Tahun ajaran baru sudah mulai kurang lebih seminggu yang lalu. Dan, tahun ajaran baru biasanya diisi dengan persiapan printilan-printilan tetek-bengek kecil-kecil yang kalau diakumulasikan itu … jadi lumayan juga jumlahnya ya?
Well, ini enggak akan bahas tentang tahun ajaran bagi mereka yang masuk sekolah baru, sekolah dengan jenjang yang lebih tinggi aja sih. Kalau yang itu ya jelas, keperluannya banyak beud. Tapi ternyata, yang naik kelas pun butuh printilan yang juga banyak. Terbukti setiap tahun ajaran baru, saya juga pasti harus datang ke toko-toko buat beli ini itu keperluannya anak-anak.
Itu baru yang barang-barang yang harus dibeli. Soal sekolahnya sendiri kadang ya ada aja yang butuh uang. Sehingga, yang sering kejadian itu, lah … kok tahu-tahu duit di dompet udah menipis aja, padahal ya kayaknya kemarin baru saja narik duit di ATM. Pokoknya, kadang tuh saya suka ngomel sendiri, “Lah iya, kan mesti beli ini itu, ngecek ini itu apa masih layak dipakai atau enggak, terus bayar ini itu juga. Mentang-mentang sekolahnya masih di sekolah yang sama, kok enggak dipikirin atau dianggarin sejak bulan kemarin ya?”
Dan berujung pada tepok jidat.
Pada intinya, karena kesibukan, soal harus nyiapin printilan tahun ajaran baru anak-anak ini suka bikin kecolongan, karena mikirnya ya itu tadi: masih sekolah di sekolah yang sama. Padahal kebutuhannya juga lumayan.
Pastinya juga dalam nyiapin kebutuhan ini kita nggak bisa dong asal beliin semuanya buat anak-anak. Beberapa yang masih bisa dipakai ya diterusin, sedangkan beberapa barang yang lain memang harus beli baru. So, mari kita buat checklist kebutuhan tahun ajaran baru yang wajib dicek dan disiapkan oleh para orang tua.
7 Kebutuhan tahun ajaran baru yang harus disiapkan dan dianggarkan oleh orang tua jauh-jauh hari
1. Pendaftaran ulang/iuran sekolah
Kadang saat anak-anak masuk ke kelas baru, ada kewajiban untuk mendaftar ulang. Bisa saja ini dibarengi dengan tarikan iuran sekolah lagi. Ini tidak berlaku di setiap sekolah sih. Kalau negeri, jelas nggak ada. Tapi di sekolah-sekolah swasta, iuran sekolah setiap awal tahun ini ada yang wajib.
So, coba dicek, apakah kebijakan ini ada di sekolah anak-anak?
Sebenarnya, kalau menurut peraturan pemerintah, sekolah sudah diperingatkan untuk tidak memungut apa pun dari orang tua untuk pendidikan anak-anaknya. Tapi pastinya hal ini sulit buat sekolah-sekolah swasta. Jadi masih ada yang mewajibkan iuran sekolah di luar SPP yang dibayarkan setiap bulan, karena mereka butuh dukungan untuk pengembangan fasilitas dan operasional. BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dari pemerintah hanya dapat menutup operasional pelayanan pendidikan paling dasar. Sedangkan mereka punya keperluan lain yang juga banyak.
2. Uang SPP dua bulan
Nah, ini kadang enggak kepikiran. Anak-anak biasanya masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas itu di pertengahan bulan Juli, yang kemudian kira-kira 2 minggu kemudian sudah berganti ke bulan Agustus.
So, untuk uang SPP jadi berasa kayak bayar dua bulan sekaligus; bayar untuk bulan Juli dan Agustus, karena jedanya kan enggak lama. Jadi ya, kerasa banget gitu.
Ada baiknya ini juga dianggarkan sejak awal, biar nggak kaget. Habis bayar SPP, kok sebentar kemudian udah ditagih lagi.
3. Buku pelajaran
Untuk buku pelajaran, sekarang pemerintah sih sudah menyediakan bantuan berupa buku-buku yang sudah disesuaikan dengan kurikulumnya. Ada paket-paket buku sesuai jenjang yang secara gratis dipinjamkan ke siswa untuk dipakai belajar selama setahun penuh.
Kalau saya sendiri, biar aja anak-anak pakai yang sudah disediakan oleh pemerintah ini. Tapi ada orang tua yang lebih suka membelikan buku-buku paket sendiri juga. Nah, ini sih pilihan masing-masing ya. Alasannya biar lebih enak dipakai belajar, soalnya buku pinjaman kan enggak boleh dicorat-coret. Kalau di Jogja, satu buku paket tematik gitu dibanderol antara Rp70.000 – Rp90.000, sudah lengkap tematik 1 sampai tematik 8 deh kira-kira. Terjangkau kok memang.
