Assalamualaykum para investor jangka panjang!
Sering banget saya mendengar orang berniat investasi jangka panjang, bertahun-tahun mereka bilang. Tapi belum juga beberapa bulan, ternyata uang tadi sudah diambil karena untuk keperluan lain. Atau justru ketemu orang latar belakang beda, cenderung cuek ga pernah liat hasil investasinya tetapi rajin top up setiap bulan.
Manakah yang benar?
Kebenaran hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa, makanya berdoa sebelum bisnis.
Investasi jangka panjang sebetulnya tidak bisa kita remehkan, terlebih apabila Anda masih berada di level kelas medium ke bawah. Bukan bermaksud buruk, tapi berarti kita masih butuh duit untuk membiayai kehidupan. Lain ceritanya kalau taipan yang tidak pernah narik sepeserpun dari rekening karena uangnya berlebih-lebihan. Well, meski tidak menutup kemungkinan juga manusia kaya raya macam Johny Depp juga sempat bangkrut.
Oleh sebab itu, kali ini kita akan bahas teknik investasi jangka panjang agar Anda aman dari kebangkrutan mendadak. Saya tidak menjamin 100%, tapi membantu Anda mengurangi prosentase tertipu.
Investasi jangka panjang yang seperti apa?
Saham, properti, emas, dan lain sebagainya bisa digunakan untuk investasi jangka panjang. Hanya penanganannya saja yang berbeda, mari kita simak!
Strategi Investasi Jangka Panjang
1. Seberapa Panjang?
Penting sekali!
Ketika Warren Buffet ditanya berapa lama dia akan memegang saham, tahukah kalian apa jawabnya?
Seumur hidup.
Meskipun pada akhirnya dia menjual beberapa saham karena underperform, artinya niat awal selalu jangka super lama. Anda tidak perlu seperti Warren, tapi maksud saya kalian harus tahu tujuan dan frame waktunya. Entah sepuluh tahun, lima tahun, dan lain sebagainya, dengan syarat kalian betah dengan waktu yang telah ditentukan tadi.
Biasanya investor rumah, apartemen, atau hunian memiliki jangka waktu lama dibanding mereka yang berinvestasi di barang likuid seperti saham.
2. Asal Muasal Duit
Saya dan beberapa kawan yang menggeluti dunia perencanaan keuangan selalu memberi advise untuk menyisihkan terlebih dahulu uang setiap bulan ke rekening investasi. Tujuannya agar gerakan investasi secara rutin bisa berjalan optimal, sisanya baru digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Asalkan jangan terlalu memaksa!
Misalnya begini, gaji Anda sebesar 10 juta dan biaya bulanan sekitar 4 juta untuk bayar kos, makan, transportasi, pulsa, dan hiburan. Jadi ada kemungkinan alokasi 6 juta sebagai tabungan investasi di awal bulan. Tetapi, karena Anda berambisi ingin cepat jadi orang kaya, maka memaksa nabung ke rekening investasinya 8 juta. Hidup dengan 2 juta saja, bisa ga?
Bisa-bisa saja, tapi konsekuensinya Anda hidup menderita atau merepotkan orang lain. Sudah berpikir sejauh itu belum? Dan kalau merasa tidak nyaman, bisa jadi hanya bertahan beberapa bulan saja niat investasinya.
Investasi bukan cara cepat kaya, Tuan. Itu adalah pengendalian diri!
3. Berhenti saat Bingung
Pernahkah Anda terpikir seperti,
“Investasi dimana ya? Mumpung duit di bawah bantal kebanyakan nih. Bingung cari investasi yang menghasilkan banyak.”
Sejatinya orang yang bingung memilih investasi bukan kebanyakan duit, tapi memang tidak biasa pegang bawa uang lebih daripada biasanya. Oleh sebab itu, pertama bersyukurlah Anda kepada Sang Pencipta karena udah dikasih berlebih.
Abis itu jangan bingung, kalau bingung berhenti dulu mikir perkara investasi, tabung aja sementara waktu. Kenapa malah disuruh nabung?
Jadi begini, orang kebingungan terlebih karena merasa banyak duit adalah korban paling empuk investasi bodong. Sungguh!
Makanya tenang dulu aja sementara waktu, sembari baca-baca buku dan menambah informasi untuk mendapat investasi jangka panjang yang cocok untuk Anda. Jangan terlalu memaksa apalagi asal naroh duit, bisa berabe urusannya.
4. Menilai Kapasitas Risiko
Sudah pada paham dong ya kalau segala jenis investasi memiliki risiko, enggak ada yang beneran free risk. Lha wong orang hidup aja punya risiko, apalagi menanamkan modal. Salah satu concern yang harus diperhatikan teman-teman adalah, seberapa besar risiko yang berani diambil. Toleransi risiko setiap orang berbeda-beda, misalkan si A berani menanggung kerugian 100 juta, sementara si B cuma berani 10 juta sehingga strategi keduanya pun berbeda.
Dengan risiko yang tinggi, sangat wajar apabila investor membidik target profit tinggi pula. Makanya orang berharap investasi di saham memberikan profit selangit mengingat risikonya yang tinggi, sayangnya kadang lupa bahwa investasi juga butuh pembelajaran.
Dari tingkat risiko, saya urutkan beberapa investasi paling umum dari yang paling tinggi ke rendah.
- Investasi ke teman. Paling berisiko karena selain ada perasaan ga enak, juga kadang teledor dalam menganalisis.
- Mata uang kripto. Belum layak dijadikan investasi jangka panjang.
- Saham. Untuk investasi dengan jangka waktu yang lama, harus mempelajari analisis fundamental.
- Reksadana. Yaaah, karena uda ada manajer investasi sebagai pengelola.
- Properti.
