Assalamualaykum analis!
Pertandingan analisa selalu jadi topik seru buat pecinta saham, ibaratnya zaman dulu pas perang dingin ada Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur dibawah Rusia. Mazhab analisa saham juga terbagi antara analis fundamental dan analis teknikal. Lucunya meski satu tujuan yaitu profit tinggi, tapi masing-masing pihak selalu merasa yang paling benar dan enggan mengakui kesuksesan pihak lain.
Itu yang nyentrik, kenyataannya ada juga beberapa investor mengandalkan keduanya alias tidak menghamba pada satu jenis analis. Biasanya mereka golongan yang baru belajar saham sehingga sedang cari bentuk, atau justru orang yang sudah terlalu kenyang bisnis saham. Untuk para pemula, monggo lho kalau mau beli buku Investory karya Diskartes.
Well, artikel kali ini akan membahas perbedaan antara analisa fundamental dan analisa teknikal. Kapan bisa digunakan dan bagaimana efeknya terhadap portofolio kita.
Penggunaan Analisa Fundamental dan Teknikal Saham
A. Analisa Saham Fundamental
Langsung pertunjukan aja, jangan-jangan kalian belum pernah baca artikel-artikel saya sebelumnya sehingga tidak pernah melihat tampilan analisa fundamental. Seperti ini nih contohnya dengan menggunakan sample perusahaan Indofood (INDF) ya.
Saya tidak akan menampilkan analisa laporan keuangan karena sudah pernah ditampilkan di blog Diskartes, tapi Anda bisa langsung melihat hasil berupa rasio. Poin inilah yang dianalisa.
B. Analisa Saham Teknikal
Sekarang contoh analisa saham teknikal dengan Fibonacci Retracement, berguna untuk menentukan titik support.
Beda Analisa Saham Teknikal dan Analisa Fundamental
1. Objek Analisa Teknikal dan Fundamental
Orang yang memilih jalur analisa teknikal, harus mulai menyukai gambar chart, candle stick, bahkan elliot waves dan fibonacci. Perilaku manusia direpresentasikan dengan grafik-grafik tersebut. Ada model menganut aliran warna hijau merah, lainnya hitam putih, biasakan dari sekarang ya. Analisa teknikal mengasumsikan nilai perusahaan tercermin pada pergerakan harga.
Nah lain ceritanya untuk rekan-rekan yang memilih melakukan analisa fundamental perusahaan, berarti berkutat seputar laporan keuangan sampai ke rasio-rasionya. Rasio kecukupan modal, rasio utang, rasio profitabilitas, dan … apa lagi ya? Banyak deh. Analisa fundamental menekankan pada nilai intrinsik perusahaan.
2. Horizon waktu
Bicara soal periode waktu, jelas berbeda baik bahan dasarnya ataupun target penggunaannya.
Bahan dasar analisa fundamental adalah laporan keuangan, dan sangat sering mengambil beberapa tahun terakhir. Misal menganalisa saham Astra (ASII), diambil laporan keuangan ASII selama 3-5 tahun terakhir. Setelah dilakukan analisis sesuai rasio-rasio di poin pertama, baru beli sahamnya.
Hasil analisis fundamental tadi juga tidak bisa terlihat keesokan harinya, karena berdasarkan trend yang telah dibuat baru akan nampak dalam jangka panjang.
Makanya investor sering bilang kalau analisa fundamental digunakan untuk menghitung investasi jangka panjang. Diskartes pernah menulis bagaimana teknik Charlie Munger dalam menghitung rasio keuangan yang bisa kalian pelajari juga.
Sementara analisis teknikal berbasis chart yang bisa diambil mingguan, harian, bahkan per jam. Saya tidak akan menyarankan per menit atau per jam sebenarnya, karena terlalu mengarah ke spekulasi. Chart harian masih reasonable untuk diambil.
Sudah kebayang dong betapa pendeknya time frame yang diambil untuk menganalisis teknikal, sehingga penggunaannya juga tidak perlu sepanjang analisa fundamental karena momennya sudah pasti hilang kalau terlalu lama.
3. Konsep Trading vs Investing
Ngomongin konsep harusnya di poin pertama, tapi saya bosen kalau ini mulu. Makanya ditaruh di tiga aja ya.
Trading vs Investing, Trader vs Investor, dan bla bla lainnya.
Bahkan di grup senior-senior, masih banyak yang debatin hal macam ini. Penting ga penting sih, tapi masa iya perlu diperdebatkan? Toh intinya itu sama, cari cuan.
