diskartes.com – Assalamualaykum ekonom Indonesia!
Tahun 2016 hampir ditutup, ternyata dunia ekonomi dunia benar-benar bergejolak. Penurunan kondisi Tiongkok menjadi berita utama setelah Brexit yang terjadi pada bulan Juni. Tidak lama setelah itu, Amerika bergemuruh dengan terpilihnya Trump menjadi presiden.
Apa lagi sekarang?
India bung! Yeap negerinya Mahatma Gandhi ikut memeriahkan suasana setelah mengambil kebijakan untuk menarik seluruh uang kertas pecahan Rs 500 (sekitar Rp 100 ribuan) dan Rs 1.000 (Rp 200 ribuan). Setidaknya 86% duit kas di India akan ditarik, well ini bukan cashless society yang kita harapkan.
Jadi, jika Anda memiliki pecahan Rs 500 dan Rs 1.000 di dompet Anda buat pamer-pameran, asal tahu saja sekarang itu tak lebih dari kertas biasa yang tidak berharga.
Ketika dunia sedang berlomba-lomba untuk menggenjot pertumbuhan agar tetap survive di tengah ketidakpastian iklim investasi, kebijakan sang Perdana Menteri Narendra Modi berpotensi tidak hanya membawa India ke perlambatan tapi bahkan bisa menuju kemerosotan perekonomian.
Diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan turun dari 6,8% menjadi 3,5% di tahun 2017. Efeknya tentu tidak hanya di India saja, tapi bakal merambat ke seluruh kawasan Asia termasuk Indonesia.
Tetapi ada yang lebih parah dari sekedar statistik angka. Demonetisasi rupee telah membawa korban, sedikitnya 60 orang dikabarkan meninggal gara-gara ramainya penukaran uang (Forbes Asia, Desember 2016).
Kenapa ada penarikan Rupee?
Ternyata masalah “ogah” bayar pajak terjadi di India pula, miliaran dolar hilang begitu saja gegara banyak orang tidak taat untuk membayar pajak. Begitu pula dengan korupsi yang susah dikontrol.
Intinya Pemerintah India sedang perang melawan “black money”, dengan cara menarik kedua pecahan tersebut dan menggantinya dengan yang baru.
Kan tinggal diganti aja, trus apa masalah dari demonetisasi rupee?
Nah inilah yang harus dipelajari oleh kita bersama. Bahwa ketika kebijakan akan diterapkan, harus mempertimbangkan semua aspek. Penarikan uang di India tidak akan jadi soal jika sudah dipersiapkan dengan matang. Tapi ini tidak, terkesan mendadak malah. Let’s see
1. Jumlah dan jenis ATM
Lebih dari 200 ribu ATM di India harus dikonfigurasi ulang agar bisa mengakomodir pecahan barunya. Dan itu jelas butuh waktu, katakanlah sehari bisa 1000-2000, maka butuh waktu lebih dari 100 hari kan?
Selain itu secara logika pada saat yang bersamaan warga sudah mulai mencari uang kertas yang bisa dipake macam Rs 100. Nggak mungkin kalau tidak ada antrian di ATM, pasti mengular ngalahin antrian XXI film box office sekalipun.
Perlu saya sampaikan juga bahwa hanya 20% ATM yang ada di kawasan pedesaannya. Wow PR berat untuk sang perdana menteri.
2. Ketergantungan Uang Kas dibanding Bank
Meski industri dan ekonominya lagi maju gila-gilaan, tapi kesenjangannya sangat tinggi. Terlebih untuk masyarakat desa di India.
Ketergantungan warga India terhadap uang kas itu luar biasa, tercatat hanya 5% warganya yang memiliki kartu kredit untuk bertransaksi. Padahal saat ini, berbagai tempat sudah menolak pecahan uang kertas tersebut.
3. Sektor Bisnis Yang Tidak Bank-able
Jadi ceritanya banyak usaha di desa, kalo di Indonesia semacam Usaha Dagang (UD) gitu lah ya. Nah mereka ini enggak pernah nyimpen di Bank, lebih nyaman numpuk uang kertas. Diperkirakan dengan kebijakan ini mereka akan berbondong-bondong ke kota untuk menukarkan dalam jumlah besar.
