diskartes.com – Assalamualaykum pembaca blog investasi yang tampan dan cantik!
Kabar bagus di bulan Ramadhan, blog kedatangan tamu yang sangat kompeten. Saya bersyukur sekali karena yang menjadi penulis tamu di sini selalu orang hebat, dan enggak asal nulis. Sekarang seorang equity analyst bernama Jeremy Natapura sudi meluangkan waktu untuk Anda!
Bayangin aja kalau konsult ke doi, berapa coba Anda harus bayar. Selama 2013-2016, Jerry telah menjadi Fund Manager Equity Sharia Fund Sucorinvest Asset Management. Dan sekarang, dia cari nafkah di Wealth Research Commonwealth Bank yang dimulai sejak Februari 2016. Tidak lupa pula untuk berbagi melalui situs slave berdasi.
Sebenarnya daripada kisah investasinya, saya lebih tertarik nasihat dia ketika kami berjumpa beberapa waktu lalu. Katanya, ” Bro Kartes, lo harus travelling ke Ukraine. Bener-bener ajib!”
Thanks man, tapi untuk para pembaca, silakan dinikmati ilmu dari Jeremy Natapura alias bro Jerry.
Perlu teman-teman pahami bahwa judul yang sangat Bold memang mengharamkan pembaca untuk maen saham, bukan bertujuan memukau semata. Tidak pula menganjurkan investasi saham dengan menarik di akhir cerita, NO! I mean it!!!
Memang betul saham menjanjikan return yang sedap, bahkan sejujurnya 100% investasi saya ada di saham.
Looh, kalo gitu kenapa melarang?
Berbeda dengan deposito atau beli ORI, dimana setelah beli, bisa kita tinggal tidur karena bunganya ngalir ke rekening tiap waktunya. Investasi saham membutuhkan keahlian dan pengetahuan untuk dapat memperoleh return. Selain itu, tidak kalah penting faktor psikologis yang sangat berperan dan menentukan apakah kita punya mental untuk berinvestasi saham atau tidak.
4 alasan penting untuk tidak investasi saham
1. Susah mencari saham terbaik
Setiap hari di IHSG pasti ada aja saham yang naik diatas 20% menarik ? Memang! Gampang ? Jelas tidak !!
Berusaha mengejar saham yang naik 20% setiap hari sama hal nya seperti mencari jarum ditumpukan jerami. Begini logikanya, saham yang terdaftar di IHSG saat ini berjumlah kira – kira lebih dari 500 emiten.
Anggaplah setiap hari setidaknya ada 2 saham yang naik diatas 20%.
Berapa peluang kita mendapatkan keuntungan itu ?
Mudah saja, kita hitung hukum probabilitas 2 / 500 = 0,4%. Ini sama saja dengan kita mencoba 500x dan kesempatan untuk meraih keuntungan 20% sehari hanya 0,4%.
Apa mau kita investasi yang memberikan probabilitas keuntungan 20% hanya 0,4% ? sementara terdapat 99,6% probabilitas kita salah dalam menebak dan berujung merugi, jelas ga masuk.
2. Tidak gampang jadi follower
Yaudah jadi follower aja deh ngikutin tren di pasar modal. Ada gula ada semut, kita ikutin aja saham yang lagi hot, BUMI misalnya dari akhir tahun kemarin hingga awal 2017 naik dari 50 sampai 500, untung 1000%!!
Balik lagi penulis bertanya, dari rally yang sebegitu dahsyat, dititik mana peluang kita masuk ambil posisi beli ?
Ok lah kita lagi wangi masuknya pada saat awal2 rally di 150 misalnya.
Pertanyaan berikutnya, seberapa besar peluang kita menahan posisi beli di 150 lalu jual di 500??
Almost zero!!!
Dengan model saham yang seperti roller coaster bergerak turun naik, lebih memungkinkan kita akan mentradingkan saham itu, “jual dulu deh, nanti kalau naik beli lagi, yang penting amanin profit dulu”, tooh rally masih terus berlanjut jadi kita senang senang saja.
Namun langkah ini akan mengurangi profit kita, itu alasan pertama, alasan kedua pada saat sahamnya turun apakah kita akan mentradingkan jual beli ?? No waay !! Yang ada kita denial menyangkal kerugian, dan malah melakukan average down menambah beli dengan harapan sahamnya membal lagi. Sudah ruginya maksimal karena dihold terus, yang ada malah double ruginya karena kita beli lagi diposisi bawah dan sayangnya sahamnya masih terus turun.
(Kartes’s Note: profit berkurang karena terkena fee jual beli saham.)
Well, ini nih jurus paling mujarab untuk bangkrut disaham, dan sangat lazim kita melakukannya, karena secara psikologis menerima kekalahan itu sulit !! Sudah banyak pelajarannya dari dulu, contoh saja saham BWPT, TMPI, atau group bakrie sendiri.
Dapat dilihat pada gambar di bawah bagaimana rally luar biasa saham TMPI aka Taman Makam Para Investor.