Andaikata Warren Buffet tidak seberuntung sekarang, mungkin dia akan jadi Jesse Livermore. Bukan investor, spekulan malah.
Secara konsep, bedanya apa sih?
Kalau trading ngincer cuan dalam waktu dekat dengan memanfaatkan emosi manusia via analisis teknikal. Sementara investasi, mencari cuan dengan melihat saham yang salah harga via analisis fundamental.
Udah, itu tok.
4. Kapan beli sahamnya?
Idealnya…
Ini idealnya lho ya, investor beli saham berbasis analisa fundamental adalah saat harga turun dari yang seharusnya seperti istilah “salah harga” di poin sebelumnya. Artinya tidak setiap saat investor bisa beli saham yang sama, karena kalau kemahalan juga tidak bisa cuan.
Misal Andi, investor saham dan mengincar saham PGAS. Dengan PER, DER, dan lain sebagainya, harga saham PGAS yang normal adalah RP2.500,-. Saat ini harga saham tersebut Rp3.000,- makanya dia tidak beli saham tersebut. Dua bulan kemudian, harga saham PGAS menjadi Rp2.000,- dan barulah si Andi melakukan pembelian.
Lihat kan? Betapa lama dia menunggu harga saham PGAS turun. Kalau mau beli saham tanpa nunggu, biasanya Andi akan mengincar saham-saham lainnya dulu yang harganya murah.
Bagaimana dengan penganut analisa teknikal?
Analis teknikal hampir bisa belanja saham lebih sering dibanding analis fundamental, karena berbasis chart yang sangat dinamis dan bergerak setiap saat. Dengan demikian, analis terus melakukan perhitungan dan membeli saat trader yakin saham tersebut bisa dijual lebih tinggi.
5. Analisa Trend
Sebenarnya kalau ngomongin trend harga, maka tidak bisa dilakukan oleh analis fundamental karena tidak melakukan analisa berbasis harga. Oleh sebab itu, trend yang bisa dilihat oleh investor adalah bagian-bagian di dalamnya seperti kenaikan EPS, penurunan DER, kenaikan ROI dan ROE, seterusnya. Misal kalau melihat EPS, cari perusahaan dengan angka selalu tumbuh setiap tahun. Atau dari sudut pandang DER, berarti mencari nilai stagnan kalau bisa malah menurun. Well, tidak semua harus naik bukan?
Sementara itu analis teknikal selalu percaya bahwa perilaku harga di masa lalu akan berulang kembali. Selain itu mereka meyakini nilai perusahaan tercermin melalui psikologi pasar yang dinamis. Makanya tidak heran jika yang dipelajari adalah pola-pola harga dengan memanfaatkan bantuan chart.
Poin penting yang membedakan antara keduanya adalah perkara dividen. Seorang fundamentalis karena menghitung dividen tiap tahun, ada juga yang mengincar pembagian sebagai salah satu target profit. Sementara technician tidak terlalu memikirkan pembagian dividen, tapi lebih kepada kenaikan harga sebelum cum date.
Kelemahan Analisa Saham Fundamental
Ketika saya melakukan analisa saham dari sisi fundamental, sebetulnya sisi fleksibilitas berasa terbatas. Artinya kalau sekarang PER 10, bulan depan bisa jadi PER hanya turun dikit yaitu 9,9. Terus apakah ga jadi beli sahamnya?
Kelemahan lainnya adalah tidak responsif, terlebih bagi Anda yang tidak menganalisis pemberitaan di media. Ketika ada kasus beras beberapa tahun lalu, harga saham langsung anjlok dan fundamentalis belum tahu apa yang terjadi. Sebagian besar justru berpikir semakin murah harganya, akan semakin menggiurkan. Kenyataannya harga saham AISA ditenggelamkan pasar.
Kelemahan Analisa Saham Teknikal
Trader yang hanya melihat grafik terkadang tidak tahu kondisi sebenarnya perusahaan. Bahkan bisa jadi tidak mudeng core bisnis perusahaan tersebut, sebab tidak mempelajari nilai intrinsik perusahaan.
Kemudian karena mempelajari pola, maka dimungkinkan ketemu pola dengan hasil berbeda. Misalnya salah satu pola menunjukkan jual, sementara lainnya belum atau bahkan beli. Kondisi tersebut mengakibatkan beberapa technician bisa berpendapat berbeda, sehingga bila diskusi sangat mungkin memunculkan bias.
