
diskartes.com – Assalamualaykum investor 2018!
Akhir tahun 2017 telah berada di depan mata, tinggal bagaimana kita mau menutup tahun ini dengan indah dan menyiapkan strategi untuk 2018. Jelas bukan strategi politik dong, tapi cara berinvestasi dengan jitu agar tetap bisa untung optimal.
Ada hal menarik dalam beberapa pembahasan terakhir, bahwa kemungkinan besar kaum milenial dan Gen Z akan terhimpit masalah keuangan, bahkan kesusahan memperoleh hunian. Shifting konsumsi dari “kepemilikan barang” menjadi “experience dan lifestyle” diperkirakan akan terus bertumbuh beberapa tahun mendatang.
Untuk bagian investasi, bagaimana menurut Anda mengais investasi yang menguntungkan di tahun 2018? Pada artikel setahun lalu, saya pernah bilang bahwa bitcoin menjadi salah satu pilihan yang sangat menarik. Nah ke depan yuk kita bahas bareng-bareng.

Investasi Yang Menguntungkankan di Tahun 2018
1. Bubble Bitcoin, Apakah senasib dengan DotCom?
Ada pepatah jaman dulu seperti ini,
“Semakin tinggi terbang, semakin sakit ketika terjatuh”
Yaah, sama seperti kalian pas mengalami cintah pertamah. Rasanya membuncah di awal, bikin tidur ga tenang, dan poop lancar. Tapi pas diputus, DAMN!! Pengen lompat rasanya dari lantai 29.
Korban bubble ini luar biasa memang, di Jepang yang sudah lebih dulu familiar dengan saham, banyak memilih bunuh diri ketika gelembung pecah. Makanya jaga kesehatan, jangan sampai gila!
Saya jadi ingat peristiwa yang menggegerkan dunia di akhir 90 an, dimana perusahaan berlomba-lomba mencemplungkan diri ke dunia teknologi. Singkat kata, mereka takut kehilangan kesempatan jika tidak ikut join. Hingga pada akhirnya gelembung tadi meletus, peristiwa yang kita kenal dengan nama “bubble dot com”.
Ketika itu, orang-orang tidak mampu berfikir rasional. Beli saham yang penting ada dot com-nya, lupa bahwa yang dibeli tidak hanya pergerakan saham, namun bisnis perusahaan. Hingga akhirnya ketika gelembung sudah pecah, banyak yang stres mendadak. Lihat deh, ini ada grafik harga pas era dotcom.

Bagaimana dengan bitcoin? Apakah bisa disamakan dengan kehancuran dot com?
Bitcoin terus mencetak rekor di tahun 2017, tembok RP 30 juta, Rp 100 juta, sampai Rp 250 juta berhasil di tembus. Apakah memang wajar harganya?
Untuk pihak yang meyakini bahwa 1 BTC seharga 1 Milyar, maka harga hari ini masih terlalu murah, begitu pula sebaliknya karena banyak yang berfikir bahwa nilainya terlalu tinggi sekarang. Saya pernah mengupas fundamental bitcoin, pertanyaannya adalah:
Apakah pasar yang mentransaksikan BTC dan mata uang crypto memang sangat banyak?
Ada beberapa merchant di Indonesia yang menerima bitcoin, tapi tahun 2018 dipastikan akan suram karena Bank Indonesia sudah melarang penggunaannya sebagai alat pembayaran. Wits, jangan pesimis dong. Kan masih banyak pula merchant di luar negeri yang menerimanya. Bahkan mata uang ripple diakui beberapa lembaga perbankan luar negeri.
Dan pada kenyataannya, peminat mata uang digital semakin banyak SETIAP DETIKnya. Transaksi di Indonesia dan luar negeri selalu bertambah dengan signifikan.
Fenomena tadi bisa disamakan dengan era dot com, dimana semakin banyak orang yang ingin terlibat di mata uang digital karena takut ketinggalan. Jangan khawatir dulu, masih ada celah cuan yang bisa diambil kok.
Kakanda Kartes, bakal invest di bitcoin tidak?
Invest jangka panjang, tetep NO. Tapi trading jangka super pendek, YES. Yang panjang belum tentu memuaskan, pendek bukan berarti mengecewakan.
