Pinjaman dana ke keluarga kadang memang bisa membantu. Biasanya ini akan menolong banget kalau misalnya kita butuh dana untuk DP rumah, untuk tambah modal bisnis yang sedang dirintis, atau misalnya untuk menutup utang lain yang lebih mencekik bunga dan dendanya.
Ya, meski yang terakhir itu apa banget deh, seharusnya itu adalah kesalahan yang bisa kita hindari. Jadi nutup lubang dengan gali lubang kan? Tapi pinjaman dana dari keluarga (yang biasanya datang dengan bunga yang ringan, bahkan tanpa bunga) memang bisa jadi penyelamat kalau sudah terjerat seperti ini.
Namun, meskipun meminjam pada keluarga sendiri, bagusnya sih jangan diremehkan pembayarannya juga. Tetap mesti disiplin dan pegang komitmen. Itu kan bukan uang kita sendiri. Siapa tahu, nggak mungkin kan, uang yang dipinjamkan itu uang nganggur gitu aja? Pasti uang tersebut juga disimpan untuk tujuan tertentu. Karena kita butuh, makanya keluarga pun berbaik hati meminjamkannya.
Tapi, di balik “kelunakan”-nya, pinjaman dana ke keluarga ini juga ada kontranya. Nah, ini nih. Yuk, kita lihat satu per satu.
Pros and Cons Pinjaman Dana ke Keluarga
1. Easier approval
Ya enggak kayak pinjaman dana ke lembaga keuangan, seperti bank, misalnya, kita biasanya harus menempuh prosedur yang cukup panjang; mulai dari pengajuan dengan berbagai dokumen sebagai syaratnya, lalu disurvei, direview oleh pihak bank. Baru kemudian kalau memang bank yakin kita bisa membayar pinjamannya kembali, maka pengajuan pinjaman dana kita baru di-approve.
Pinjaman dana ke keluarga enggak butuh jalan sepanjang itu sih. Tinggal sepik-sepik, dan kalau memang sudah percaya dan ada dananya, pasti deh langsung approve aja. Nggak butuh waktu lama..
Kalaupun memang pihak pada siapa kita pengin pinjam uang butuh waktu buat menimbang ini itu, ya wajar saja. Mungkin sedang mempertimbangkan dengan kebutuhan mereka yang lain.
Atau, hmmm … kalau misal ditolak, ya biasanya cukup cepat juga sih. Nggak boleh marah, kalau enggak dikasih ya?
2. Pinjaman murah
Seperti yang sudah disebutkan di awal artikel ini, pinjaman dana ke keluarga adalah pinjaman murah. Jikapun ada bunga, tentunya ya enggak sebesar kredit ke bank apalagi ke rentenir online. Pun untuk meminjam dana ke bank atau lembaga keuangan lain, kadang kita juga butuh biaya administrasi lagi.
Belum lagi, kalau ada keterlambatan pembayaran. Ada denda menanti, plus tambahan biaya administrasi lagi. Kadang, masih ditambah bunga yang berbunga. Ouch.
Pinjaman ke keluarga sih biasanya bebas biaya administrasi. Ya, paling-paling ditraktir saja, makan di resto atau ajak ketemuan di kafe. Sepik-sepik, sambil tawarin secangkir cappucino.
3. Negotiable
Of course, negotiable!
Telat dikit, ya sepik-sepik sajalah. Kasih alasan ini itu, sambil berharap semoga dibolehkan enggak bayar cicilan bulan ini. Sambil bawain oleh-oleh martabak.
Ya, itu kalau kita sebagai peminjam dana cukup tahu diri.
Ada juga yang langsung ghosting. Nah loh, kalau kayak gini, yang mentalnya enggak bagus siapa coba? Yang pasti, bukan yang ngasih pinjaman sih, kayaknya. Ya kan?
Pada dasarnya, pinjaman dana ke keluarga memang sangat-sangat negotiable; negotiable waktu, negotiable nominal, sampai negotiable bunga juga.
Tapi, ini tidak sama dengan ghosting tadi ya. Negotiable tidak sama dengan “bisa dighosting”.
4. Hampir tak berisiko
Tak seperti pinjaman online, yang rentan kebocoran data dan juga hal-hal lainnya, pinjaman dana ke keluarga tentunya lebih aman.
Sepertinya, juga enggak mungkin kalau keluarga akan menyewa seorang debt collector untuk menagih pinjaman kan ya? Eh, atau ada? Hmmm …
5. Berpotensi konflik
Nah, kita ada di bagian kontranya sekarang. Jika kita tidak dapat mengelola pinjaman dengan baik, utang ini bisa membawa konflik yang cukup serius, bahkan bisa merusak hubungan kekeluargaan yang sudah ada sebelumnya.