Penulis mencoba menggambarkan disini bagaimana para pemain saham berbondong bondong membeli saham ini karena tergoda kenaikan setiap waktunya. Hal tersebut terefleksikan dengan volume yang meroket (sama lah kayak BUMI kemaren).
Harga saham naik dari 200 menjadi 4650 dalam setahun!! Namun selanjutnya saham ini terkoreksi kembali ke 300 tidak pakai rem dan tanpa volume. Artinya banyak yang beli saham ini ketika rally, tapi tidak bisa jual ketika turun. Istilahnya tidak sempet keluar, ouch. Sudah jelas dengan melihat gambar banyak sekali pemaen saham yang merugi.
Pola nya klasik, masuk ditengah tengah rally, beberapa bahkan diakhir rally, kemudian ketika turun ditahan terus sahamnya (susah jual juga), bahkan besar kemungkinan average down ditengah koreksi ngareeep balik lagi.
(Kartes’s Note: Damn you bro, menghina para peng- average down, LoL)
3. Mindset Bluechip Yang Salah
Waah ngerii yaa!! Yauda kita main saham yang aman – aman aja deh, kita invest di saham blue chip aja. Lumrah untuk pemain saham yang sudah kapok bermain saham “gorengan” beralih fokus investasinya disaham blue chip.
Pemikiran kalau beli saham blue chip, seandainya turun pun, nanti bakal balik lagi tidak salah, mayoritas memang seperti itu. Namun masalahnya berapa lama saham blue chip terkoreksi ? Apakah sanggup kalian menunggu selama itu? Ingat, ada opportunity lost yang dilewatkan.
Sekarang lihat contoh saham Astra international, salah satu perusahaan dengan nilai pasar terbesar di IHSG. Pada 2015 saham ini terkoreksi dari harga 8000 menjadi 4975. Lalu untuk kembali ke harga 8000 dibutuhkan waktu 1,5 tahun.
Naah apa kalian cukup sabar menunggu saham ini balik lagi? Pada akhirnya banyak dari kalian termakan media atau para “ekspert” yang terus mengeluarkan informasi betapa buruknya Astra, lesunya penjualan mobil dan outlook yang suram, cut loss deh.
4. Kurang Disiplin Menerapkan Analisis Teknikal
Gimana kalau main teknikal aja?? Ketika kita bicara teknikal maka kuncinya adalah disiplin, tidak ada ceritanya setelah kalian kursus teknikal 3 hari atau modal baca buku lalu kalian dapat wangsit yang membuat pilihan kalian selalu betul. Yaa kalau pengajar ditraining kalian bilang bisa betul terus, ngapain dia capek – capek cuap cuap ngajar?
(Kartes’s Note: Can’t agree more, Bro! Hahaha. Ups, tapi beberapa termasuk kompeten sih dan memang ikhlas ngajar)
Trading teknikal itu sama saja dengan bermain probabilitas, dari 10 kali mencoba 7x tepat. Permasalahannya seberapa besar kita untung dari 7x benar, dan seberapa besar kita rugi dari 3x salah, disini disiplin kita akan sangat diuji, dan bisa dibilang sangat sulit.
Banyak terjadi ketika benar dan untung sedikit, kita buru – buru realisasi profit. Sementara ketika salah kita tahan – tahan dan mengakibatkan kerugian semakin besar.
Faktor Psikologi memiliki peranan penting dalam berinvestasi, dan sangat di underrated. Apa kuat kita nahan profit ketika betul? Apa berani menerima kesalahan ? Kadang ketika kita disiplin cut loss eeh sahamnya balik lagi dan kita gigit jari, sehingga mengakibatkan kita menjadi tidak disiplin selanjutnya.
Kalau hanya sekedar untung sebenernya tidak sulit. Kita beli aja semua saham blue chip, katakanlah yang masuk di LQ45, terus kita tahan dalam beberapa tahun ga diutak atik, besar kemungkinan kita untung.
Masalahnya berapa untungnya? Siap ga nahan kalau dibawa koreksi dulu dalam perjalanannya ? Lalu kalau ada saham lain yg naik jauh lebih kencang, kuat ga kita nahan godaan? Lagian kalau begini apa bedanya dengan kita beli reksadana ?
Mending beli reksadana yang sudah dikelola langsung oleh ekspert-nya, ga perlu capek pelototin harga.
Bukan bermaksud melarang 100% dalam berinvestasi saham, namun mau mengingatkan risiko-nya luar biasa besar. Apalagi kalau maen saham hanya dengan modal mau denger kata orang saja dan ga mau mencari tahu sendiri, serta tidak mau belajar dari kesalahan. BIG NO Again!
Berdasarkan pengalaman saya ketika memulai karir menjadi broker saham, dari hampir 100 klien, yang beneran untung cuma 1, itupun dia memang mantan fund manager. Biasanya klien maen saham cuma buat salurin hobi doank.
