Penting buat kamu, para investor saham, untuk mengenali berbagai strategi yang bisa diterapkan untuk menghasilkan cuan di pasar saham. Beberapa di antaranya adalah growth investing dan value investing. Masing-masing strategi ini punya pengikut garis kerasnya sendiri. Sering juga dipertanyakan, mana di antara keduanya yang terbaik?
Kalau untuk menjawab mana yang terbaik antara value investing dan growth investing, maka kamu sebaiknya mengenal dulu prinsip keduanya. Asal ingat saja, wejangan dari Warren Buffett, “The risk comes from not knowing what you’re doing.”
Karena itu, ketika kamu hendak menentukan strategi investasi, maka hal yang terpenting untuk diketahui lebih dulu adalah potensi risiko dan bagaimana strategi itu bisa melayani kebutuhan kita.
Yes, balik lagi ke risiko sama kebutuhan. Emang nggak pernah jauh-jauh dari diri kita sendiri sih, kalau menyangkut memilih instrumen investasi tuh.
Value Investing vs Growth Investing
Value Investing
Value investing adalah strategi dalam investasi saham yang dikenalkan oleh Benjamin Graham. Strategi ini mengajarkan memilih suatu saham yang diperjualbelikan di bawah nilai intrinsiknya (undervalued), namun masih berpotensi kuat untuk naik.
Nilai intrinsik suatu perusahaan bisa ditentukan dari evaluasi aspek fundamental perusahaan, seperti model bisnis, laporan keuangan, manajemen, dan situasi persaingan. Ketika nilai intrinsik suatu perusahaan lebih tinggi dari nilai pasar saat ini, maka saham perusahaan tersebut dianggap undervalued.
Value investing memiliki karateristik sebagai berikut:
Lower priced than broader market
Strategi di balik value investing adalah saham perusahaan yang baik akan bangkit kembali pada waktunya, ketika nilai sebenarnya diakui oleh investor.
Priced below similar companies in industry
Banyak investor yang memilih value investing percaya, bahwa mayoritas nilai saham tercipta karena adanya reaksi berlebihan dari investor terhadap masalah perusahaan yang terjadi, seperti revenue yang menurun (padahal ya, lagi pandemi seperti ini—misalkan, perusahaan mana sih yang nggak menurun revenue-nya? Ya ada sih, tapi kan dilihat dari industrinya), publisitas negatif, atau masalah hukum. Semua hal tersebut dimungkinkan dapat menimbulkan keraguan pada prospek jangka panjang perusahaan yang bersangkutan.
Less risk than the broader market
Karena membutuhkan waktu untuk berbalik, maka nilai saham ini lebih cocok untuk investor jangka panjang dan membawa lebih sedikit risiko fluktuasi harga.
Value investing juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Biasanya perusahaan tersebut sudah stabil dan memiliki fundamental yang baik.
- Harga saham relatif murah jika dibandingkan dengan nilai kekayaan perusahaan dan harga saham perusahaan lain yang sejenis. Harga “murah” ini dikarenakan rendahnya keyakinan investor terhadap perusahaan, yang biasanya dipicu oleh sentimen tertentu.
- Manajer investasi masih banyak yang percaya. Mereka akan membeli saham perusahaan ini dengan keyakinan fundamental perusahaan masih kuat dan harga saham yang murah hanya berlaku sementara.
- Perusahaan memberikan dividen yang tinggi yang mampu menutupi kerugian investor jika terjadi penurunan harga saham.
Kelebihan jika kamu memakai strategi investasi value investing ini adalah nggak butuh modal yang banyak, selama kamu mau belajar bagaimana penerapannya yang paling sesuai untukmu, dan mengerti kondisi fundamental suatu perusahaan. Konsistensi menjadi hal yang lebih penting.
Value investing ini juga mempunyai risiko yang relatif lebih rendah. Namun, harus kamu sadari bahwa value investing bukan merupakan cara yang direkomendasikan jika kamu ingin cepat-cepat meraih keuntungan dalam pasar modal.
