Insight Global, sembuah perusahaan human resources, merilis data bahwa 78% karyawan di Amerika Serikat saat ini takut kehilangan pekerjaan, akibat resesi ekonomi yang diproyeksikan akan terjadi. Akankah badai pemutusan hubungan kerja akan kembali melanda seperti di awal pandemi 2 tahun yang lalu?
Sementara, dari data survei yang sama, sejumlah 54% dari karyawan tersebut juga mengkhawatirkan adanya pemangkasan gaji jika mereka tetap bekerja, ketika resesi sungguh-sungguh datang. Sejumlah pekerja tak yakin bahwa pekerjaan mereka akan tahan banting menghadapi badai resesi. Sedangkan, 56% karyawan tidak merasa aman secara finansial untuk menghadapi resesi, dan bahkan tidak tahu apa yang harus disiapkan jika resesi datang. Menariknya, 64% dari yang tidak merasa aman ini adalah perempuan.
Yups, para pakar ekonomi memproyeksikan Amerika Serikat—dan juga banyak negara di dunia—akan kembali harus menghadapi resesi ekonomi ke depan. Khusus buat AS, keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga secara agresif untuk menaklukkan inflasi tinggi berakibat daya beli masyarakat menjadi melemah. Bahkan, kenaikan suku bunga ini telah melampaui kenaikan upah resmi negara adidaya tersebut. So, banyak orang sudah merasakan dampaknya, bahkan ketika belum secara resmi dikatakan masuk ke periode resesi.
Badai Pemutusan Hubungan Kerja sudah cukup terlihat dimulai. Misalnya seperti Netflix yang telah melakukan PHK terhadap 300 karyawannya. Layoff ini merupakan gelombang kedua tahun ini, setelah di bulan Mei, perusahaan streaming film tersebut telah melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 150 karyawan full time, dan lebih dari 70 karyawan part time dan freelance. Tesla juga melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap ratusan karyawan, dan menutup salah satu kantor offline-nya.
Badai PHK di Indonesia
Apa yang terjadi di Amerika Serikat, sedikit banyak juga sudah terjadi di Indonesia. Terutama dalam bisnis startup, badai pemutusan hubungan kerja ini bahkan sudah terjadi sejak awal tahun.
Di antara perusahaan startup yang melakukan pemutusan hubungan kerja adalah:
Fabelio
Perusahaan startup penjualan furnitur, Fabelio, bahkan telah mulai melakukan pemutusan hubungan kerja sejak awal 2021. Alasannya adalah efisiensi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Hal ini menjadi buntut dari menurunnya penjualan, baik secara offline maupun online yang terjadi sejak awal pandemi.
TaniHub
Startup pertanian ini juga melakukan pemutusan hubungan kerja di Februari 2022 lalu. Dua warehouse dihentikan operasionalnya, yaitu yang berada di Bandung dan Bali. Alasan layoff ini adalah TaniHub ingin melakukan refocusing bisnis, yang tadinya B2C kini akan lebih mengembangkan B2B.
SiCepat
SiCepat juga diketahui melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 360 orang karyawan. Meski diklaim tak sampai 1% dari seluruh karyawan yang ditotal sebanyak 60.000, langkah ini harus diambil karena karyawan yang terkena PHK tersebut dinilai tak memenuhi standar penilaian perusahaan.
LinkAja
Reorganisasi sumber daya manusia menjadi alasan startup pelat merah ini melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sejumlah karyawannya.
Zenius
Startup edukasi, Zenius, juga melakukan PHK terhadap 200 karyawan, atau sebesar 25%, dengan alasan bahwa perusahaan sedang mengalami kondisi ekonomi yang buruk.
Terancam Pemutusan Hubungan Kerja, Berikut yang Bisa Dilakukan
Sisi baik dari gelombang pemutusan hubungan kerja atas alasan ekonomi seperti ini, biasanya akan ada semacam prior notice yang dilakukan oleh perusahaan. Tujuannya, tentu saja, agar karyawan bisa mempersiapkan diri dengan baik, dan bisa menjalani masa transisi dengan lancar.
Meskipun ya, siapa yang enggak shock ketika harus kehilangan pekerjaan?
Meski demikian, enggak tepat juga kalau kita cuma menyerah pada keadaan. Yuk, lakukan beberapa hal berikut sebagai persiapan kalau kamu ternyata harus menghadapi situasi seperti ini.