- Emas. Tapi lebih cocok jadi pelindung nilai sih, bukan investasi yang generate duit.
Sekarang, seberapa besar toleransi risiko Anda? Sudah cocok belum dengan investasi yang saat ini dipunyai?
5. Berapa Modal Investasi Anda?
Dalam artikel terdahulu saya pernah bercerita tentang the power of 1 juta.
Beberapa waktu lalu melalui IG live juga sudah disampaikan bahwa mahasiswa bisa mulai investasi dengan modal rendah di zaman sekarang. Dalam jangka panjang, perkara modal tuh penting lhoh karena berhubungan dengan komitmen kita menyediakan dana investasi.
Mindset investor jangka panjang seharusnya fokus bukan pada berapa modal awalnya, tapi seberapa konsisten dia. Memang sih, hampir mustahil kalau modal 100 ribu mengharap 1 Milyar dalam waktu sepuluh tahun. Oleh karena itu, targetnya diukur dengan realistis terlebih dulu.
Jangan pernah merasa minder dengan modal kecil. Dulu ketika belajar investasi, modal saya juga cuma dua juta dan itupun pake uang kos terlebih dulu. Jadi kalian pasti bisa lebih baik dari saya!
Justru dengan modal kecil akan membuat risiko kerugian mengecil, toh hitung-hitung masih belajar bukan?
6. Diversifikasi Investasi vs One Basket
Warren Buffet dikenal tidak terlalu doyan diversifikasi, meskipun perusahaan miliknya banyak. Memang logikanya kalau sudah percaya pada satu jenis investasi, kenapa harus membagi-bagikan ke investasi lain?
Namun dengan semakin majemuknya produk investasi sekarang, dimana risikonya sangat bervariasi, diversifikasi harus dilakukan. Katakanlah mengkombinasikan investasi progresif seperti saham berdampingan dengan investasi defensif seperti emas atau properti. Jadi dari segi mengejar cuan dapet, keamanan juga terjamin.
Sederhananya begitu.
7. Persiapan Mental
Investasi jangka panjang menandakan Anda akan bermain dalam waktu lama, sehingga harus pintar memilah problem kecil dan besar. Karena jangka waktunya lama, maka kita harus melihat dari big picture, bukan sudut pandang sempit.
Misalnya Anda memilih investasi properti untuk jangka panjang, ternyata harga rumah naiknya lambat karena sampai sekarang tidak dibangun akses jalan. Ya enggak usah khawatir, kan niatnya memang untuk waktu lama bukan?
Atau memilih saham sebagai pelabuhan berinvestasi. Pasti dalam seminggu atau dua minggu, ada saja masa saham mengalami gonjang-ganjing. Entah karena gosip atau kebijakan pemerintah yang menggoyang harga saham. Karena time frame memang jauh dan sudah memperhitungkan fundamentalnya, ya enggak usah khawatir kecuali manajemen perusahaan ternyata memiliki masalah. Kalau seperti itu ya lain cerita.
Intinya adalah think big, in big picture!
8. Investor Saham, Hindari Memuja PER
Tips ke delapan khusus untuk penggila saham, terutama yang mengaku fundamentalis.
Kawan-kawan yang baru belajar saham sangat menyukai Price Earning Ratio (PER) untuk memvaluasi saham. Jadi kelihatan tuh, tingkat murah atau mahalnya harga saham di pasaran sekarang. Celakanya, banyak investor beli saham PER rendah, eh bertahun kemudian harganya malah ambles.
Betul memang PER digunakan untuk melakukan valuasi, tapi rasio tidak bisa berdiri sendiri. Selain PER yang sudah terpampang nyata, Anda harus melihat pula bagaimana growth bisnis perusahaan, struktur utang, dan semacamnya. Baru kemudian dibandingkan dengan industri yang sama.
Jika Anda hanya menggunakan PER, sama saja dengan berspekulasi. Ingat, investor tidak suka spekulasi lho ya!
9. Adaptasi dan Masa Depan
Investasi jangka panjang yang benar, tidak akan bisa dinikmati sekarang. Bahkan mungkin sepuluh atau dua puluh tahun lagi, ketika anak-anak kita sudah besar. Era berganti, bisnis berubah, begitu pula dengan investasi kita.
Menjadi investor berarti siap menerima perubahan, ibarat mengosongkan gelas untuk diisi dengan ilmu baru. Beradaptasi.
Siapa yang membayangkan orang ga perlu punya mobil untuk bisa jalan kemana-mana dengan Gocar, Grab, atau lainnya. Ejawantah sharing economy. Investor yang pertama kali menanamkan modalnya pasti mendapat lebih banyak untung ketimbang followersnya. Itu hukum alam.
Kita tidak bisa tahu apa yang terjadi sepuluh tahun lagi, tapi kita bisa mendengar informasi baru mulai sekarang. Buka mata, lebarkan telinga.
10. Semua Manusia Baik, Uang Membuat Jahat
Yeaps, saya percaya kalimat tersebut. Padahal jika Anda mengikuti perjalanan blog saya, ternyata ada kisah memalukan pernah tertipu investasi bodong juga. Tapi tak apa, kan jadi pelajaran ke depan.
Intinya, Anda harus hati-hati dan bersikap netral ketika ditawari investasi. Apalagi jika investasi tersebut too good, to be true!
Radar harus meningkat dua kali lipat.
11. Bersikap Luwes
Anda sudah bekerja keras, melakukan evaluasi, dan lain-lainnya. Sekarang tinggal bersikap luwes, artinya gausah ngoyo. Toh jika semua prosedur dilakukan dengan baik, investasi jangka panjang kalian juga menghasilkan hal baik.
So, be wise!
Wassalamualaykum investor jangka panjang!
Nana mengatakan
makasih mas!
diskartes mengatakan
Makasih kembali