diskartes.com – Assalamualaykum trader Indonesia!
Dalam beberapa minggu terakhir, di tengah hiruk pikuk Jakarta, saya sempatkan untuk menyelesaikan dua jenis buku. Pertama adalah buku fiksi karangan Tere Liye, judulnya “Bintang” dan bercerita tentang petualangan tiga anak ABG. Yang kedua, jauh lebih serius bray. Karya Nicholas Darvas lebih dari setengah abad yang lalu, dengan judul “How I made USD 2.000.000 in the Stock Market”.
Pemikiran Nicholas Darvas yang ditempa dengan pengalaman jatuh bangunnya di pasar modal menghasilkan Teori Darvas Box.
Teori darvas box menjadi salah satu legenda di Wall Street pada masa lalu, nah sebenarnya kalau dilihat dari sudut pandang jaman sekarang bisa dikatakan sederhana. Kuncinya adalah kemampuan kita menentukan titik mana yang menjadi batas atas dan batas bawah.
Well, sebelum jauh ngobrolnya, kita kupas pelan pelan ya. Mulai dari. . .
Siapakah si Nicolas Darvas?
Darvas dan saudarinya adalah penari kaliber internasional, sudah membuat pertunjukkan di 34 negara. Namun demikian, ternyata kemampuannya tidak hanya menari lhoh, background pendidikannya kuat, yaitu di bidang ekonomi dan sosiologi dari Universitas Budapest.
Seperti tokoh yang telah sukses lainnya, pengalaman trading Darvas dilalui melalui siklus naik turun harga saham. Bahkan bisa dibilang sebelum sukses mencapai titik dua juta dollar, Darvas mengalami kerugian yang luar biasa banyak, udah gitu sering kalah pula.
4 Fase Trading Saham
Nicolas Darvas membagi empat fase kehidupan tradingnya sesuai dengan cara dia bertransaksi dan mendapatkan keuntungan. Dan saya yakin, ada beberapa di antara trader Indonesia yang memiliki fase hampir-hampir mirip. Apa saja itu?
1. Fase Gambler
Anda maju ke medan perang, tanpa mengetahui bagaimana cara menggunakan senjata, bahkan kebingungan perang mana yang sedang dituju. What a mess!
Percayalah bahwa begitu pula fase pertama yang dialami Darvas ketika pertama kali berkenalan dengan dunia saham. Apakah Anda juga demikian?
Pada fase ini, Darvas belum memahami analisis fundamental dan analisis teknikal. Pemahamannya sebatas rasa percaya pada broker maupun orang yang dianggap memahami saham. Memang pada awalnya dia berhasil untung USD 8,000, tapi itu hanya sekejap karena pada akhirnya pasar saham tidak bergerak sesuai saran orang yang didengarnya.
Dari sini ada pelajaran penting yang bisa kita simpulkan,
“Setiap orang, baik orang yang bekerja bertahun-tahun di bursa, pengamat pasar modal, atau siapa pun itu adalah orang biasa. Mereka bisa salah, oleh karena itu percayalah pada diri Anda sendiri!”
2. Fase Fundamentalist
Safe stock atau saham yang dirasa aman menjadi tujuan selanjutnya dari Darvas. Level investasinya meningkat, jika sebelumnya lebih bernada “tebakan”, di fase fundamentalist Darvas memahami alasan kenapa sebuah saham dianggap layak untuk disimpan. Doi mulai belajar mengenai pembagian dividen yang terus meningkat, stock split, sampai ke pendapatan perusahaan.
Pada tahun 1955 dia berhutang banyak, dan membeli saham Jones&Laughlin, kriterianya sudah mantap:
– Industrinya kuat
– Rating nya “B”, termasuk bagus di masa itu
– Perusahaan menganggarkan hampir 6% untuk dividen
– PER nya jauh lebih baik dibandingkan perusahaan lain di industri sejenis.
Hasilnya?
Setelah hampir 3 minggu memegang saham tadi, dia merugi USD 9,000.
3. Fase Technician
Darvas menemukan bahwa saham tidak bergerak naik turun serampangan, mereka memiliki pola. Di momen inilah dia mengembangkan teori Darvas box.
Misal sebuah saham di rentang 45/50, artinya batas bawah harganya USD 45 dan batas atas USD 50. Jika berada dibawah USD 45, maka dia akan jual karena posisi di bawah box bukanlah tempat yang bagus untuk trading. Sementara jika membentuk box baru di atas, yakni melewati USD 50, maka akan menambah saham.
Apakah selalu benar?
Lagi, di akhir fase ini Darvas juga membukukan kerugian.