Sudah banyak kasus putusnya tali keluarga “hanya” gara-gara utang yang berbelit enggak keruan. Sayang banget kan, kalau silaturahmi keluarga rusak dalam sekejap seperti ini?
6. Nggak bisa untuk credit building
Para pemilik bisnis, tahu betul nih artinya apa. Credit building itu perlu, sehingga kita punya reputasi baik di circle lembaga-lembaga keuangan itu. Jejak rekam perkreditan kita itu memang ada dan bisa ditelusuri. Saat track record kredit kita baik, maka ketika kita butuh modal tambahan untuk bisnis, kita akan mudah mendapatkannya.
Nah, kalau kita mendapatkan pinjaman dana dari keluarga, maka hal ini kan berarti enggak bisa dipakai untuk credit building, ya kan?
Anyways, meski termasuk dalam pinjaman murah dan ringan, tapi sebaiknya jangan remehkan pinjaman dana ke keluarga ini. Bagaimanapun, mereka pasti punya kebutuhan juga dengan uang yang dipinjamkan pada kita itu. Jadi, ada baiknya, kita juga menghargai bantuan tersebut.
Berikut beberapa tip untuk mengelola utang atau pinjaman dana pada keluarga
1. Tulis perjanjian
Yes, meski “hanya” pada keluarga, tapi akan lebih baik jika kita juga punya perjanjian utang dalam bentuk surat. Meski mungkin enggak perlu menghadirkan notaris atau semacamnya, tapi perjanjian utang ini akan membuat kita jadi terlihat benar-benar menganggap serius utang kita. Pihak pemberi pinjaman akan yakin, uangnya kembali (meski entah kapan).
Dengan adanya perjanjian utang, ini juga jadi “memaksa” kita untuk mau disiplin mengembalikan dana yang kita pinjam. Karena, yah namanya pinjam ke keluarha, kadang ya jadi enggak berasa wajib banget dikembalikan. Jadi merasa, ah, entar aja deh nyicilnya, puter dulu lagi uangnya!
Nah, tuh. Padahal kewajiban ya tetap kewajiban. Kalau kita sanggup memberi bunga setiap bulan, ya berilah bunga setiap bulan, dan kewajiban lainnya.
Lalu, apa saja yang harus ada dalam perjanjian utang dengan keluarga ini?
Di antaranya mesti ada:
- Jumlah dana yang dipinjam, dan mau digunakan untuk apa
- Sistem pembayaran kembalinya: apakah dicicil atau langsung lunas. Kalau dicicil, mau dicicil berapa kali, dan kapan akan dilunasi.
- Bunga pinjaman, jika ada. Bisa pakai patokan suku bunga BI, kalau mau. Kalau enggak, ya sepakati saja bersama.
- Ketentuan jika pelunasan dipercepat atau terlambat, apakah masing-masing akan ada konsekuensi?
- Bagaimana jika kita, sebagai pihak peminjam, ternyata enggak bisa melunasi karena sebab-sebab darurat yang tak bisa terhindarkan?
Setelah semua secara detail dirumuskan, tanda tangani deh oleh kedua belah pihak; pihak peminjam dan pihak pemberi pinjaman. Kalau ada saksi, akan lebih baik lagi. Itu saja sudah cukup.
2. Disiplinlah dalam membayar
Ya, jadi sekali lagi ya, jangan meremehkan pinjaman dana ke keluarga ini. Meski “hanya” keluarga, tapi anggap serius. Dana yang diberikan pada kita bukan uang yang jatuh dari langit. Bisa saja mereka mengumpulkannya sedikit demi sedikit dengan usaha keras.
Kita wajib menghargainya, dengan disiplin mengembalikan sesuai kesepakatan.
3. Jaga komunikasi
Terutama jika ada masalah dengan pinjamannya. Misalnya kayak sekarang, lagi pandemi, bisnis kita ikut terdampak sehingga sulit untuk membayar cicilan. Segera hubungi pihak pemberi pinjaman, dan diskusikanlah kondisi yang sedang terjadi.
Hal ini akan sangat jauh lebih baik ketimbang kita ghosting.
Nah, pinjaman dana dari keluarga memang bisa menolong, apalagi untuk mengatasi mepetnya keuangan. Namun, jangan pernah diremehkan. Jangan sampai hubungan kekeluargaan jadi runyam karena utang. Malu-maluin, pun jadi beban sepanjang hidup. Mana kebawa mati, lagi.
So, ngutang ke keluarga? Ya boleh, tapi bijaklah.
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.