Ya, itu sih pilihan, jadi terserah masing-masing aja. Kalau saya pribadi, mendingan uang buat beli buku paket itu saya alihkan untuk beli buku penunjang, kayak RPUL, RPAL (wajib beud punya nih!), buku kumpulan rumus matematika, dan utamanya buku-buku soal. Karena anak-anak zaman sekarang enggak terlalu betah belajar dengan membaca, cyint. Mereka harus dikasih soal dan “masalah” untuk dipecahkan ketika belajar.
Eh ya, itu mungkin anak-anak saya aja sih. Makanya kehadiran buku soal ini wajib banget selama mereka sekolah. Buku-buku soal ini agak lumayan sih harganya, antara Rp80.000 – Rp130.000 satu bukunya, tergantung ketebalan dan penerbitnya. Cuma biasanya kalau tahun ajaran baru gini, toko-toko buku suka bikin book fair. Nah, itu dia kesempatan buat berburu buku-buku penunjang ini. Mayan diskonnya, bisa sampai 40% lo!
4. Buku dan alat tulis
Utamanya sih buku tulis, biasanya saya beli yang sudah dipak sekalian, isi 1 lusin. Jatuhnya lebih murah. Apalagi ini buat 2 anak. Kalau ini standar aja sih, nggak terlalu yang gimana-gimana. Saya juga suka cari diskonan sih kalau buat buku tulis ini. Hehehe.
Alat tulis ini juga enggak wajib beli. Kalau yang kemarin masih bisa dipakai, ya pakai. Paling nambah stok sedikit, kalau-kalau kehabisan aja.
5. Seragam
Anak-anak sekarang cepat gede ya? Iya, selain karena gizinya baik, entah kenapa juga cenderungnya gitu sekarang sih.
Tahun ajaran baru kali ini, saya harus beli beberapa seragam sekaligus buat si sulung. Lantaran, ya itu udah pada kekecilan, terutama roknya udah pada mini. Yaeyalah, orang beli sejak kelas satu sampai sekarang dia kelas lima. Kan udah lumayan banget ya? Kasihan kalau masih dipaksain pakai seragam kecil. Jadilah, saya beli 3 pasang seragam tahun ini; 2 stel seragam sekolahnya dan 1 stel seragam Pramuka.
Dan itu tuh lumayan juga. Hihihi. Satu stel seragam biasanya dibanderol Rp120.000 – Rp150.000, udah terdiri atas atasan dan bawahan. Kalau yang berhijab, ya lebih mahal lagi.
So, tinggal dihitung aja untuk dianggarkan.
6. Printilan lain: sepatu, tas, dan lain-lain
Nah, ini juga jangan lupa dicek dan kemudian dianggarkan kalau memang perlu.
Saya sendiri juga, rasanya setiap tahun selalu beli sepatu baru buat anak-anak. Enggak tahu kenapa, meski merek sepatunya saya beliin yang bagus sekalian supaya lebih awet, jatuhnya ya setiap akhir tahun pelajaran bentuknya selalu sudah nggak layak lagi. Jahitan lepas, sobek, dan sebagainya. Hvft. Entahlah, kadang heran. Diapain sih itu sepatu di sekolah? Kasihan beud.
Selain itu, mungkin juga ada printilan lain yang harus dicek dan disiapkan juga ya, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
7. Les-les tambahan
Tahun ini, saya kebetulan mulai memasukkan si sulung ke bimbel, alias bimbingan belajar. Penginnya sih ya, supaya dia siap lebih dini untuk ujian nasional. Saya beranggapan, ujian nasional–entah bagaimana pun bentuknya nanti–harus disiapkan sejak dini. (tapi, alasan lainnya: saya udah nggak sanggup lagi nemenin dia belajar. Materinya udah makin ngeri aja pelajaran SD sekarang. Huhuhu…)
Untuk les tambahan ini, kebetulan saya sudah cari info dan menganggarkannya bahkan sejak tahun lalu, saat dia naik ke kelas 4. Jadi, sudah nggak terlalu kaget lagi. And mind you, kenaikan biaya bimbel ini per tahun juga sama kek kenaikan biaya sekolah lo 😆 Malah bisa lebih besar sih. Hahaha *ketawa sambil nangis*
Yah, pokoknya sih asal udah siap, pastinya bisa diatasi. *elap kringet*
Nah, itu dia checklist kita untuk keperluan tahun ajaran baru yang mesti disiapkan dan dianggarkan sejak jauh-jauh hari. Banyak ya? IYA.
Makanya, SELAMAT BERINVESTASI!
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.