Setiap kali kita hendak mulai berinvestasi, kita akan selalu diingatkan untuk menyesuaikan jenis atau produk dengan profil risiko investasi yang kita miliki.
Nah, ini ada kaitannya dengan pengendalian diri sih. Karena, ternyata, investasi itu adalah aktivitas yang melibatkan kondisi psikologis seseorang. Iya lo, bisa dibilang, investasi itu bisa “membahayakan” kejiwaan seseorang kalau dilakukan dengan sembarangan.
Kok bisa?
Nah, makanya ikuti artikel ini sampai selesai ya. Biar tahu apa itu profil risiko investasi, dan kenapa penting banget bagi kita untuk mengenalinya.
Apa Itu Profil Risiko Investasi?
Mari kita mulai dari arti harfiah dari “profil risiko”. Risiko berarti:
(n) akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Ingat ya, mengenai prinsip “high risk, high return” dalam aktivitas investasi. Bahwa, keuntungan yang tinggi dalam investasi biasanya diiringi pula dengan risiko yang tinggi juga.
Prinsip ini kadang enggak dipahami sepenuhnya oleh (calon) investor pemula. Mereka terlaluu fokus pada high return saja tanpa bisa membayangkan high risk yang menyertainya. Karena itu banyak yang “oleng” ketika terterjang badai risiko besar investasi.
Profil risiko merupakan gambaran diri kita ketika harus menghadapi risiko yang terjadi dalam investasi. Jika datang badai besar, apakah kita mampu bertahan?
Jika kita memang tidak mampu bertahan, it’s okay. Bukan berarti lantas enggak boleh investasi sih, tetapi harus memilih produk investasi yang sesuai dengan ketidaktahanan kita itu. Namun, jika kita mampu bertahan menghadapi risiko dalam investasi, maka kita juga harus memilih produk yang sesuai juga.
Apa Pentingnya Mengenali Profil Risiko?
Seperti yang sudah diketahui, ada banyak jenis dan produk investasi yang bisa dipilih, dan masing-masing memiliki karakter serta risiko yang berbeda. Ada yang cukup aman, karena dijamin pemerintah, minim risiko gagal bayar kembali, dan seterusnya. Ada yang memang sangat rentan terjadi fluktuasi, misalnya harga produk yang naik turun secara cepat, risiko gagal bayar kembali yang tinggi karena berbagai faktor, dan sebagainya.
Jika kita tidak tahan menghadapi risiko besar tetapi memilih produk investasi yang berisiko tinggi, maka sudah bisa dipastikan kita bakalan stres. Begitu juga sebaliknya. Kalau kita adalah tipe (calon) investor yang suka menghadapi tantangan plus punya optimisme mendapatkan cuan gede, maka bakalan bete juga kalau berinvestasi di produk yang aman dan stagnan.
Keduanya sama-sama kurang baik untuk diri kita sendiri, dan tentunya untuk tujuan finansial kita.
Ketika hal ini belum disadari, emang parah banget sih bakalan. Banyak orang terjebak di sini lantaran pengin buru-buru aja membayangkan cuan gede. Padahal investasi–apalagi yang cukup agresif seperti saham–itu penuh dengan berbagai risiko. Bahkan, yang dibilang sangat aman–misalnya seperti deposito dan emas–saja masih tetap punya risiko kok.
Beneran deh. Risiko tidak akan pernah lepas dari produk investasi apa pun. Cuma skalanya aja yang berbeda-beda; besar, sedang, atau kecil. Kita sendiri nih yang bisa menentukan, seberapa bisakah kita menoleransi risiko yang terjadi itu.
Kalau sampai salah pilih produk investasi, enggak cuma tujuan finansial kita aja yang meleset. Diri kita sendiri pun bisa jadi stres, bahkan depresi, dan bisa mengalami kerugian lebih banyak lagi.
Nah, makanya penting banget untuk mengenali jenis profil risiko kita sendiri, dan kemudian menyesuaikannya dengan produk investasi yang ada.
3 Jenis Profil Risiko Investasi
Profil risiko investasi digolongkan dalam 3 jenis. Kamu termasuk yang mana?
Konservatif
Seperti sudah bisa diduga, orang dengan tipe profil risiko konservatif memiliki tingkat toleransi yang tipis terhadap risiko investasi yang terjadi. Secara gampangnya, dia gampang panik, gampang bingung, nggak suka risiko.
Kenapa bisa begitu? Iya, bisa disebabkan oleh banyak hal sih. Salah satunya masih insecure sama dananya sendiri. Kehilangan uang hasil keringat–dari hasil kerja kerasnya selama ini–bisa jadi mimpi buruk memang buat sebagian orang kan?
