Jadi, sampai di sini, ada berapa jenis reksa dana yang kita ketahui? Seenggaknya ada 4: reksa dana pasar uang, reksa dana campuran, reksa dana saham, dan reksa dana pendapatan tetap. Di artikel yang lalu, kita sudah kenalan dengan reksa dana pasar uang. Boleh ditengokin buat yang belum baca yah.
Terus, sekarang kita lanjut ke reksa dana pendapatan tetap.
Apa Itu Reksa Dana Pendapatan Tetap?
Saat pertama kali dengar mengenai reksa dana pendapatan tetap, yang langsung bikin telinga menegak adalah term ‘pendapatan tetap’. Jadi, langsung bertanya-tanya, kalau beli reksa dana ini, apakah kemudian kita mendapatkan pendapatan tetap? Maksudnya, nggak fluktuatif seperti normalnya saham gitu deh. Kalau gitu, berarti ini paling menguntungkan dong?
Ternyata, enggak gitu mainnya.
Mari coba dilihat dari muasal istilahnya.
Kalau dalam bahasa Inggris, reksa dana ini disebut dengan mutual fund. Di dalamnya ada yang disebut money market fund–reksa dana pasar uang, yes, jelas banget nih. Lalu ada juga equity fund, atau reksa dana saham, dan balanced fund yang berarti adalah reksa dana campurna. Nah, lalu ada yang namanya fixed income fund–si reksa dana pendapatan tetap ini.
Bedanya adalah pada produk yang dibelanjakannya. Jadi, saat kita beli reksa dana, maka manajer investasi kan akan membelanjakannya ke produk investasi yang sesuai jenisnya itu.
Nah, untuk reksa dana pendapatan tetap, 80% produk investasinya berupa obligasi atau sukuk, yang berbasis utang. Instrumen ini memberikan pendapatan tetap secara periodik kepada investor dalam bentuk kupon bunga pinjaman. Biasanya sih pembagian kupon ini akan dilakukan setiap 3 bulan untuk obligasi perusahaan, dan setiap 6 bulan sekali untuk obligasi pemerintah.
However, kebanyakan manajer investasi akan melakukan reinvestasi terhadap kupon-kupon tersebut, jika jatuh temponya sudah tiba. Tapi, bukan berarti kalau kita sudah investasi di jenis reksa dana ini, nanti habis 5 tahun terus langsung cair semua, gitu. Enggak. Jadi istilahnya, diputer duitnya, gitu deh, untuk diinvestasikan ke obligasi yang berikutnya, demi menambah harga reksa dana.
Obligasi sendiri–yang merupakan salah satu instrumen pasar modal–adalah sebuah pernyataan utang pihak yang menerbitkan obligasi kepada pemegang obligasi dengan janji untuk membayar kembali pokok utang beserta bunganya ketika tanggal jatuh tempo pembayaran tiba.
Gampangannya gini. Kita sebagai investor ngasih pinjam duit pada perusahaan ataupun pemerintah untuk berbagai keperluan. Biasanya sih untuk mengembangkan usaha. Para peminjam modal ini kemudian akan membayar cicilan ditambah bunga secara berkala kepada investor.
Dengan demikian, Nilai Aktiva Bersih per unitnya akan dipengaruhi oleh harga obligasi dan besaran kupon bunga.
Perkembangan ini nih yang menjadi acuan penghitungan potensi laba atau rugi investasi di Reksa Dana Pendapatan Tetap. Prinsipnya, semakin besar nilai kupon, maka semakin tinggi pula harga obligasinya. Begitu juga sebaliknya, kalau kupon kecil, maka harga obligasi juga nggak seberapa.
Makanya manajer investasi mesti pinter-pinter memilih dan mengatur, obligasi mana yang punya nilai bagus, agar reksa dana pendapatan tetap yang dikelolanya jadi bertumbuh.
Siapa yang Bisa Berinvestasi di Reksa Dana Pendapatan Tetap?
Sebenarnya sih, semua orang bisa saja investasi di Reksa Dana Pendapatan Tetap. Tapi kayak pacaran, kita tuh perlu nyari kecocokan antara karakter diri kita sebagai investor, sama si produk investasi itu sendiri.
Analoginya, kalau enggak siap senam jantung, ya jangan pilih pacar yang hobi selingkuh #ehgimana?
Reksa dana pada dasarnya memang lebih minim risiko, sehingga cocok bagi mereka yang pemula dan konservatif; para investor yang punya karakteristik ‘nyari aman’. Biasanya sih tipe investor ini punya horizon waktu pendek hingga menengah, antara 1 hingga 5 tahun, dengan tujuan investasinya antara buat biaya nikah, untuk dana pendidikan, sampai pengin beli properti.
Terus bedanya apa dengan Reksa Dana Pasar Uang? Bedanya pada jatuh tempo pencairan instrumennya.
Kalau di Reksa Dana Pasar Uang, duit kita diinvestasikan ke instrumen yang jatuh temponya maksimal satu tahun. Deposito, misalnya. Karena jangka waktunya pendek-pendek, pastinya risiko paliiing minim, tapi ini berarti cuan juga paling minim.