1. Tetap positif
Ini barangkali akan jadi hal yang sangat sulit. Paham banget kok. Tapi bagaimanapun, sampai dengan tanggal kamu dinyatakan tak bekerja lagi, kamu masih harus menyelesaikan semua tugas di kantor. Selesaikan sampai tuntas, seperti biasa sebelum kamu dinyatakan akan di-PHK.
Cobalah untuk tidak menjelekkan perusahaan, dan juga semua orang yang ada di dalamnya—terutama atasanmu. Perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja pasti sudah mempertimbangkan semuanya dengan baik, dan pasti juga berat bagi mereka.
2. Susun ulang anggaran
Kehilangan pekerjaan pasti akan memengaruhi keuangan. So, coba yuk, kita cek kondisi keuangan sebelum mulai melangkah ke hal-hal lainnya.
Beberapa yang harus kamu cek:
- Masih adakah penghasilan lain yang bisa kamu terima?
- Apakah kamu akan menerima pesangon? Berapa jumlahnya?
- Berapa penghasilan total jika nanti kamu sudah terkena pemutusan hubungan kerja?
- Berapa tabunganmu saat ini?
- Berapa tanggunganmu saat ini?
- Kewajiban apa saja yang masih harus kamu lakukan; cicilan utang, pajak, iuran, dan sebagainya?
- Berapa pengeluaran rutin dalam sebulan?
- Adakah pos yang bisa dipangkas?
Jika perlu, fokuslah pada kebutuhan primer dulu. Kebutuhan lain yang bersifat lifestyle atau sekunder, tersier, bisa ditunda.
3. Cek dana darurat
Semoga kamu sudah sempat membangun dana darurat sebelumnya.
You see, tidak pernah ada pekerjaan yang benar-benar aman. Mau setinggi apa pun posisimu, sekuat apa pun perusahaannya, sebagus apa pun performamu, peluang untuk kehilangan pekerjaan akan tetap ada. Kalau sudah begini, untuk mencari pekerjaan baru juga akan butuh waktu. Kalaupun mau berbisnis saja, tidak melamar pekerjaan lagi, kamu juga butuh waktu untuk merintisnya.
Dana darurat akan dapat membantu sementara dalam masa transisi ini. Dengan nominal minimal 3 kali pengeluaran bulanan, kamu bisa hidup dalam 3 bulan ke depan tanpa mendapatkan penghasilan. Tentu saja, sambil mencari celah peluang lagi. Semakin besar dana daruratmu, maka semakin panjang kamu akan bertahan.
Setelah nanti finansialmu kembali stabil, jangan lupa untuk membangun dana darurat lagi ya.
4. Investasi pada diri sendiri
Menghadapi pemutusan hubungan kerja, persiapkan dirimu dengan berbagai skill yang relevan. Terutama skill yang banyak dibutuhkan sekarang ini.
Ikuti berbagai kursus dan dapatkan sertifikatnya. Zaman sekarang, mau kursus banyak banget opsi pilihannya kan? Offline online, berbayar atau gratis, berbayar mahal atau murah, metode kelas atau mandiri, dan sebagainya. Kamu bisa belajar semuanya sesuai kemampuanmu.
5. Poles lagi CV-mu
Buat yang sudah lama enggak lamar-lamar kerja, boleh juga kalau mulai segera memoles CV lagi. Sementara kamu bekerja kemarin, pasti banyak perkembangan terjadi padamu. Review dan update CV kamu, agar sesuai dengan kondisi terkini.
Kamu bisa juga mulai menyebarkan CV dan resume di beberapa platform pencari kerja. Misalnya, di LinkedIn. Lalu mulai bangun networking dengan banyak orang, agar mereka notice bahwa kamu sedang available untuk pekerjaan yang sesuai dengan bidangmu.
Nah, itu dia beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mempersiapkan diri jika (amit-amit) harus menghadapi pemutusan hubungan kerja.
Yes, kondisinya memang sedang tidak baik-baik saja. Dan, ingat, tak pernah ada pekerjaan yang aman sepenuhnya. Peluang untuk tiba-tiba kehilangan pekerjaan itu akan selalu ada selama kita masih produktif. Jadi, bersiaplah untuk yang terburuk, meskipun berharap semua akan baik-baik saja.