Punya investasi itu wajib, terutama buat kamu yang memang pengin punya kehidupan yang baik di depan sana. Nah, instrumen investasi itu banyak banget memang, dan kadang malah jadi bingung para investor pemula. Akibatnya, saking bingungnya, malah nggak jadi investasi deh. Seperti salah satunya, bingung antara investasi saham atau obligasi, mana yang lebih untung?
Nah, membandingkan dua instrumen investasi, dan kemudian diikuti dengan pertanyaan, mana yang lebih untung ini pertanyaan sejuta umat biasanya memang. Karena untuk belajar satu per satu dulu juga butuh waktu, yang mana enggak semua orang bersedia menyisihkan. Lebih enak memang langsung bandingkan saja satu per satu, terus ketika sudah memutuskan, baru deh dipelajari lebih dalam.
Yah, namanya orang, kan cara belajarnya beda-beda. Ya kan?
So, apakah kamu termasuk orang yang cara belajarnya seperti ini; langsung membandingkan dua hal, terus baru memiliih untuk mendalami salah satunya?
Kalau iya, nah, kali ini kita akan bahas perbandingan dua jenis investasi populer ini nih. Mending investasi saham atau obligasi? Yuk, simak artikelnya sampai selesai ya.
Investasi Saham Atau Obligasi: Mana yang Lebih Untung?
Pertanyaan ini sebenarnya kurang tepat sih dilontarkan begitu saja, karena tentang mana yang lebih untung ini seharusnya kembali ke kebutuhan masing-masing, dan tentunya, tujuan keuangan masing-masing.
Bisa untuk satu tujuan keuangan tertentu, investasi saham akan lebih optimal. Namun, untuk tujuan keuangan yang lain, akan lebih tepat kalau kita pakai obligasi ebagai instrumennya.
Nah, mari kita lihat satu per satu.
Beda Saham dan Obligasi
Untuk mengetahui beda saham dan obligasi, kita mesti berangkat dari pengertiannya.
Saham adalah surat berharga yang merupakan bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan. Bukti kepemilikan ini diperjualbelikan dalam satuan lot (100 lembar), yang harganya bisa berubah setiap hari, bahkan setiap jam, tergantung kondisi pasar dan faktor eksternal lainnya.
Sebuah perusahaan menjual sahamnya dalam IPO untuk berbagai tujuan. Di antaranya, untuk mendapatkan dana modal yang lebih banyak yang akan dipakai untuk ekspansi bisnis dan keperluan lainnya.
Seterusnya, setelah saham ditawarkan perdana dalam IPO, saham akan dicatat oleh BEI dan menjadi komoditi yang diperjualbelikan dalam aktivitas transaksi sehari-hari, di mana kita bisa ikut berpartisipasi.
Obligasi adalah surat utang; surat perjanjian peminjaman dana yang bisa diterbitkan oleh individu, institusi, maupun oleh pemerintah. Dalam surat utang ini ada penyebutkan besaran bunga, waktu jatuh tempo pembayaran, dan informasi-informasi penting lainnya.
Obligasi Ritel Indonesia (ORI) dan Surat Utang Negara (SUN) adalah beberapa contoh surat utang yang dikeluarkan oleh negara, dan ditawarkan pada publik.
Imbal Saham atau Obligasi yang Lebih Banyak?
Ini dia pertanyaan selanjutnya, yes? Dalam saham, imbal bisa didapatkan dalam beberapa cara, yaitu:
- Capital gain, yaitu keuntungan atau imbal yang kita dapatkan ketika menjual saham yang menjadi milik kita, dan mendapatkan keuntungan dari selisih harga jual yang lebih tinggi daripada harga saham saat kita membelinya.
- Pembagian dividen, yaitu dana yang kita terima sebagai hak pemilik dana investasi pada saham yang kita miliki atas perusahaan tertentu, yang merupakan laba dari operasional perusahaan tersebut. Pembagian dividen ini sih bisa jadi tidak setiap tahun kita dapatkan, pun besarannya tidak sama.