Pilih Analisis Saham Fundamental atau Teknikal?
Sebagian besar broker di perusahaan sekuritas akan menjawab pakai saja keduanya jika Anda tanyakan hal tersebut. Blogger saham atau perencana keuangan juga biasa menyarankan perpaduan keduanya. Well, sayapun tidak jauh beda, tapi masa iya sama seratus persen.
Ada orang-orang yang lahir di pasar modal dengan kemahiran atas grafik namun buta laporan keuangan. Sementara manusia lain bisa merancang visi portofolionya berdasar rasio keuangan, namun tidak bisa membaca grafik. Mereka ini golongan yang akan hancur jika menggabungkan antara teknikal dan fundamental. Ibarat pepatah dari mana itu,,
Do what you love, love what you do
Anak bau kencur biasa bereksperimen dengan penggabungan dua analisa saham. Waktu telah membentuknya menjadi manusia tangguh menghadapi badai pasar saham. Sampai pensiun ternyata menggabungkan analisa saham tersebut bisa menjadi sumber penghasilan utamanya. Orang macam ini akan berantakan trading plannya kalau hanya mengandalkan satu jenis alat.
Sejujurnya, lain orang maka cara cuannya juga beda. Dan menurut saya kedua analisis tersebut masuk akal.
Wassalamualaykum analis!
robert mengatakan
utk jangka panjang sih saya lebih prefer ke investing saham fundamental drpd jadi seorang trader, sebenarnya bisa 2 hal teknikal dan fundamental analisis dijadikan sumber pasif income sampe hari tua kelak bhkan bisa diturunkan ke anak kalo tau strateginya, sekarang ada tuh kita pake analisis teknikal tapi melalui software “robot” otomatis memang tnpa kita liat grafik seharian full tapi kalo mau modal balik cepat hrs invest uang banyak+hrs pintar cari jasa penjual robot trading yg sdh dikenal luas masyarakat. jadi kesimpulan saya trading menggunakan robot software utk jangka pendek “ngumpulin uang beli pulsa(receh)” kalo mau jdi kaya beli mobil bmw,properti diatas 1 milyar dll sprt investor kyk waren buffet,lo kheng hong,andika sutoro putra jawabannya ya jadilah seorang investor yg memakai analisis fundamental
diskartes mengatakan
Haati-hati dengan trap fundamental juga. Karena main fundamental tanpa kesabaran juga sama saja bunuh diri, makanya betul kalau nahannya sampai lama. Well, thanks ya untuk pandangannya.
ferr mengatakan
Saya adalah tipe teknikal, buy ketika murah (demand) jual ketika mahal (supply). seringkali saya buka posisi. dan ketika harga bergerak sesuai analisa, saya baru cari tau fundamentanya.
Jadi saya percaya kalau teknikal adalah yg terbaik, tetapi teknikal tidak akan bisa terjadi tanpa fundamental ada alasan yg sangat logis kenapa harga dianggap murah dan mahal di level-level tertentu.
diskartes mengatakan
Terima kasih ya untuk insight kamu
Gustavo mengatakan
Melihat penjelasannya kalau saya pikir fundamental lebih cocok untuk investor. Sifatnya jangka panjang untuk nyimpen duit jadi perlu banget tahu kesehatan perusahaannya. Sedangkan teknikal lebih cocok untuk trader. Buat apa capek capek pelajari kesehatan perusahaan kalau saham yang dipegang hanya bertahan dalam hitungan jam buka bursa?
Tp saya punya pertanyaan, awal awal beli saham di jaman pandemi ini niatnya trading nyari untung. Tapi setelah lama lama lihat portofolio menghijau bahkan ada yang sampai 100% naiknya seperti KAEF kok sayang ya buat dijual? Seneng aja gitu liat yang ijo ijo. Saya juga sempat beli ANTM dan HMSP di harga rendah dan sekarang sudah cuan 20-30% lebih. Saat beli saya pake analisa teknikal saja. Trus saya sekarang bingung. Mau lanjut jadi investor atau lepas saja? I need advice.
Carolina Ratri mengatakan
Kalau sayang dan seneng liatnya, kenapa harus dilepas?
Kalau mau lanjut, ruginya apa?
Bisa dianalisis sendiri lagi dong. Yang pasti, it’s ok untuk mengubah tujuan investasi di tengah jalan, asalkan memang sudah dianalisis dan dipertimbangkan dengan baik.