Makanya enggak bisa disalahkan juga sih, sebagai (calon) investor pemula, kalau kita memiliki profil risiko yang pertama ini. Justru lebih bagus sih, kalau menurut saya. Dengan begini, kita jadi lebih berhati-hati. Bisa belajar dulu pelan-pelan, mengenali situasi, mengenali produk dengan saksama … Ya pokoknya, celup-celup kaki dulu sebelum beneran nyebur ke kolam investasi.
Jika kamu memiliki profil risiko konservatif ini, sebaiknya pilih produk yang menawarkan jaminan keamanan. Misalnya seperti deposito, atau paling jauh ya Reksa Dana Pasar Uang dan Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Biasanya sih, produk investasi berisiko rendah, imbalnya juga rendah. Tapi tentu enggak masalah, asal dikelola dengan benar dan sesuai dengan tujuan investasi kita.
Moderat
Profil risiko kedua adalah moderat, yaitu kamu-kamu yang mempunyai tingkat toleransi menengah terhadap risiko investasi yang bisa terjadi. Biasanya, orang-orang yang termasuk di golongan ini sudah bisa menerima jika terjadi kerugian investasi, siap bertanggung jawab atas keputusan sendiri, dan sudah mulai tahu apa yang harus dilakukan dalam berinvestasi.
Biasanya investor moderat sudah mulai mendiversifikasi investasinya ke berbagai produk dengan tingkat risiko yang bermacam-macam. Satu, ini mereka lakukan demi mendapatkan imbal yang lebih. Kedua, untuk meminimalkan risiko yang bisa terjadi.
Biasanya tipe ini sudah agak beberapa lama nyebur ke kolam investasinya. Tapi ada juga sih yang baru nyebur, sudah langsung masuk ke dalam golongan kedua ini. Tergantung orangnya juga.
Produk investasi yang cocok untuk orang dengan profil risiko ini adalah produk-produk yang menawarkan imbal lebih banyak. Mungkin kalau produk reksa dana ya Reksa Dana Campuran akan cocok.
Agresif
Orang dengan profil risiko agresif akan sangat bisa menerima risiko yang mungkin terjadi dalam investasi. Fluktuasi harga pasar modal dan pasar saham justru akan membuat adrenalinnya mengalir kencang. Saat harga saham turun, misalnya, dia justru melihatnya sebagai kesempatan baik untuk menambah portofolio. Harapannya tentu saja, harga saham tersebut bisa naik lagi dalam jangka waktu tertentu, sehingga dia bisa mendulang keuntungan yang besar.
Biasanya sih orang dengan profil risiko agresif ini punya tujuan finansial yang cukup panjang, dan dia memang punya modal khusus hanya untuk investasi. Jadi, bukan duit yang dipakai buat kebutuhan sehari-hari yang diinvestasikan, tetapi memang punya bujet khusus untuk investasi.
Biasanya (lagi), orang-orang tipe agresif ini memang sudah berpengalaman dalam hal investasi. Sudah bertahun-tahun ngulik soal investasi. Makanya, dia paham betul risiko apa yang sedang dihadapi, dan tahu bagaimana cara menghadapinya.
Kalau kamu memang tipe yang terakhir ini, saham memang jadi yang paling cocok. Tinggal keterampilan kamu saja dalam menganalisis secara fundamental dan teknikal yang akan menentukan, saham mana yang paling sesuai untuk kamu miliki.
Cara Mengenali Profil Risiko Investasi
Lalu, gimana caranya mengenali profil risiko investasi ini? Pastinya kan kita enggak bisa self-claimed kan, kita masuk ke kategori konservatif, moderat, atau agresif.
Yakali, kalau salah pegimane, Tong? Gagallah itu tujuan finansial, plus kesehatan kejiwaanmu juga terancam.
Biasanya, setiap kali pertama kita mulai berinvestasi melalui perusahaan sekuritas (termasuk kalau kita pakai aplikasi online), kita akan diberi kuesioner. Kuesioner ini bukan buat gegayaan doang ya, tapi ini merupakan alat untuk membantu mengenali profil risiko kita itu.
Pertanyaan-pertanyaan kuesionernya sih biasanya seperti apa tujuan investasi kita, jangka waktu kita berinvestasi, porsi dana investasi, kalau harga saham turun apa yang kita lakukan, dan sebagainya. Kalau mau coba cek profil risiko sendiri, bisa nih coba isi kuesioner dari salah satu bank gede ini.
Nah, begitu sedikit perkenalan dengan 3 jenis profil risiko. Sudah tahu kan, sekarang? Dan mungkin juga sudah coba simulasi.
Sekarang, tinggal menentukan saja, mau memilih produk investasi mana yang cocok untuk profilmu dan juga dengan tujuan keuanganmu.
Have fun investing!
Penulis