diskartes.com – Assalamualaykum para praktisi!
Senang sekali rasanya melakukan wawancara lagi, setelah sebelumnya ngomongin kemampuan Generasi Millenials dalam pembelian properti, sekarang tentang dunia pasar modal, tepatnya pemeringkatan efek.
Tentu saja, narasumbernya kompeten dong, namanya Septian Wildan Mujaddid. Seorang alumnus STAN Jakarta, yang memilih untuk tidak berangkat ke Inggris melanjutkan studinya, demi menemani keluarga di Indonesia. What a family man! Sering juga muncul di TV lhoh! Ketika wawancara dilakukan, doi menjabat jadi analis di PEFINDO.
Saya sendiri, dulu banget pernah bekerja sama dengan PEFINDO, ketika masih mengurus obligasi daerah. Perusahaan yang tugasnya khusus melakukan pemeringkatan efek, jadi pas banget kan?
Yuk disimak!
Diskartes : Bisakah Anda jelaskan, mahluk apa sebenarnya pemeringkat efek. Gunanya untuk apa sih, baik bagi perusahaan yang diperingkat atau investor? Banyak pembaca yang ingin tahu, kenapa mereka sampai mau diperingkat.
Wildan : Lembaga pemeringkat, atau istilah bulenya Credit Rating Agency adalah lembaga yang dipercaya untuk memberikan peringkat atas suatu perusahaan dan efek/instrumen utang yang diterbitkannya.
Bagi perusahaan, peringkat merupakan salah satu indikator dalam menentukan cost of fund berupa nilai bunga atau kupon yang harus dibayarkan atas instrumen yag diterbitkan baik berupa obligasi, MTN (medium term notes) maupun benchmark imbal hasil instrumen utang syariah yang diterbitkan seperti sukuk.
Bagi investor, hasil pemeringkatan terutama digunakan oleh investor untuk menilai kemauan dan kemampuan penerbit efek/instrumen utang dalam memenuhi kewajiban finansialnya secara penuh dan tepat waktu.
Emiten ingin diperingkat untuk memberikan keyakinan pada investor, dan sebaliknya. Kita sering mendengar istilah investment grade atau peringkat layak investasi dan sebaliknya speculative grade atau peringkat spekulatif. Terminologi tersebut bisa digunakan untuk menentukan posisi perusahaan di mata investor.
(Notes: Teman-teman, intinya pemeringkatan efek memungkinkan perusahaan untuk pinjam uang dengan bunga rendah. Itu jika hasil peringkatnya bagus, nah kalo jelek ya jadinya mahal pula.)
Diskartes : Kenapa hanya surat berharga(obligasi) saja yang mendapat peringkat, sementara efek lainnya tidak disentuh?
Wildan : Efek lain juga ada yang dicolek kok seperti efek beragun aset (EBA), dana investasi real estate (DIRE) commercial paper sebagai instrument utang jangka pendek juga diperingkat.
Kalo instrument bersifat ekuitas seperti saham memang tidak diperingkat sih, karena sifatnya yang sangat dinamis tergantung valuasi pasar. Sudah ada ahli seperti analis sekuritas yang sering memberi rekomendasi saham untuk dikoleksi.
Diskartes : Poin-poin apa saja yang menjadi perhatian atau fokus dari analis, ketika melakukan pemeringkatan efek? Apakah pertumbuhan laba perusahaan, DER-nya, atau yang lain?
Wildan : Beberapa rasio kunci akan menjadi perhatian analis, terutama rasio terkait struktur permodalan dan proteksi arus kas perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya secara penuh dan tepat waktu. Rasio profitabilitas tentu menjadi faktor utama dalam analisis yang dilakukan. Selanjutnya, Rasio Utang terhadap Ekuitas (DER) dan Rasio Utang terhadap EBITDA (Debt to EBITDA) menjadi rasio kunci yang sering dipelototi analis.
Selain itu, masih ada indicator operasional bisnis perusahaan seperti Account receivable (Piutang), Account Payable (Utang) dan Inventory Turnover yang juga tidak luput dari pengawasan.
Diskartes : Bagaimana sih sebenarnya teknik melakukan pemeringkatan? Apakah ada kiblat ke mazhab tertentu, layaknya IFRS di ilmu akuntansi?
Wildan : Masing-masing lembaga pemeringkat bisa mengembangkan metodologi pemeringkatan sendiri. Tentu ada kiblat utama ya yang dijadikan referensi, misalnya global credit rating agency seperti Standar&Poors, Moody’s dan Fitch.
Kalo standar pemeringkatan memang tidak ada seperti standar akuntansi yang dirilis asosiasi profesi global. Standar yang dikenal sama adalah notching peringkat seperti misalnya AAA, AA, BBB, dst untuk memudahkan investor membaca hasil peringkat.
Biasanya lembaga pemeringkat juga bergabung menjadi member asosiasi lembaga peringkat level regional tertentu sebagai sarana saling diskusi dan mengembangkan metodologi bersama.
Diskartes : Apakah Anda memiliki pandangan terhadap kemungkinan pemeringkatan di Pemerintah Daerah?
Wildan : Selain korporasi, pemda adalah calon issuer potensial di pasar modal. Apalagi pemerintah belakangan getol mendorong pembangunan infrastruktur, obligasi daerah bisa dijadikan alternatif pembiayaan selain hanya mengandalkan dana transfer maupun Pendapatan Asli Daerah.
Memang masih ada tantangan disini, gimana cara mengenalkan pemda agar lebih familiar dengan pembiayaan dari dunia pasar modal dengan segala kerumitan dan tata kelola yang berstandar global.
Diskartes : Ada komentar tentang website diskartes.com?
Wildan : Website ini OK banget, paling salut adalah mencoba menyederhanakan istilah financial dan keuangan public yang rumit jadi lebih mudah dikunyah untuk siapapun.
Waalaykumsalam para praktisi!
nianastiti mengatakan
SMasih agak ngeri2 kalau daerah ikut nerbitin obligasi. Tapi bagus juga sih untuk pembangunan biar mandiri dan lebih cepat ebrkembang. Obrolannya lumayan ngasih gambaran baru tentang obligasi (buatku) nih 😀
diskartes mengatakan
Haha, kalo ngeri takut ga kebayar sih nampaknya tidak Nia.
Tapi, lets see aja. Semoga tidak ada masalah ke depannya. Thanks yak