Growth Investing
Growth investing merupakan strategi investasi saham dalam jangka panjang yang juga terbukti mampu memberikan imbal yang cukup menarik.
Prinsip kerja strategi ini berbeda dengan value investing, yaitu dengan mencari growth stock atau saham yang memiliki pertumbuhan baik. Perusahaan yang masuk ke dalam kategori growth stock adalah perusahaan yang mempunyai pertumbuhan dan laba yang cukup besar.
Karakteristik utama dari growth investing adalah sebagai berikut:
Higher priced than broader market
Perusahaan yang memiliki pertumbuhan akan dilirik oleh investor. Investor akan bersedia membayar harga untuk pendapatan yang tinggi dengan harapan akan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi lagi.
High earnings growth records
Sementara itu, bisa jadi revenue perusahaan tertekan selama periode perbaikan ekonomi yang mengalami kelambatan, namun investor meyakini, perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi ini akan berpotensi terus mencapai revenue yang tinggi, begitu terlepas dari kondisi ekonomi.
More volatile than broader market
Growth investing cenderung mempunyai lebih banyak volatilitas. Risiko terbesarnya bisa jadi adalah penurunan harga saham secara tiba-tiba karena revenue negatif, atau bisa jadi juga adanya berita buruk tentang perusahaan. Jadi perlu kamu ingat, volatilitas merupakan bagian dari pertumbuhan. Di satu sisi, volatilitas bisa menciptakan kerugian besar, tetapi juga memiliki potensi kenaikan yang lebih tinggi. Ingat terus prinsipnya: high risk high return.
Growth investing juga memiliki ciri-ciri sebagai, berikut:
- Biasanya perusahaan yang bersangkutan memiliki pertumbuhan di atas rata-rata dan sedang berkembang dengan pesat.
- Harga saham perusahaan cenderung mahal karena diukur dari laba perusahaan. Saham jenis ini sering dianggap mempunyai valuasi yang terlalu tinggi.
- Manajer investasi berani membeli saham perusahaan jenis ini dengan harga tinggi, dan berharap mendapat potensi pertumbuhan laba yang lebih tinggi untuk ke depannya.
- Perusahaan cenderung mengalokasikan laba ditahan untuk investasi proyek yang membutuhkan modal daripada untuk pembayaran dividen, walaupun terkadang pembagian dividen kepada pemegang saham masih tetap ada.
Mana yang Lebih Baik?
Nah, sudah tahu perbedaan value investing dan growth investing, jadi sekarang apakah kamu sudah bisa memutuskan, mana yang lebih baik?
Jawabannya adalah kembali pada karaktermu sendiri sebagai investor.
Kamu, sebagai investor, di saat akan berinvestasi di instrumen saham, apakah lebih mempertimbangkan pertumbuhan atau nilai?
Dalam memilih instrumen investasi, kamu memerlukan strategi yang terbaik—yang berpijak dari kebutuhanmu sendiri. Bukan hanya untuk memperoleh keuntungan semata, sebanyak-banyaknya, tetapi lebih tentang bagaimana cara untuk mencapainya dan apakah kita nyaman melakukan cara tersebut.
Sudah paham betul kan, bahwa instrumen investasi memiliki perbandingan lurus antara keuntungan dengan risiko yang bisa didapatkan.
Antisipasi Risiko
Tapi, soal risiko nih, ada langkah antisipasinya.
Untuk meminimalkan kerugian, kamu dapat melakukan diversifikasi investasi. Diversifikasi investasi adalah berinvestasi ke berbagi instrumen investasi untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan potensi munculnya risiko, salah satunya kerugian.
Dengan demikian, pendapatan keuntunganmu dari investasi bisa lebih stabil. Untuk memudahkanmu, kamu dapat mencatat diversifikasi investasi ini ke dalam portofoliomu.
Nah, itulah perbedaan growth investing dan value investing. Sebenarnya tidak ada yang menjamin lebih unggul dan untung yang mana, karena keduanya mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan tergantung pada kebutuhan dan kemampuanmu sendiri sebagai investor.
Semoga bermanfaat, ya!