diskartes.com – Assalamualaykum para pemudik!
Baju baru, alhamdulillah
Tuk dipake di Hari Raya . . .
Generasi senior macam kalian pasti inget penggalan lagu Dhea Ananda tadi dong ya, sangat identik dengan nuansa lebaran di Indonesia. Jadi ketika bulan puasa tiba, bisnis bukannya berangsur-angsur rehat, tapi malah makin menggeliat.
Fakta statistik ditunjukkan dengan inflasi yang terjadi setiap bulan Ramadhan datang, mencapai puncaknya beberapa hari sebelum Hari Raya Idul Fitri.
Faktor “Wow” dan Utang
Tengok saja harga makanan meningkat, karena orang berlomba mencari bahan baku untuk disajikan pas sanak keluarga ngumpul. Kawan-kawan yang memproduksi kue juga makin banyak, bahkan di kantor makin menjamur penjualnya.
Enggak cuma yang memenuhi kebutuhan perut, pakaian juga laku keras. Saya jadi kepikiran pas nulis ini, jangan-jangan ada konspirasi si pembuat lagu tersebut dengan produsen baju. LoL
Mau cari bukti lain dari trend positif bisnis pas libur lebaran? Silakan simak tingkat ketersediaan hotel, persewaan mobil, dan masih banyak lagi yang menunjukkan bahwa hari raya benar-benar menjadi ladang uang.
Wajar memang, karena di artikel sebelumnya tentang penyebab kenaikan harga di bulan puasa, banyak orang yang mendadak kaya. Saya jadi inget pernyataan dari Jean Bodin, pada abad ke 15-an dia bilang gini
The abundance of gold and silver. . . is greater in this kingdom today than it has been in the last 400 years
Analogi ini mirip dengan kejadian di hari raya. Di kampung halaman, duit yang berputar baik dalam bentuk cash ataupun material lainnya lebih besar daripada berbulan-bulan sebelumnya. Fenomena yang bagus, bagus banget malah. Tetapi Indonesia punya keunikannya sendiri, beberapa orang habis-habisan untuk tampil “wow” pas hari lebaran tanpa memikirkan efek selanjutnya.
Pada kenyataannya bukan cuma di negara kita sih, di tanah asing juga terkadang demikian. Tapi tradisi mudik kan hanya di kita, jadi kita omongin sekeliling kita aja.
Sebenarnya boleh tidak tampil “Wow” ketika merayakan hari raya di kampung?
Dari sudut pandang saya, no problem kok. Yang paling penting faktor “wow” nya tidak kelewatan. Langsung aja kita bahas contohnya, katakanlah Pak Budiarto.
Ketika mau mudik dia beli mobil Avanza buat dibawa ke kampung halamannya bersama istri dan 2 anaknya di Jember. Rencananya akan digunakan selama 2 minggu, karena dapat cuti bersama lumayan panjang. Akhirnya Budiarto keluar uang Rp 100 juta.
Pasti akan banyak orang yang nyinyirin doi karena maksain beli mobil cuma buat pulkam dan dijual nanti setelah balik Jakarta. Jika Anda termasuk yang demikian, hentikan bray! Secara matematika kasar, pembelian mobil bisa jadi lebih hemat kalau liburannya lama.
Ketika lebaran, harga sewa mobil bisa naik dua kali lipat. Barusan saya iseng nyari, ada paket lebaran yang menyewakan Xenia selama 10 hari dengan harga Rp 6,5 juta. Padahal biasanya dengan uang segitu bisa untuk sewa sebulan. Oleh sebab itu, Pak Budiarto pilih beli dan nanti rencananya akan di jual di harga Rp 95 juta, deal yang bagus lah ya. Bonusnya, doi bawa pulang mobil sendiri!
Itu tampil “Wow” yang diperbolehkan, bagaimana yang seharusnya tidak dilakukan?
Seandainya tadi Pak Budiarto tidak punya uang yang cukup untuk beli mobil secara cash, maka tahan keinginan untuk beli secara kredit. Saya sarankan demikian karena kenikmatannya sesaat, tapi repotnya tahunan. Pilih moda transportasi yang lebih murah dulu.
