Dalam sejarah, sudah beberapa kali nilai rupiah mengalami kenaikan maupun penurunan. Hal ini tentu sesuatu yang biasa terjadi. Namun, mungkin kamu bertanya-tanya, apa sih yang memengaruhi nilai rupiah ini?
Seperti sekarang ini misalnya.
Akibat pandemi COVID-19 ini nilai rupiah pun melorot. Berdasarkan berita yang dilansir dari CNBC Indonesia pada tanggal 17 Maret tahun lalu, di saat-saat pertama pandemi merebak, kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) berada di Rp 15.083. Nilai rupiah pada saat itu melemah sebesar 1,79% dibandingkan sehari sebelumnya, dan menyentuh titik terlemah sejak November 2018. Ini dampak dari pandemi COVID-19 yang baru menyerang Indonesia. Pada waktu itu juga nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup sangat lemah. Niai tukar saat itu 1,05% atau 155 poin ke level Rp14.933 pada akhir perdagangan.
Strategi investasi yang dilakukan pemerintah juga dapat terpengaruh dengan naik turunnya nilai rupiah ini, karena ada beberapa instrumen investasi sangat ditentukan oleh nilai rupiah.
Sering kali nilai rupiah menguat, namun hal ini belum berbanding lurus dengan nilai dolar yang setiap saat semakin menguat dan menekan nilai rupiah.
Walaupun pertumbahan bisnis di Indonesia semakin berkembang, namun hal tersebut belum cukup membantu perekonomian semakin membaik. Apalagi di saat pandemi ini, banyak bisnis yang sedang berjuang mempertahankan posisinya agar perekonomian di Indonesia tidak terpuruk.
Pastinya naik dan turunnya nilai rupiah ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebelum kita membahas faktor penyebab naik turunnya nilai rupiah, yuk kita bahas kurs terlebih dahulu!
Apa Itu Kurs?
Kurs adalah istilah yang sering kita dengar dan banyak orang gunakan saat ada penukaran uang asing dengan uang rupiah ataupun sebaliknya. Kurs mempunyai peranan penting dalam transaksi, khususnya pada kegiatan ekspor dan impor. Mengapa demikian? Karena kurs mampu menerjemahkan harga dari berbagai mata uang negara-negara lain. Kurs sendiri terbagi atas 3 jenis, yaitu kurs jual, kurs beli, dan kurs tengah.
Nah, sekarang lanjut ke pembahasan utama tentang faktor penyebab naik dan turunnya nilai rupiah ya.
Penyebab Naik Turunnya Nilai Rupiah
1. Perbandingan Tingkat Inflasi Kedua Negara
Suatu negara yang memiliki tingkat inflasi yang konsisten rendah biasanya akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan dengan negara yang memiliki inflasi lebih tinggi. Hal ini dikarenakan daya beli (purchasing power) mata uang tersebut ryang elatif lebih besar dari negara lainnya.
Pada akhir abad ke-20, negara yang memiliki tingkat inflasi rendah adalah Jepang, Jerman, serta Swiss. Sementara Amerika Serikat dan Canada menyusul kemudian. Nilai tukar mata uang negara-negara yang memiliki tingkat inflasi yang lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya.
Depresiasi merupakan penurunan nilai mata uang lokal terhadap mata uang negara lain. Jika nilai mata uang lokal mengalami depresiasi atas mata uang negara lain, dampaknya adalah kegiatan ekspor menjadi lebih murah dan kegiatan impor menjadi lebih mahal.
2. Perbandingan Tingkat Suku Bunga Kedua Negara
Suku bunga, inflasi, dan nilai tukar memiliki hubungan yang erat. Adanya perubahan tingkat suku bunga, maka bank sentral suatu negara bisa mempengaruhi inflasi serta nilai tukar mata uang. Suku bunga yang tinggi juga akan menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat.
Pastinya para investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar. Apabila terjadi inflasi kembali, para investor akan keluar dan bank sentral menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku bunga akibatnya akan memperlemah nilai tukar rupiah.
3. Neraca Perdagangan
Faktor yang memengaruhi naik dan turunnya nilai rupiah selanjutnya adalah neraca perdagangan.
Jika Indonesia membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya, maka neraca perdagangan di Indonesia mengalami defisit. Indonesia akan membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagangnya, sehingga menyebabkan nilai tukar rupiah melemah. Jika dalam keadaan sebaliknya, maka keadaan itu disebut surplus.
4. Utang Publik (Public Debt)
Public debt juga merupakan faktor yang menyebabkan nilai rupiah naik dan turun. Neraca anggaran domestik digunakan untuk membiayai proyek kepentingan publik dan pemerintahan. Apabila anggaran domestik tersebut defisit, maka public debt akan membengkak. Inflasi suatu negara terjadi karena public debt-nya yang tinggi. Defisit anggaran ini dapat ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang lagi.
Keadaan bisa saja memburuk, jika utang yang besar menyebabkan negara gagal bayar (default) sehingga menyebapkan peringkat utangnya turun. Public debt yang tinggi tentu saja akan memperlemah nilai tukar rupiah.
5. Perbandingan Harga Ekspor dan Impor
Apa yang terjadi jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor? Yang terjadi adalah nilai rupiah semakin menguat. Permintaan akan barang dan jasa di Indonesia akan naik, hal ini berarti permintaan mata uang rupiah juga meningkat.
6. Stabilitas Politik dan Ekonomi
Para investor luar tentu saja akan memilih negara yang memiliki kinerja ekonomi bagus dan juga kondisi politik yang stabil untuk tempat mereka berivestasi. Negara yang memiliki kondisi politik tidak stabil akan memiliki risiko yang tinggi sebagai tempat untuk berinvestasi.
Keadaan politik juga akan berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor. Di mana pada akhirnya hal ini juga akan memengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.
Apalagi di valuta asing, kestabilan ekonomi dan politik sangat dipertimbangkan. Bahkan, konflik politik sedikit saja, atau ada isu kebijakan negara miring, bisa sangat berpengaruh pada nilai tukar mata uang suatu negara. Begitu juga yang terjadi di Indonesia.
Kesimpulan
Nah, itulah faktor yang memengaruhi nilai rupiah menjadi naik dan turun. Pandemi COVID-19 ini membuat sebagian perekonomian di berbagai negara menjadi tidak stabil. Salah satunya juga yang terjadi di Indonesia dengan melemahnya nilai rupiah.
Lalu bagaimana agar kondisi finansialmu agar tetap dalam kondisi stabil? Apalagi untuk kamu yang sedang bingung menghapi dunia investasi yang cenderung tidak pasti, atau bahkan kamu sudah mengalami kerugian investasi akibat pandemi ini?
So, gunakan strategi investasi yang lebih baik agar nilai finansialmu tidak lagi terpengaruh dengan melemahnya nilai rupiah. Dengan demikian, dana yang kamu investasikan dapat berkembang secara optimal, dan bisa kamu manfaatkan untuk kebutuhan masa depan.
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai penulis konten untuk website dan media sosial profesional. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.