Warren Buffet merupakan salah satu investor yang terkenal hobi banget membeli saham undervalued. Tujuan Buffet melakukan ini tak lain adalah untuk meminimalkan risiko investasi dan mengoptimalkan potensi imbal yang bisa didapatkan dari investasi saham yang dilakukannya.
Buat kamu yang belum terlalu familier, undervalued sendiri merupakan suatu istilah finansial yang menggambarkan penjualan suatu instrumen investasi di bawah nilai yang seharusnya. Umumnya, istilah ini digunakan dalam investasi saham, yang menggambarkan adanya harga saham yang lebih rendah daripada seharusnya.
Actually, tidak ada patokan yang baku untuk menentukan apakah suatu saham undervalued atau overvalued. Kadang juga, hal ini tergantung dari investor melihat suatu saham yang bersangkutan. Untuk saham undervalued, para investor dapat menganalisis dari laporan keuangan perusahaan tersebut, mulai dari aset, cash flow, sales, return on equity, dan banyak komponen lainnya.
Bagaimana Cara Kita Mengetahui Saham Undervalued?
Setiap investor dapat mengembangkan caranya sendiri untuk mengukur harga saham. Namun, terdapat beberapa pedoman yang paling umum digunakan untuk mengetahui saham undervalued atau overvalued. Yuk, simak.
1. Price to Earning Ratio (PER)
PER adalah rasio finansial yang bisa digunakan untuk mengukur nilai perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan harga saham saat ini dengan EPS (Earning Per Share atau pendapatan per lembar saham).
Rasio ini sering digunakan untuk melihat suatu saham undervalued ataukah malah overvalued.
Saham yang memiliki rasio PER = 15, valuasinya normal. Saham yang memiliki rasio PER di bawah 10 masuk ke dalam kategori saham undervalued. Saham yang memiliki rasio PER di atas 20 masuk ke dalam kategori overvalued.
Rasio PER ini sangatlah cepat berubah, hal ini dikarenakan rasio PER menggunakan komponen pendapatan perusahaan per periode 3 bulan.
2. Price Earning to Growth (PEG)
PEG merupakan modifikasi dari rasio PER, rasio ini adalah hasil nilai PER dibagi dengan persentase pertumbuhan earning dalam suatu periode. Biasanya yang masuk saham undervalued adalah saham yang memiliki rasio PEG di bawah 1.
3. Price to Book Value (PBV)
PBV merupakan rasio finansial yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan harga saham saat ini dengan nilai buku. Biasanya yang masuk saham undervalued adalah saham yang memiliki rasio PBV di bawah 1.
4. Price to Sales Ratio (PSR)
PSR adalah cara untuk memvaluasi nilai perusahaan berdasarkan dari total pendapatan dalam 1 tahun. Cara ini diciptakan oleh Kenneth L. Fisher. Biasanya yang masuk saham undervalued adalah saham yang memiliki rasio PSR di bawah 1.
Nah, ingat-ingatlah “aturan” di atas, agar kamu bisa mengenali mana saham undervalued dan bisa masuk ke dalam shortlist saham incaranmu.
Setelah itu, gimana? Langsung beli sahamnya?
Ya, enggak gitu juga. Kamu tetap butuh banyak pertimbangan lain. Memang, penentuan saham undervalued ini bisa dijadikan pegangan untuk memilih saham terbaik, tetapi ini bukan satu-satunya faktor penentu. Tetap lakukan analisis saham yang lain, agar pemilihan sahammu lebih optimal.
Jadi, langkah yang perlu kita lakukan untuk memilih saham undervalued, adalah sebagai berikut:
- Menentukan sub-sektor saham yang menurutmu mempunyai peluang pertumbuhan bagus dalam kondisi ekonomi saat ini.
- Kumpulkan data laporan keuangan dan juga pergerakan harga terbaru dari semua emiten dalam sub-sektor tersebut. Cara ini untuk menghitung nilai PER, PEG, PSR, dan PBV secara manual. Ada cara yang lebih mudah untuk dilakukan, yaitu dengan meninjau data yang telah disediakan, misalnya seperti Bloomberg atau Investing.com—di Google Finance juga ada—yang sudah mencantumkan PER dan PBV.
- Membandingkan keempat rasio tersebut untuk semua saham di subsektor terkait.
Prinsip Saham Undervalued
Menurut pakar investasi yang bernama Fabozzi (1999), suatu saham undervalued akan cenderung bergerak menuju nilai intrinsiknya. Nilai intrinsiknya di sini adalah fair value atau nilai wajar dari saham tersebut.
Karena itu, para investor akan berusaha untuk mencari saham undervalued untuk dijadikan sebagai aset produktif. Mengapa disebut produktif? Ya, apabila saham undervalued mendekati harga wajarnya, maka potensi kenaikan nilai saham jauh lebih besar.
Memang, saham undervalued mempunyai peluang yang besar untuk mendekati nilai wajarnya. Hal ini menjadi salah satu alasan investor mengincar saham ini apalagi di trading saham. Walaupun demikian, ada juga lho saham undervalued tetapi kurang menarik untuk investor. Lo, kenapa? Ya banyak faktor yang menjadi penyebabnya.
Misalnya saja, saham undervalued tersebut ternyata secara fundamental kurang baik atau mungkin tidak memiliki prospek bisnis yang tumbuh di masa depan atau kurang likuid. Perlu kamu ketahui juga, walaupun saham undervalued dianggap potensial, namun bisa saja hal itu terjadi lantaran pasar tidak menaruh kepercayaan terhadap saham tersebut, so nilainya dalam pasar saham berada di bawah nilai wajar.
Kesimpulan Pentingnya Mengenali Saham Undervalued
Nah, itulah beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengetahui saham undervalued.
Gimana? Apakah kamu sudah bisa mengambil kesimpulan mengenai saham undervalued ini, dan bagaimana mengenalinya? Kalau sudah, selamat. Kalau belum, kamu bisa gugling lagi untuk mencari informasi yang lebih banyak lagi.
Pastinya semua keputusan investasi berada di tanganmu sepenuhnya. Pastikan juga untuk menggali informasi lebih banyak sebelum menentukan pilihan. Ingat, semakin banyak pengetahuan, yang kamu dapatkan, maka semakin baik pula untuk keputusan yang kamu ambil.
Semoga bermanfaat, ya.
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai penulis konten untuk website dan media sosial profesional. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.