Sedangkan dari obligasi, kita akan mendapatkan imbal dari bunga atas dana yang kita piutangkan. Besarannya berapa, tentu tergantung kesepakatan. Biasanya sih ya lebih besar daripada suku bunga simpanan Bank Indonesia ya. Kalau kamu sempat ikut berpartisipasi ketika pemerintah menawarkan ORI017 kemarin, maka kamu akan menerima kupon sebesar 6.40% per tahun yang diterima setiap bulan.
Untuk ORI, kita juga bisa memperjualbelikannya di pasar sekunder, sehingga ada peluang untuk mendapatkan capital gain. Tetapi untuk SBR, atau surat berharga ritel, enggak bisa diperjualbelikan sehingga ya nggak bisa mendapatkan keuntungan dari selisih penjualan. Namun, biasanya SBR ditawarkan dengan kupon ber-floating rate, artinya bunga mengambang mengikuti perubahan suku bunga jika ada perubahan di tengah masa berlakunya. Dan, ada pula fasilitas early redemption.
Risiko Saham atau Obligasi yang Lebih Besar?
Untuk dipahami, bahwa tidak ada investasi yang menawarkan keuntungan banyak tetapi tanpa risiko. Risiko dan imbal berbanding lurus. Ketika imbal menggiurkan, maka risikonya biasanya juga tinggi, demikian pula sebaliknya.
Risiko saham datang dalam bentuk:
- Capital loss, ketika saham kita terjual dengan harga yang lebih rendah dibandingkan ketika kita membelinya.
- Ketika perusahaan tempat kita menanam modal harus bangkrut dan dilikuidasi, maka bisa jadi dana kita pun tidak kembali.
Bagaimana dengan obligasi? Seperti apa risikonya? Ada 2 juga, yaitu:
- Ketika pihak peminjam dana gagal bayar, maka peluang untuk mendapatkan bunga akan menipis dan dana pinjaman pokok kita pun mungkin tidak akan kembali.
- Ketika obligasi dijual di pasar sekunder, dan harus laku di harga yang lebih rendah dibandingkan ketika kita membelinya.
Jadi, di sini bisa dibilang, baik saham atau obligasi memiliki jenis risiko yang sama, tinggal berapa nominal yang kita investasikan saja yang akan menentukan risiko besar ataupun kecilnya.
Jatuh Tempo dan Masa Berlaku
Untuk investasi saham, selama saham perusahaan tersebut masih kita miliki, masih beroperasi, dan sahamnya juga masih beredar di bursa efek, maka kita akan tetap berstatus sebagai pemegang saham, dan memiliki semua hak yang menyertainya.
Untuk obligasi, ada masa jatuh tempo tertentu yang biasanya tercantum dalam surat perjanjiannya. Misalnya seperti ORI, biasanya memiliki masa berlaku 3 tahun. Sedangkan SBR, masa berlakunya 2 tahun. Obligasi yang lain juga ada tenggat waktu jatuh temponya masing-masing, siapa pun penerbitnya. Setelah tenggat itu berlalu, maka kita sudah tidak bisa mendapatkan hak kita lagi sebagai investor.
Kesimpulan: Saham atau Obligasi?
Jawabannya: tergantung kebutuhan dan tujuan keuanganmu.
Saham akan baik dimanfaatkan sebagai investasi jangka panjang, mengingat fluktuasi harganya yang sangat agresif. Obligasi–misalnya seperti obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah–akan optimal jika dimanfaatkan sebagai instrumen investasi jangka pendek, sampai dengan 3 tahun.
Nah, jadi, kamu butuh yang mana? Tujuan kamu investasi untuk apa? Baru dari tujuan dan kebutuhan inilah, kamu bisa memilih lebih optimal untuk investasi di saham atau obligasi.
Semoga sedikit penjelasan di atas bisa membantumu ya! Selamat berinvestasi!
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.
axlarry mengatakan
Artikel yang menarik, enak dibaca dibaca. Jelas sekali menggambarkan tentang saham dan obligasi. Kesimpulannya juga saya suka : tergantung kebutuhan dan tujuan keuanganmu.