakai baju seragam juga.
Nominal baju seragam ini bervariasi banget. Tergantung mau bagi dalam bentuk kain yang kemudian dijahitkan masing-masing, atau dalam bentuk sudah jadi. Kadang ada yang kaus atau atasan saja, ada juga yang setelan.
Biasanya masalah baju kembaran ini juga enggak wajib. Tapi kalau ikut akan lebih seru, dan biasanya memang ibu-ibu hobi banget seragaman. So, kalau memang mau ikutan, pastikan dananya diambil dari pos yang bukan kebutuhan rutin ya.
4. Suvenir buat wali kelas
Ketika akhir tahun tiba, dan anak-anak dinyatakan lulus atau naik kelas, biasanya orang tua berinisiatif untuk memberikan kenang-kenangan untuk wali kelas. Atas nama rasa terima kasih karena sudah sabar mendidik anak-anak selama setahun penuh, katanya.
Nah, ini sebenarnya juga tergantung sekolah masing-masing. Ada sekolah yang enggak peduli, tapi ada juga sekolah yang melarang guru untuk menerima bingkisan atau hadiah dalam bentuk apa pun dari orang tua, karena dianggap sebagai gratifikasi. Ya, meskipun hadiah atau bingkisannya diberikan di akhir tahun.
Karena itu, ini juga cukup variatif. Tergantung juga pada pengin memberi hadiah berupa apa. Ada yang memberi baju atau kemeja, ada yang berupa jam tangan, kadang juga perhiasan emas, sampai smartphone. Pastikan saja barangnya memang berguna buat bapak ibu guru. Lalu, sesuaikan nominal patungannya. Biasanya ini juga tidak wajib. Ada yang lebih memilih memberikan bingkisan atas nama sendiri, dan ini boleh-boleh saja.
5. Jajan hangout
Nah, yang terakhir ini memang seru. Persahabatan macan ternak itu bisa ada yang awet banget, dari mulai anaknya masuk TK, bertahan di SD. Meskipun SMP sudah berpencar, ada yang masih tetap rutin ketemuan. Bahkan anak-anaknya sudah mandiri, sudah berkeluarga sendiri, ada yang tetap terhubung, setidaknya lewat WA grup.
Bener-bener persahabatan bagai kepompong.
Kalau sudah begini, enggak hangout bareng di kafe yang kurang afdal juga. Apalagi kalau ada yang sudah pindah luar kota tapi berkunjung, wah, acara wajib tuh untuk meetup sekadar ngopi-ngopi.
Biaya nongkrong ya sudah pasti harus disiapkan. Enggak harus selalu, tapi bisa diambil dari pos hiburan, pos lifestyle, atau apa pun nama posnya—yang di luar kebutuhan rutin. Dan, ingat sekali lagi, enggak perlu memaksakan diri.
Atur Uang supaya Tetap Survive
Mau dibilang peer pressure, ya bisa juga. Memang yang namanya biaya nongkrong seperti ini enggak bisa dihindarkan. Padahal, kalau dilogika, ya enggak penting-penting amat. Tapi, pernah merasakan enggak gabung di WA grup ortu itu memang berasa terkucilkan, meskipun di sisi lain dompet jadi aman terkendali.
Jadi, kembali ke masing-masing orang. Toh namanya manusia ya butuh juga untuk berhubungan dengan manusia lainnya. Dan, tentu saja, semua ada “biaya”-nya. Tinggal atur-atur lagi supaya keuangan tetap survive. Pasalnya, pernah nih ada cerita, seorang ibu sampai ngutang kanan kiri demi bisa beli kembaran baju dengan orang tua siswa lainnya. Tentu saja, yang seperti ini enggak akan sehat, baik buat mental maupun finansial kita.
So, be wise ya.