Tidak hanya urusan transportasi yang harus dibatasi, tapi semua yang berhubungan dengan utang. Jangan sampai ketika lebaran, Anda menambah utang. Misalnya ngutang buat beli baju baru, oleh-oleh, atau apapun itu yang seharusnya bisa ditunda.
Kenapa demikian?
Bos-bos semua yang punya kerjaan tetap, pasti dapet THR dong. Seharusnya THR tadi bisa digunakan buat beresin utangnya dulu, itu adalah prioritas sebelum mikir yang lain. Mudik tanpa bawa “materi” bukan perbuatan dosa kan pak ustadz?
Kemudian berapa duit maksimal yang boleh kita keluarin Kakanda Kartes?
Rumus untuk Anda dari saya begini
THR – biaya primer (utang+zakat+transportasi) = buat happy-happy
Lah, trus soal investasi dan tabungan gimana?
Nanti kita pikirkan lagi.
Masalah lebih berat pastinya dialami oleh teman-teman pekerja freelance yang tidak mendapat tambahan penghasilan. Kalau sudah begini, mau tidak mau setiap bulan harus mengalokasikan dana tambahan sendiri untuk digunakan pada hari raya. Let’s say setiap bulan sudah menyisihkan Rp 500 ribu atau lebih dari itu. Tapi rumusnya tetap ya, ketika momennya tiba, pastikan biaya primer nya sudah diselesaikan.
Rencana 1 Bulan Setelah Lebaran
Biasanya nih ya, ketika dalam perjalanan pulang ke kampung halaman, saya selalu memvisualisasikan pertanyaan, ” Apa yang harus dilakukan setelah lebaran kelar dan kembali ke Jakarta?”
Karena tahun 2017 lebaran jatuh di akhir Juni, saya sudah tahu nih mau ngapain aja sebulan berikutnya. Langsung bikin list di otak, gini kira-kira:
– Perpanjang STNK mobil
– Bayar asuransi kesehatan
– Bayar maintenance fee apartemen
– Bayar hosting website
– Minimal sekali party di Jakarta, yeah!!
– beberapa biaya yang tabu buat diungkapkan karena terlalu erotis.
Intinya adalah di bulan Juli, banyak dana yang akan kesedot. Damn!
So, what I have to do? Bayangkan seandainya saya lupa dan tidak menyiapkan dana tersebut. Bisa beneran “melarat” sehabis lebaran.
Oleh karena itu, strategi yang dilakukan adalah menyiapkan dana tersebut tanpa dihubung-hubungkan dengan THR. Jangan sampai ada pikiran, “Ah ntar kubayar pake THR aja.”
Loh, kan THR rencananya buat merayakan di kampung, masa dicampur aduk.
Inget ga tulisan saya tentang me-manage keuangan pribadi?
Ada pesan khusus untuk mengklasifikasikan tabungan jika ternyata pengeluaran dan pemasukan Anda cukup ribet. Saat ini saya memiliki rekening yang memang khusus untuk ditabung dan tak tersentuh, sementara ada yang untuk pengeluaran rutin seperti tadi.
Karena sudah rutin, sebenarnya menjadi jelas baik dari segi jumlah dan waktu. Jadi, tanpa dilihat apakah akan ada hari raya, THR atau apapun itu, pengeluaran rutin tetap aman buat dieksekusi.
Well, nampaknya segitu obrolan kita ya. Hati-hati buat Anda yang sedang mudik, semoga berkah untuk semua.
Wassalamualaykum para pemudik!
Timo mengatakan
Jadi keinget saat2 dulu masih menerima THR, emang sih langsung dialokasikan ke macem2 haha. Emang utang harus utama sih ya, apalagi CC, bunganya rek. Selain utang, dulu bisa nambahin porsi utk investasi dan dana darurat.
Eh, tp skrg udah ga ada THR …
So … minta THR dong, Oom Kartes … 😀
diskartes mengatakan
Lah.. Bukannya sekarang dapetnya ngalahin THR om? Kebalik ni,harusnya om Timo yang bagi-bagi. Haha