Saya sendiri pemain saham 100% dengan sebuah filosofi buy n hold untuk saham high conviction berdasarkan analisa pribadi. Namun sejujurnya, tidak merasa benar-benar mampu mencari untung di pasar modal sampai ketika bekerja sebagai analis di perusahaan manajer investasi. Sebelumnya yaa gitu kadang untung kadang rugi.
Ada seorang teman yang juga trader chartist dan dia bisa membuktikan untung dari sana. Setiap orang bisa berbeda – beda metodenya, banyak jalan untuk cuan. Namun sekali lagi, apa kalian siap rugi? Banyak loh uang sekolah nya, dan banyak juga yang ga bisa lulus.
Warren Buffet pernah mengatakan kalau Anda tidak punya kekuatan mental menahan posisi rugi sampai 50%, maka jalan hidup saham bukan untuk kalian.
Kalau sudah tahu begini apa masih mau main saham?
Back to you guys..
(Kartes’s Note: Thanks bro Jerry untuk sharingnya. Bisnis saham sama seperti profesi lainnya, tidak untuk setiap orang karena sangat tergantung dari kemauannya. Dan memang individu memiliki passion yang berbeda. Semoga Anda yang sudah memutuskan memulai bisnis saham, bisa mendapat untung di masa depan. Ada pertanyaan atau konsultasi? Silakan hubungi saya atau dia.)
Wassalamualaykum pembaca blog investasi!
hani mengatakan
Berusaha mengerti artikelnya. Yawsud…belum pernah juga sih beli saham. Trims sharingnya…
diskartes mengatakan
Terima kasih kembali sudah berkunjung
Billy mengatakan
Bagi saya saham itu menguntungkan kalau kita disiplin dalam analisa teknikal , ya memang benar dari 10 x percobaan kemungkinan 6-7 x benar , tapi kuncinya adalah konsisten , bila harga turun 3-4% cut loss adalah pilihan terbaik ,
dont be greedy put all your egg ini one basket ,
diskartes mengatakan
Thanks bro Billy untuk sharingnya.
Pringadi mengatakan
aku baru kepikiran mau main saham nih 😀
diskartes mengatakan
boleh ayuk belajar bareng
Maxmanroe mengatakan
Saya belum pernah main saham, tapi sepertinya mirip main Forex ya mas? Saya salah satu trader forex, dan memang seringkali opini para ahli itu mempengaruhi para trader. Parahnya, seringkali opini ini menyesatkan dan bikin trader galau dan akhirnya salah posisi.
Kalau saya sih sering membaca beberapa website sebagai acuan, tapi untuk trading sendiri tidak selalu menjadi followers para ahli. Kalau cut loss udah biasa, tapi cuan juga sering hehehe.
diskartes mengatakan
Wah, suhu dunia per blogging an datang.
Betul, secara teknikal sama karena pada dasarnya perilaku psikologis trader juga tidak jauh berbeda. Perlu hati-hati juga, karena orang yang disebut “ahli” tadi bisa saja memiliki agenda tersendiri dan memutuskan menjadi market maker.
Well, sejatinya trading tanpa cut loss ibarat makan tanpa garam. Kurang menggigit. Semoga makin jaya bro Max
Istianah mengatakan
Sejauh ini saya masih nabung di reksadana aja, kalo saham saya juga berminat tapi harus bener2 belajar lagi karena awam soal saham. Saya freshgraduate, baru setahun kerja, dan nyesel kenapa ga dari dulu invest, dulu cuma invest emas aja, dan harganya masih segitu aja 2-3 tahun ini
diskartes mengatakan
Halo, tidak apa baru mulai reksadana.
Anda berarti sudah mulai belajar dunia efek. Investasi itu pelan-pelan saja, ga perlu menyesal atau terburu-buru. Nanti hasilnya ga bagus kalau tidak mampu menguasai emosi
Abdu mengatakan
Kalo saya dr 10 kali trading 7-8 kali rugi hanya 2-3 kali profit. Tp alhamdulillah portonya masih positip
diskartes mengatakan
Well, selamat. Strategi CL nya masih oke ya
Irfan gunanda mengatakan
trading saham identik dengan spekulasi dan juga mengganggu psikologi karena tidak siap dengan loss profit, tapi gimana kalau kita yuk nabung saham untuk jangka panjang apakah lebih aman dibandingkan trading saham?
diskartes mengatakan
Baik trading saham dan investing jangka panjang memiliki risikonya tersendiri. Tapi memang benar bahwa investasi jangka panjang lebih bagus untuk psikologi investor. Salam
Tan mengatakan
Beli Saham Blue Chip BBCA dan Hold 10-15 thn dijamin 1000% untung kan Bro.
Koreksi paling besar ga sampai 15%. Dan naik lagi dalam waktu ga sampai 1 bulan.
Secara bca anti bangkrut kan bro.
Kalau bca bangkrut, indonesia jg bangkrut.
Indofood dan Djarum kuat Bro.
Dari thn 2014 sampai skrg udh untung 20% an per thn
Benar tidak analisa saya?
diskartes mengatakan
Tidak pernah ada yang bisa jamin…