Update 2019
diskartes.com – Assalamualaykum pribumi Indonesia!
Agustus menjadi bulan paling hot buat pengamat keuangan negara. Bukan hanya karena ada tanggal 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan, tapi masa pembahasan APBN juga sudah dimulai. Uda mulai sering tuh jajaran dari Kementerian Keuangan mampir ke DPR.
Mau ngomongin APBN 2018? Ah, enakan kita bahas problem utang yang sedang menghantam Indonesia. Setuju?
Sebelum ngomongin lebih jauh soal ini, saya pernah membahas masalah defisit APBN loh ya. Jadi wahai pembaca teladan, please baca dulu agar punya gambaran tentang utang piutang dalam konteks negara.
Utang Indonesia
Sudah pada denger berita lah ya jumlah utang pemerintah Indonesia tembus Rp 3.700 Triliun. Gedeee banget??
Yups, kalau dari segi nominal, memang luar biasa gede kok. Eh tapi kalian sudah pada lihat struktur utangnya belum? Nih pas banget ada tampilannya.
Coba Anda lihat kolom di kiri, instrumen utang Indonesia terdiri dari Government Securities dan Loan. Government securities adalah surat berharga atau obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia, sementara Loan berarti Indonesia ngutang ke pihak lain dengan perjanjian khusus.
Menjadi menarik ketika porsi terbesar surat berharga yang diterbitkan merupakan obligasi dalam negeri, jumlahnya Rp 2.187 Triliun. Trus kenapa menarik?
Teman, memang benar kalau ngutang pasti ada imbalan lebih yang harus dikasih. Dalam konteks ini adalah bunga, riba atau tidaknya biar ahli yang memutuskan. Toh sebenarnya adapula yang berupa sukuk atau obligasi syariah.
Kembali ke si investor, apabila pembeli obligasi adalah warga Indonesia, penduduk kita sendiri yang mendapat keuntungan, bukankah itu baik?
Tunggu dulu, don’t get me wrong. Saya tidak pencinta utang! Siapa sih yang mau berhutang, ga nyaman ditagih-tagih tiap hari. Tapi repotnya, kebutuhan kita luar biasa gede.
Sebulan lalu saya ke Papua Barat, lebih tepatnya menuju Sorong Selatan. Lumayan jauh, sekitar 4 jam dari Sorong. Ternyata jarak itu bukan apa-apa, karena salah satu desa di Sorong Selatan, harus ditempuh dengan perahu boat dengan bekal 12 dirigen bahan bakar. Kalau Anda berangkat pagi, maka maghrib baru sampai.
Can you imagine that?
Dengan dana APBN yang cekak, dan opsi yang terbatas, apakah kita harus tutup mata dengan infrastruktur di sana?
Kalau semua warga Indonesia berkenan nyumbang, mudah-mudahan bisa berkontribusi ke masyarakat yang kurang mampu. Orang di sana, jangankan meributkan utang, mungkin mencari listrik untuk menyalakan lampu di malam hari masih susah.
Dana Desa
Bupati dan Kajari Pamekasan terkena OTT Dana Desa
Tilep Dana Desa untuk Bayar Cicilan Utang, Seorang Kades Ditangkap
Belum kelar masalah defisit, sekarang ditambah lagi urusan dana desa. Dengan duit yang digelontorkan dari APBN sebesar 70 T pada tahun 2019 ke desa-desa, memang rawan banget buat disalahgunakan. Ditambah lagi bantuan untuk kelurahan yang sering disalah artikan sebesar 3 T.
Selain jauh dari pusat pengawasan, kemampuan SDM yang tidak merata juga menjadi kendala. Ada saja aparat yang beralasan masih belum paham digunakan untuk apa saja ni dana. Padahal kalau mau sedikit baca, cari saja aturan penggunaan yang sudah diterbitkan oleh Kementerian Desa.
Apa saja contohnya?
Bisa untuk pelatihan kerajinan tangan, kewirausahaan buat penduduk desa, bahkan belajar pembuatan website. Sementara pembangunan infrastrukturnya bisa digunakan untuk drainase, jembatan, PAUD, dan lainnya.
Tapi kalau sampai menggunakan dana pemerintah untuk bayar cicilan utang seperti headline di atas tadi, ya jelas salah dong ya! Dana apapun itu, sepanjang dibiayai dari APBN atau APBD, tidak boleh digunakan untuk kepentingan individu. Catet!
Investasi di Indonesia
Dengan utang Indonesia yang meningkat dan kenyataan bahwa kasus korupsi sampai ke desa, masih layakkah investasi di Indonesia?
Hmm, tidak perlu bicara terlalu panjang deh, silakan lihat beberapa testimonials yang pernah mampir di blog ini. Ada orang asing, yang nyempetin ngasih testimonial buat diskartes.com, dan itu karena mereka membaca topik investasi.
Alasannya tidak jauh dari “minat” mereka untuk mencoba memperluas pasar sampai ke Indonesia. See, dari konteks kecil saja ternyata pasar di Indonesia masih gurih. Apalagi kalau skalanya gede, seperti perusahaan yang sudah establish bertahun-tahun, tentu mereka akan SANGAT MINAT naroh duit di Indonesia.
Bahkan dengan dinaikkannya peringkat Indonesia ke level “Investment Grade” bikin kita seperti madu yang siap diserang lebah berduit. PR nya adalah, bangsa ini harus memastikan bahwa setiap investasi yang ditanam memberi dampak positif selain duitnya.
Selain dana yang masuk, investasi juga berpotensi mengembangkan SDM loh. Sebagai contoh perusahaan otomotif hendak bangun pabrik di Cikarang. Tidak mungkin kan pekerjanya dari negara asing semua? Pasti ada transfer kemampuan ke orang kita juga. So, maksimalkan peluang itu, money and knowledge!
Wassalamualaykum pribumi Indonesia!
Eko mengatakan
Salut utk artikelnya yang sangat cerdas dan ringan untuk menjelaskan hal yg rumit. Sukses terus utk Mas Diskartes..
diskartes mengatakan
Terima kasih mas
Ariesusduabelas mengatakan
Saya beberapa hari lalu nonton Sri Mulyani di Rosi, kalau beliau bilang dengan utang segitu, 3700T, masih optimis bisa bayar, ya kenapa kita enggak gitu. Yang Abang bilang porsi terbesarnya obligasi dalam negeri itu emang gk bisa keliatan, data-datanya gitu, yang beli WNI atau asing?
diskartes mengatakan
Bisa keliatan sebenarnya. Ada prosedur yg harus dilalui kalo mau minta data sedetail itu. Data nasabah kn perlu dilindungi.
Tapi dengan penjualan obligasi, setiap tahun kan dianggarkan pembayarannya di APBN. Dengan demikian,penghitungannya sudah matang setiap ketok apbn. Dengan investment grade,bebannya juga tidak setinggi beberapa tahun lalu.
Itu IMHO ya. Cmiiw
Adelina Tampubolon mengatakan
kalau lihat skema dana desa gitu bagus bangat yach, asal jangan dikorupsi aja sich.
diskartes mengatakan
Betul itu Del. Makanya musti diawasin. Ni gw lagi di desa desa.haha