diskartes.com – Assalamualaykum para penonton bursa! (Update November 2018)
Mimpi buruk bagi semua investor di pasar modal, apalagi kalau bukan turunnya IHSG secara drastis, terlebih berefek kepada portofolio yang Anda pegang.
Beberapa hari yang lalu, saya sempat nge-tweet bahwa IHSG sedang teknikal rebound, belum ada konfirmasi bullish reversal. Pada tanggal 23 Maret 2018, IHSG anjlok lagi di level 6.100 an sebelum akhirnya ditutup di 6.210 (turun 0,69%).
Tapi kalau mau nanya tidak perlu ke twitter, kalau mau follow ke instagram diskartes saja.
Kemudian beberapa teman nanya ke saya
“Baginda, ini bagaimana IHSG melorot terus. Jual-jualin apa gimana? Kalau di tahan takutnya makin berdarah portofolionya.”
Dijawab dong,
“Jangan ditahan-tahan, ga enak. Keluarin aja biar lega!”
Saya ga tau apa yang salah dengan jawabannya, kenapa malah pada ngambek. Okelah, inilah topik bahasan kita sekarang.
Apa yang harus dilakukan ketika saham turun?
Apa hayoooo? Pertama dan yang paling utama, kita harus bersyukur pada Alloh karena kita masih punya portofolio. Masih mending turun daripada hilang bukan? Nah setelah itu. . .
1. Cek ulang trading plan
Saya selalu yakin bahwa memiliki trading plan akan selalu membantu semua trader dan investor. Trading plan berfungsi untuk mengoptimalkan profit dan mengurangi risiko kehilangan uang.
Seandainya Anda telah memiliki trading plan dan masih gagal, berarti ada dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama, trading plan yang dibuat kurang oke. Sementara kemungkinan yang kedua adalah, Anda tidak mengikuti trading plan tersebut. Ada yang belum tahu trading plan?
Kelak akan saya kupas cara membuat trading plan yang keren. Sebenarnya cara paling sederhana untuk membuat trading plan adalah dengan mengetahui tiga hal:
– Target profitnya berapa persen?
– Mau masuk di harga berapa?
– Mau jualnya kapan?
Itu gambaran sederhananya dan untuk saat ini, pastikan Anda memiliki trading plan untuk dijalankan!
2. Selalu memiliki kas
Sudah sering saya bilang untuk jangan memasukkan semua uang ke dalam investasi saham. Alasannya tentu Anda harus memiliki uang untuk kebutuhan sehari-hari, dan tidak bijak ketika saham turun, ternyata uangnya disitu semua. Menurun drastis dong kekayaan Anda.
Kalau sudah terlanjur masuk ke saham dan ternyata turun, apa yang harus dilakukan?
Ingat bahwa ketika membeli saham, artinya Anda sudah memiliki keyakinan terhadap perusahaan tersebut bukan?
Namun bukan berarti keyakinan Anda selalu benar. Ketika saham turun drastis, saya selalu berusaha membatasi kerugian dengan cara stop loss. Stop loss dimaksudkan agar Anda memiliki uang untuk membeli saham di harga yang lebih rendah lagi. Tapi tidak semua, karena sering terjadi ketika kita tidak punya saham, eh ternyata saham tersebut naik. Sakit hati dong ya!
Kita gunakan contoh saja.
Pada tanggal 1 Februari 2018, Hardi membeli saham Astra Argo atau AALI di harga 15.000 per lembar sebanyak 100 lot. Total dana yang dikeluarkan sudah RP 150 juta. Pada tanggal 14 Februari harga AALI turun MENDEKATI 10% menjadi 14.000 per lembar. Karena batas Stop Loss di trading plan adalah 10%, maka ketika hampir menyentuh angka tersebut dan ada indikasi downtrend, Hardi menjual 10 lot sahamnya sehingga tinggal 90 saham. Ternyata tanggal 15 Februari SUDAH menyentuh minus 10% atau 13.500 per lembar. Hardi stop loss setengahnya sehingga tinggal hanya memiliki 50 lot.
Dengan demikian Hardi punya cash (14.000×1.000)+(13.500×4.000) yaitu 68 juta.
Nanti ketika harga ternyata turun terus dan diperkirakan sudah menyentuh bottom, baru di buyback. Let’s say ketika harga turun menjadi 12 ribu per lembar bisa di buyback.
Kenapa ga dijual semuanya Baginda?
Saya selalu meyakini saham pilihan saya adalah yang terbaik. Tidak menjual seluruhnya ketika harga turun menunjukkan keyakinan tersebut. Tapi apabila secara rasional memang layak jual, maka mau tidak mau akan dijual juga.
Contohnya terjadi kecurangan pihak manajemen atau industri tersebut sedang mengalami penurunan jangka panjang.
Tentu saja, uang tersebut akan saya pindah ke saham yang lebih baik atau untuk menunggu saham tadi dengan harga jauh lebih murah.
Saya berikan gambar untuk memperjelas makna buyback di harga lebih murah.
Paham kan?
3. Jangan pernah melawan market
Apa artinya melawan market?
Gini bos, ketika pasar sudah konfirmasi bearish jangan pernah berfikir
“Wah pasar turun, borong BANYAK ah!”
Menjadi investor kontrarian sangat menarik memang, berpotensi meraup untung yang luar biasa banyak. Tetapi tidak serta merta semua saham layak dibeli ketika pasar turun.