Nah, di Reksa Dana Pendapatan Tetap, instrumennya kan sukuk dan obligasi, yang jatuh temponya lebih dari 1 tahun, maksimal sampai 5 tahun. Jangka waktunya lebih panjang ketimbang Reksa Dana Pasar Uang, jadi cuannya lebih banyak.
Di sini logika pun berlaku. Jangka waktu lebih panjang, maka risiko pun juga lebih besar. Kenapa? Karena risiko untuk gagal bayar utang itu lebih gede.
Prinsipnya gitu aja sih.
Makanya kejelian manajer investasi untuk memilih obligasi mana yang hendak dikasih investasi itu penting, seperti yang sudah disebutkan di atas. Meskipun sebenarnya, ada rating obligasi yang menggambarkan “prestasi” pihak penerbit obligasi dalam membayar utang. Ada lembaga pemberi rating obligasi, seperti PT Fitch Rating Indonesia, yang punya spesialisasi ngasih rating obligasi korporasi. Sedangkan kalau di ranah internasional, ada Standard & Poors, Moody Investor Service, dan lain-lain. Ratingnya terdiri atas kategori layak investasi yaitu AAA, AA, A, dan BBB. Yang kurang layak investasi akan diberi rating BB, B, CCC, CC, C, dan default.
Semakin baik kemampuan bayar suatu perusahaan, maka otomatis ratingnya akan semakin tinggi.
Nah, ini bisa jadi salah satu acuan bagi manajer investasi untuk memainkan investasi mereka.
Bagaimana Prospek Reksa Dana Pendapatan Tetap di Tahun 2019 Ini?
Pertengahan tahun 2019 memang baru saja kita lalui. Dan, rapor Reksa Dana Pendapatan Tetap sejauh ini lumayan cerah. Bahkan, banyak pakar yang menyarankan para investor untuk masuk ke pasar Reksa Dana Pendapatan Tetap, karena hingga akhir 2019 nanti diprediksi reksa dana ini akan stabil menunjukkan kinerja yang positif.
Sejak awal tahun hingga akhir semester pertama tahun 2019 kemarin, Reksa Dana Pendapatan Tetap naik 1,3% YtD, dengan didominasi oleh produk surat utang dengan tenor panjang. Bahkan kenaikan ini berada di atas obligasi. Infovesta saja berani memperkirakan, bahwa kinerja reksa dana pendapatan tetap akan sekitar 8% – 12% sampai akhir tahun ini lo.
Hampir sesuara, Bareksa mencatat bahwa indeks reksa dana pendapatan tetap menguat hingga 6,54% YtD, sejak awal tahun hingga 20 Agustus 2019 kemarin. Baru kemudian disusul oleh indeks Reksa Dana Campuran, Reksa Dana Pasar Uang, dan terakhir, Reksa Dana Saham.
Ada beberapa hal yang konon menjadi pemicu naiknya rapor Reksa Dana Pendapatan Tetap di semester pertama 2019 kemarin, yaitu:
- Ekspektasi para pelaku ekonomi semakin baik seiring adanya pelonggaran kebijakan moneter di beberapa negara maju, terutama keyakinan positif akan diturunkannya suku bunga acuan oleh The Fed (bank sentral Amerika Serikat).
- Adanya angin baik, setelah terjadi negoisasi perdagangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat, dengan adanya sinyal-sinyal bahwa Washington setuju untuk menahan tarif baru terhadap produk-produk Tiongkok yang diperdagangkan di Amerika Serikat.
- Pemerintah Indonesia sendiri telah mengembuskan wacana bahwa akan ada penurunan pajak perusahaan dari kisaran 25% menjadi 22%.
Well, analisis lengkapnya bisa diikuti saja di tautan berita di atas ya. Kalau lihat berita-beritanya sih, sepertinya sentimen positif terhadap Reksa Dana Pendapatan Tetap ini akan terus berlangsung hingga 2 tahun ke depan.
Jadi, gimana nih? Tertarik untuk berinvestasi di Reksa Dana Pendapatan Tetap?
Kalau iya, keep watching berita pergerakan ekonomi dunia deh ya. Meski ada prediksi bagus untuk jenis reksa dana ini sampai akhir tahun–bahkan sampai 2 tahun ke depan–tapi ya begitulah. Kondisi bisa berubah seenak perut, bak perubahan arah angin bertiup. Tsah.
Karena, meski duit kita sudah dipercayakan pada manajer investasi, dan kita bisa “memecat” mereka kapan pun kita mau kalau kinerjanya buruk, kita mesti tahu juga situasi yang bakalan memengaruhi posisi uang yang sudah kita investasikan.
Semoga bermanfaat, sampai ketemu di artikel berikutnya.
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.
J. Rajagukguk mengatakan
Apakah Reksadana Pendapatan Tetap dapat dijulal oleh investor setiap bulan? Teimakasiih
diskartes mengatakan
Bisa
adji mengatakan
Utk rd pendapatan tetap, agak bisa maksimal pakai metode lumpsum atau dca yah?