diskartes.com – Assalamualaykum kawan-kawan yang berpuasa!
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, semua orang mahfum posisi itu. Entah disadari atau tidak, perilaku ekonomi juga berubah manakala bulan suci umat Islam mulai mendekat. Bahkan ketika sudah tiba, banyak ibu-ibu rumah tangga yang masih pusing bagaimana cara mengatur keuangan saat bulan Ramadhan.
Yang paling sering dikeluhkan tentu harga barang yang melonjak terlampau tinggi, serta tradisi mudik sehingga berdampak terhadap kelangkaan moda transportasi. Kalaupun ada juga harganya mahal, saya sendiri menebus tiket pesawat ke Jogja 2x lipat dari harga biasanya.
Untuk orang-orang lingkungan jetset, super tajir yang duitnya ga abis meski dibagi-bagi se kelurahan, pasti bukan masalah. Lain cerita kalau level menengah yang baru meniti karir, atau mereka yang penghasilannya masih di sekitar UMR. Harus bersiasat, karena live must go on kaaan?
Nah topik bahasan kita kali ini ringan-ringan saja, karena sejatinya yang berat hanyalah badan kita. Yuk mulai dibahas tentang keuangan di era Ramadhan.
Bagaimana mengatur keuangan saat bulan puasa?
1. Identifikasi siklus pekerjaan
Sahabat karib saya bernama Sanjaya, seorang desainer yang kliennya berasal dari luar negeri, tidak kenal hari libur saat bulan puasa atau Hari Raya Idul Fitri. Notabene pemasukannya tidak mengalami banyak perubahan, karena bonus dikenal hanya pada saat Natal atau akhir tahun.
Sementara Paijo, kawan saya yang lain, bankir di Bank Daerah, sudah punya hitung-hitungan berapa bonus hari raya yang akan didapat, plus hari libur ekstra saat hari raya.
Dua tipikal pekerjaan dengan perilaku ekonomi berbeda saat bulan Ramadhan.
Apakah mengenal siklus pekerjaan sendiri itu penting? Jelas, akan kita bahas di poin kedua.
2. Mengelola bonus hari raya
Untuk Anda yang senasib dengan Paijo, dimana berpotensi mendapat bonus THR, akan sangat bijak jika “mengabaikannya” terlebih dahulu. Betul sekali, mengabaikannya!
Misal diperkirakan pada bulan Ramadhan Anda berpotensi mendapat tambahan Rp 20 juta, jangan terus menganggap gaya hidupnya juga harus bertambah sekian puluh juta. Ini yang bikin inflasi makin cepat naik.
Pedagang berfikir bahwa berapapun harganya, akan bisa dibeli konsumen. Sementara karyawan menganggap dengan tambahan bonus bisa beli apa saja. Konsep yang benar-benar salah.
Bukankah intisari dari puasa adalah menahan hawa nafsu?
Sama dong ketika Anda dapat duit THR, biasa aja dong, gausah kebawa nafsu belanja sana sini.
Bagaimana jika Anda termasuk golongan si Sanjaya? Freelancer yang ga dapet THR?
Bikin THR kalian sendiri!
Caranya, ketika pemasukan bulanan Anda melebihi target yang ditentukan, sisihkan untuk tunjangan di Hari Raya. Jangan remehkan, THR si Sanjaya ini ternyata lebih gede daripada Paijo lhoh!
3. Tidak usah menghitung pengeluaran, batasin saja
Beli ayam Rp 200.000,-
Beli Mie Rp 300.000,-
beli mie ayam Rp 500.000.-
Kalau bisa ngitung rinci bagus, kalau ga bisa ya jangan dipaksa. Nanti stres, masuk Rumah sakit, biaya membengkak.
Paling tidak, seandainya susah menghitung rigid, batasin maksimal pengeluaran Anda. Misalnya begini lho bos,
Gaji Putut sebulan tidak lebih dari Rp 5 juta, dan dengan THR nya total pada bulan Ramadhan, total Rp 12 juta berhasil dikumpulkan. Akan sangat bijak jika menghitung pengeluaran tetap seperti sedia kala, yaitu hanya 5 juta saja.
Agar tidak offside, batasi tuh kalau biasanya konsumsi 2 – 2,5 juta, pas bulan puasa boleh dibatasi 3 juta. 2 juta untuk kebutuhan sehari-hari seperti transport dan lainnya. Tidak perlu menabung dulu, karena ada THR kan?
Nah THR ini juga bisa digunakan Putut jika ternyata kenaikan harga nya terlampau tinggi sehingga butuh tambahan dari uang bonus tadi. Misalnya tiket bis atau harga kebutuhan pokok yang sudah terlalu melonjak. Paham ya?
Intinya, tetap dibatasi.
Tapi jangan lupa juga mengalokasikan dana untuk zakat dan sedekah. Mumpung bulan puasa, coba maksimalkan pengeluaran Anda untuk pos ini.
Mumpung masih hidup, Guys.
4. Kenapa tidak berpikir menambah pemasukan saat bulan Ramadhan?
Coba Anda ketik di google keyword macam
“mengelola keuangan saat bulan ramadhan”
atau
“merencanakan dana di bulan puasa”
Maka sebagian besar artikel disana akan beraroma pembatasan yang SANGAT membatasi, misalnya buka puasa bersama, atau tahan hawa nafsu belanja dan bla bla bla lainnya. Ya, saya juga menyarankan sih, tapi ya enggak gitu banget lah.
Please, mindset seorang perencana keuangan harusnya lebih dari sekedar template. Karena memang semua orang pasti juga menyarankan pembatasan.
Adakah yang memberi saran menambah pemasukan khusus di bulan Ramadhan?
Kita tidak bicara bisnis yang besar dan ribet ya, cukup skala kecil kok. Jika mau berkeliling sejenak, pasti kalian nemu penjual musiman di bulan puasa, seperti jualan gorengan, minuman takjil, busana muslimah, dan lainnya.
Contoh lain adalah mantan kekasih saya duluuuuu, ketika bulan puasa tiba, dia mulai tuh berjualan kue lebaran. Hasilnya lumayan lhoh, sebesar gaji karyawan sebulan. Abis itu ya enggak jualan lagi pas ramadhan usai. Saya sih cuma kebagian jadi kurirnya!
Nah, coba deh Anda cari tahu keahlian yang bisa bermanfaat di bulan puasa. Saya yakin ada, lumayan bisa jadi tambahan uang saku.
5. Kesampingkan gengsi saat pulang kampung, tapi tampilkan yang terbaik
Saya sangat tidak menyarankan Anda untuk menjadi orang pelit, karena uang hanya sebatas uang.
Saya juga tidak menyarankan Anda untuk menjadi orang yang lebai, pengen keliatan keren banget pas mudik ke kampung halaman.
Untuk golongan yang pelit, biasanya mau kasih uang saku ke keponakan aja ogah-ogahan. Sementara yang lebai borosnya, mau mudik sendiri, merasa perlu sewa mobil hanya untuk keliatan keren di kampung halaman.
Well, justru ambil jalan tengah-nya guys.
Tampilkan yang terbaik, yang bisa Anda lakukan, tapi tidak berlebihan. Misalnya ketika mudik pulang kampung, silakan saja sewa mobil kalau memang diisi rame-rame, kan lebih efisien. Nyampe rumah, bagi duit ke keponakan, gausah banyak, yang penting cukup layak menurut diri Anda sendiri.
Kalau ga bisa ngasih karena uangnya habis, ya gapapa, traktir aja semampunya.
Nampaknya demikian ya kuliah kali ini, ga berat kan?
Wassalamualaykum kawan-kawan yang berpuasa!