Sama seperti ketika Anda melakukan average down, pembelian yang terburu-buru justru akan merugikan.
Saya hanya akan melakukan average down apabila bisnis perusahaan sangat berpotensi di masa depan dan YAKIN sudah sampai di bottom. Kalau belum yakin sudah menyentuh titik bawah, biasanya nunggu dulu seperti yang disampaikan di poin sebelumnya.
Bagaimana jika keyakinannya goyah?
Kesampingkan sisi panik Anda, jual 50% seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Kalau ternyata merosot drastis dan ga yakin bisa naik lagi, maka CutLoss semuanya.
Ada prinsip yang relevan dengan bahasan ini, bunyinya
“Lebih baik cut loss ketika rugi 20%, dibandingkan kehilangan uang sampai 70%.”
Quote darimana tuh?
Dari baginda Diskartes.
4. Bagaimana kalau memilih bertahan investasi?
Ketika dulu pas pertama main saham, saya menggunakan modal 50 juta, kemudian naik menjadi sekitar 60 juta dalam tempo 2-3 bulan. Naasnya, dihajar gelombang penurunan indeks hingga nilai portofolio hanya menjadi 30 jutaan. Karena mindset saya berusaha mengikuti Warren Buffet, ga diotak atik tuh.
Beberapa saham turun hingga lebih dari 40%!
Memang sih kembali naik lagi. Tapi butuh waktu lebih dari 1,5 tahun untuk mengembalikan dari 30 juta menjadi 50 juta lagi. Pertanyaannya adalah,
Apakah Anda sanggup bertahan menahan floating loss selama itu?
Kalau iya dan yakin, monggo aja.
Kalau tidak, lekas cutloss.
Stock business is simple
5. BERDOA
Meski ditulis paling akhir, Anda harus melakukannya diawal.
Buat yang punya saham, berdoa biar naik lagi. Buat yang sudah cutloss, berdoa agar saham turun terus jadi bisa borong. Apapun itu, jangan lekas menyerah jika menemui kerugian. Karena rugi di awal pembelajaran akan lebih baik, dibanding ketika Anda sudah menggelontorkan miliaran rupiah.
Studi kasus penurunan harga saham
Pembelajaran Anda akan menjadi mudah jika kita menggunakan studi kasus, sekarang pake saham sejuta umat, BUMI.
Pada tahun 2008, harga BUMI pernah menyentuh Rp 8.200,- kemudian berapa sekarang?
Karena masalah utang, manajemen, dan lain sebagainya, akan sangat tidak layak jika Anda membeli perusahaan tersebut di harga berapapun. Tidak ada satupun alasan yang mendukung untuk melakukan average down. Bahkan ketika harganya diperkirakan sangat murah karena di harga RP 1.000,-.
Toh akhirnya longsor sampai 50 perak.
Namun lain cerita jika manajemen sudah membaik dan laporan keuangan berubah dari rugi menjadi untung. Maka disitu saatnya Anda bisa mulai melakukan pembelian saham yang harganya murah. Nangkep ya?
Wassalamualaykum para penonton bursa!
kami daruma mengatakan
iya bro average down saham gorengan itu jurus matii lebih cepaat hehehe..
bahkan blue chip pun bisa turun 50% atau lebih, dan rebound nya bisa butuh waktu bertahun tahun
gw sendiri menggunakan average down 1 – 2x maksimal, setiap saham turun 5 – 15%, karena gw itung2 biasanya saham itu normalnya turun mentok2 30% ( disclaimer mode on !!! ) ..
setiap orang punya gayanya sendiri.. gw tipikal yang lemah buat cut loss, makanya kalo mo beli saham biasanya selektif banget, karena kalo salah posisi mo balik badannya susah hehehe ( cemeen ? )
diskartes mengatakan
Wahaha.. Pengalaman sudah membuktikan style trading lo bro, bukan cemen itu.
Ide bagus juga Average Down dibikin jenjang per prosentase.
Thanks yak
Marisca mengatakan
Bang aku cuman lulusan smk punya mimpi main saham?
cus mengatakan
lihat brp uang yg loss gmna y perhitungannya
Reinhard mengatakan
Kalo beli saham pas lagi naik bagus ga?
antonius mengatakan
Bagai mana satu saham kita tahu berapa banyak orang yang menjual.dan berapa orang yang membeli dan data datanya diambil di mana supaya kita bisa melihatnya dan menghitung nya .kita lihat di broker aktivity By stock seperti agro dan cara bagai mana bisa dicopy supaya bisa kita buat satu perhitungan ini naik dan turun
Debby mengatakan
Pakai Ajaib aja. Dari terchnical, value book, dll. Code referral aku : debb012
Sri Redjeki mengatakan
Mohon tanya pendapatnya kalau investasi di EMAS, lalu sesudah beli harga kemudian turun, apakah sebaiknya dijual atau ditahan?
Terima kasih
nafanakhun mengatakan
Salam kenal, mau nanya yang ini;
“Apakah Anda sanggup bertahan menahan floating loss selama itu?
Kalau iya dan yakin, monggo aja.”
Sanggup bertahan itu maksudnya karena ada semacam ‘pajak harian ‘ yang bisa menggerus modal/ margin atau bagimana?
kalau nggk ada pajak-pajak khan bisa ditahan saja sampai 5-10 tahunatau lebih hehe tks ya