2. Saham Apa yang menarik di 2018?
Saya mengalami kesalahan perhitungan di tahun 2017 ketika memilih sektor konstruksi, terutama saham perusahaan BUMN. Untungnya perhitungan selain itu tokcer, terutama saham sektor pertambangan. Bisa dibilang keuntungan saham di tahun ini ada dibawah target. But it’s fine.
Di tahun 2018, diprediksi akan ada rebound sektor konstruksi. Alasannya sederhana, tahun politik dimana pembangunan akan semakin meningkat, terlihat dari alokasi untuk pembiayaan infrastruktur APBN yang juga tinggi. So, dilihat dari sisi fundamental dan teknikal, tidak ada salahnya untuk beli saham tersebut.
Belum mengoleksi banyak, karena lagi fokus untuk liburan. Namun sudah ada grup Waskita, Astra, dan Telkom yang di portofolio saya.
Bagaimana dengan Anda?
Kalau masih bingung belajar saham, jangan malu-malu beli buku Investory yak! Tapi sisa versi e-book doang nih.
Trus bagaimana dengan reksadana?
Untuk tahun 2018 saya kemungkinan BESAR tidak akan mengambil bagian. Bukan karena prospeknya yang suram, tapi returnnya kalah dengan pengelolaan saham dan kripto yang saya miliki. Jadi dari segi penghitungan dan efisiensi modal, nampaknya saya akan meninggalkan reksadana.
Bukan berarti Anda harus mengikuti jejak saya, karena kalaupun memang mau investasi reksadana, sudah ada artikel di blog tercinta ini yang mengupas reksadana mulai dari level beginner.
3. Properti
Baik pengembang maupun agen pada mengeluh di 2017, karena penjualan properti tidak semaknyus yang diharapkan. Dan itu diakui semua pihak, bahkan termasuk oleh para ekonom kawakan. Cuma saya agak takjub dengan gebrakan Mei*arta yang menggelontorkan lebih dari 1 Triliun “hanya” untuk biaya promosi. Well played, Dude!
Sebenarnya pelemahan minat properti bisa dibilang wajar. Selain karena si millenial baru jarang punya duit untuk menetap, juga karena harga yang terbilang sangat fantastis. Butuh beberapa tahun untuk mereka menambah jumlah kepemilikan rumah lagi.
Beda dengan gen X dan seniornya, dimana kebutuhan eksis di sosial media belum ada. Alhasil, uangnya ditabung dalam bentuk emas dan tanah, pun properti.
Untuk tahun 2018 sendiri juga akan sama, akan ada peningkatan penjualan baik apartemen atau rumah. Karena kebutuhan tersebut selalu muncul, tapi lupakan kenaikan harga signifikan seperti beberapa tahun lalu. Nah, kalau mau beli properti, terutama apartemen, ada baiknya baca tips singkat investasi apartemen.
4. Akankah Siklus Krisis Ekonomi Terulang?
Bursa di Eropa dan Amerika gempar di tahun 1987, penurunan indeks yang sangat besar menjadi catatan sejarah kelam di dunia pasar modal dan lebih dikenal dengan istilah “BLack Monday”. Pada tahun 1997-1998, dunia kembali dikejutkan dengan krisis ekonomi yang menghantam dunia. Negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia menjadi korban paling parah, dan kita tidak akan pernah lupa bagaimana Soeharto lengser.
Kemudian 10 tahun kemudian yaitu tahun 2008, kasus “subprime mortgage” mencuat. Tak tanggung-tanggung, perusahaan digdaya selevel Lehman Brothers dinyatakan bangkrut dan pasar saham Indonesia juga terkena dampaknya. Setengah portofilio stock trader terpangkas dengan cantik.
Namun demikian bukan berarti kita harus ketakutan dengan sejarah. Bisa jadi malah ketakutan masal yang menghancurkan portofolio kita. Ekonomi masih jalan meski kurang bagus, bisnis juga baik-baik saja, industri kreatif tumbuh, cadangan devisa meningkat, so the show must go on fellas.
Bagi saya, kemungkinan terjadinya krisis ekonomi akan jauh lebih kecil dibandingkan kemungkinan saya menikah tahun depan.