4. Fase Techno Fundamentalist
Mengawinkan antara analisis teknikal dan fundamental menjadi pilihan terbaik Darvas, karena dengan pendekatan ini, dia mencapai titik USD 2 juta. Sebelum menggunakan Darvas box, pilih terlebih dahulu beberapa saham yang memiliki potensi untuk berkembang.
Dengan horizon jangka panjang, dia memilih saham yang memiliki visi di masa depan dan menggunakan analisis teknikal untuk melakukan pembelian.
Darvas Box
Pandangan skeptis bermunculan terhadap kesuksesan teknik Darvas box yang menghasilkan USD 2 juta dalam 18 bulan di Wall Street. Kata mereka, teknik tersebut tidak bisa digunakan jika pasar sedang bearish.
Saya juga sependapat, tetapi perlu kita ingat bahwa setiap orang punya style investasi masing-masing. Bahkan ada juga orang yang bisa sukses tanpa menggunakan teknik apapun. Oleh karena itu, setiap kesuksesan merupakan tanggung jawab individu. Bisa jadi Darvas box ini memang hanya cocok untuk si Nicholas Darvas, bukan Anda.
Ada syarat utama ketika mau mengeksekusi saham dengan menggunakan teknik darvas box, yaitu menggunakan trailing stop loss. Ketika sampai di titik 2 juta tadi, Nicholas Darvas sempat galau. Apakah dia akan menjual saham sehingga langsung dapat duit atau membiarkan sahamnya terus bergerak?
Pada akhirnya dia memilih untuk membiarkan sahamnya terus bergerak dan memasang trailing stop loss di harga baru, dengan demikian uangnya akan aman meski harga saham turun.
Anda juga harus melihat volume pasar, jangan pernah membeli saham ketika sedang dalam fase bearish. Nicholas paham bahwa pasar tidak bisa dilawan, tapi harus dimanfaatkan dengan bijak. Makanya, dia hanya beli ketika pasar sedang mayoritas beli. So guys, drop your ego and think smart!
Wassalamualaykum trader Indonesia!
Billy mengatakan
Mantapz ulasannya , jurus trailing stoploss ala Darvas Box , ular tangga cuan , hehe
diskartes mengatakan
Hehe, semoga cuan yee
Irvan mengatakan
“Makanya, dia hanya beli ketika pasar sedang mayoritas beli.” berarti buy bukan buy on weakness ya mas?
diskartes mengatakan
betul
Rompackan mengatakan
Baca buku Darvas galau, itu sekitar 60% isinya ke gagalan terus, sampe bingung kapan sih theorynya muncul?
Ternyata ada di bagian bagian setengah buku lebih, dan harus bolak balik ke urutan chapter Box ini, sayangnya gw baca di versi english terbaru, malah gak ada model Box yang di gambar, jadi bingung sendiri, suruh bayangin modelnya gimana.
Intinya, buku ini gak banyak membantu gw buat dapetin theory baru.
Darvas ngajarin, banyak ke gagalan, sampe di bagian dana capek kerja, jangan di pake buat all in, karena terlalu PEDE sama analisa.
Darvas, ngajarin trading bukan investment.
Kalo dia pikirannya sehat, dan dia bisa pakai ilmu ekonominya yang benar, kayanya gak mungkin sampe tradingin dananya kaya orang mabok.
Toh, kalo di jaman itu hold 10tahun, selama era Industrinya berjaya, ngapain buru buru cus loss? Itu gila banget sih, cut loss terus, dan gak mikirin alokasi dana yang benar.
Dia trader, bukan investor, walau masuk di dunia stock. Timeframe yang dia gunakan short – mid.
Darvas juga sering bangetttt, dapet profit karena dia gak liat chart, dia gak mikirin harga, malah seneng tiba tiba naik.
Coba kalo posisi Darvas, tiap hari bengongin harga di Wall street terus? Ya bisa gila dia, yang ada turun dikit cut loss terus.
Dan di tahun 60an, Wall Street juga gak percaya toh dia kumpulin duit sebanyak 2jt dollar, dia juga nulis banyak orang yang gk percaya.
Jadi ini buku sebenarnya hanya seperti catatan gundahnya dia, mau percaya gak percaya ya terserah.
diskartes mengatakan
Thks
ensikloblogia mengatakan
baru saja beli bukunya dan selesai dibaca kurang dari 12 jam.. banyak pelajaran yang bisa didapat dari buku ini.. sangat cocok untuk pemula untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang diceritakan Darvas dalam bukunya,, karena saya adalah orang yang suka belajar dari pengalaman dan kesalahan orang lain, maka buku ini sangat berarti dan recomended