5. Investasi di Resolusi
Gausah pada malu ngakuin, pasti Anda sudah punya plan ingin jadi apa di 2018. Bisnis ini-itu dan semacamnya. Well, bukan sesuatu yang salah, lagipula menaro uang di ide Anda untuk dieksekusi adalah investasi masa depan terbaik.
Saya sendiri akan fokus untuk mulai mengubah blog ini menjadi media yang lebih besar dan komprehensif, selain itu memaintance pergerakan harga saham dan mata uang digital dengan porsi lebih banyak dibanding 2017. Semoga tahun 2018 menjadi jalan yang mengasyikkan buat kita semua.
Wassalamualaykum investor 2018!
Thanks Om!
My pleasure bos
diversifikasi lah bos, reksa dana, obligasi, unitlink, ahaha,,,, investasi emas
beda style bos. Tahun 2018 saya ga diversifikasi terlampau banyak
Lanjut baca Investory, belom kelar-kelar nih hehehe.
Rencananya tahun ini mau aktifin reksadana lagi nih, Mas. Biar gak menguap gitu aja uangnya. 🙂
Yihaa.. Mudah-mudahan makin ngumpul ya uangnya
Nice article bang..Sekalian nanya bolehlah ya bang 😀
Untuk pembelian dan penjualan reksadana/ saham, saya menggunakan Bareksa dan POEMS. Setelah baca-baca artikel terkait prospective money market di 2018 ada di waskita, telkom dan astra trus langsung iseng2 search di Bareksa dan POEMS tapi ga nemu. Untuk pembelian reksadana/ saham tersebut bisa melalui apa ya bang?
Maafkan klo pertanyaannya mudah semudah membalikkan telapak tangan bagi abang tapi bagi saya cukup sulit as a newbie..hahaha
makasi sebelumnya ya..
Halo Erly, terima kasih sudah berkunjung. Semoga bermanfaat ya artikelnya.
Nah, Anda bisa membeli saham melalui perusahaan sekuritas. Telepon mereka dan janjian buka rekening efek.
Lengkapnya silakan baca: https://diskartes.com/2016/08/cara-bermain-saham/
Semoga membantu ya.
Siap..makasi responnya bang! langsung eksekusi 🙂
Sip. Goodluck ya
Halo bang kartes, mau nanya saya kira-kira krisis 10 tahunan itu di 2018 triggernya apa yah? bubble crypto kah? tapi sejauh yg saya lihat selama crypto tidak diakui sebagai payment method walau bubble nya bust bakalan aman saja bukan? Koreksi kalau saya salah 🙂 terima kasih..
Halo,
setiap krisis punya alasan masing-masing. Sementara untuk 2018 sampai saat ini masih berupa ketakutan pasar saja, belum ada data yang mendukung itu. Mudah-mudahan tidak terjadi.
Malam bang.. Mau tanya kalo 2018 investasi ke reksa yang portfolionya banyak infrastruktur oke gak bang? Sama sekalian tanya saham sektor perbankan apakah 2018 masih menjanjikan bang, misalnya bbca.. Makasih sebelumnya
Infrastruktur masih oke, sementara saya ga main di saham perbankan mas.
Makasih ya
Ini awalnya saya memang cari-cari materi investasi, itung-itung buat tambah ilmu. Saat ini saya masih terjun di dunia Trading Bitcoin. Ya, benar sekali mas, suatu saat gelembung itu memang bakalan pecah. Mengingat Bank Indonesia secara tegas melarang penggunaan Bitcoin sebagai bentuk transaksi, ya imbasnya ke kita juga. btw, ini sih saya jadi gak fokus lagi sama topiknya. Sudah jatuh cinta ini sama style penulisannya 🙂 Terus berkarya bang. Salam Pempek Tenggelam Kapal Selam
Meski gelembung akan pecah, semoga bisa tetap cuan ya. Hohoho
Terima kasih untuk apresiasinya ya, semoga bisa berguna tulisan-tulisan saya selanjutnya.
Salam
Saya sudah menarik invest Rekasadana saya di bulan Juni 2018 ini, alasannya bukan karena gak mau invest reksadana tapi karena pelayanan tempat pembelian reksadananya, ternyata menurut andika malah tidak dianjurkan ya untuk reksadana, tahun ini belum invest lagi nih, masih mikir-mikir
Kenapa mba? Kurang memuaskan kah providernya?