Ironis. Lho kenapa?
Dimana-mana dengan kebutuhan yang sedemikian besar, maka akan timbul potensi fraud (penyalahgunaan). Dibandingkan duitnya hangus tahun depan, ya mending gimana caranya bisa dituker tu duit seabrek. Tujuan campaign ini kan untuk mengatasi fraud, tapi tidak elok jika sampai menimbulkan fraud baru.
Indonesia harus belajar untuk tidak menerapkan kebijakan yang sama!
Efek Demonetisasi Rupee ke Indonesia
Efek Demonetisasi Rupee ke Indonesia pasti ada, jika India tidak segera recover maka hanya masalah waktu sampai sektor bisnis kita ikut merasakannya.
Di tahun 2015 saja kita ada ekspor sebesar USD 5,9 Miliar. Ke depan, terutama tahun 2017 bukan tidak mungkin akan mengalami penurunan. Bagaimana tidak, lha jangankan belanja, publik India masih kerepotan benerin duit di dompet mereka.
Industri yang melambat juga akan mengurangi permintaan impornya sampai masalah keuangan yang menjadi masalah bisa diatasi.
Bagaimana dengan impor? Kalau melihat efek dominonya, sudah pasti akan mengurangi pula jumlah impor kita dari negerinya Amitabh Bachchan itu.
Waalaykumsalam ekonom Indonesia!
Gara mengatakan
Ya terus kalau uangnya diganti, apa serta-merta menjamin besok lusa nggak ada korupsi atau pemalsuan uang ya Mas? Kalau duit barunya sudah bisa dipalsukan/dikorup bukannya keadaan bakal balik lagi sebelum penarikan ya? Agak bingung nih sayanya dengan cara berpikir petinggi-petinggi di India sana, haha. Mudah-mudahan dampaknya ke Indonesia tidak terlalu berat ya, amin. Ngomong-ngomong bikin infografisnya pakai program apa Mas? Mau infonya dong, hehe.
diskartes mengatakan
Kalau di lihat nampaknya mereka mau ngedata deh..Duit yang muter tuh berapa sih di India.
Tapi yang disayangkan terkesan tiba-tiba.
Terakhir kubaca bahkan ada petani yang gantung diri karena panik langsung miskin mendadak, sementara abis jual sawah dll. Praktis duit doi cuma uang kertas pecahan segitu.
Infografis pake piktochart Gar..
Ahmad mengatakan
semoga dengan demonetasi uang rupee di India tidak berdampak buruk bagi perekonomian bangsa Indonesia, ……
diskartes mengatakan
Amin..mudah-mudahan sih seperti itu yaa…
Deddy Huang mengatakan
Izin ninggalin jejak dimari, Topiknya bikin pengen kissing dan traveling aja ah :))) Salam kenal mas
diskartes mengatakan
Wkakakak…
Monggo, ndak papa koh
dani mengatakan
Baca ini dari FB temen yang lagi di sana dan kebayang ngerinya situasi di sana. Tapi kalo kemudian kondisi ini bisa memberantas korupsi dan kejahatan finansial, semoga India bisa mendapatkan yang terbaik. Nah kalo di negara ini apa cara yang terbaik ya Om?
diskartes mengatakan
Semoga ya..karena sudah menelan korban yang lumayan banyak…
Mudah-mudahan bisa recovery juga..Kalo enggak, potensi masalah merambat ke Indonesia akan besar juga.
Diterapin di Indo? Nampaknya tidak perlu. Selain pemegang duit digital di Indonesia sudah mulai banyak, peredaran uang di skala besar disini juga bukan uang kerta cak..
Cara terbaiknya ada siraman rohani seminggu sekali sesuai agama masing-masing aja..kayak jaman sekolah.haha
begitulah kira-kira
cumilebay mengatakan
Temenku yg lagi liburan di india ngak bisa narik duit di ATM jadi bener2 merana disana
diskartes mengatakan
Iya,, aku dapat kabar gara2 atm, sudah ada yang meninggal..
klo dikita mungkin kaya pas orang bagi2 sembako
Leli mengatakan
dari sekian banyak blog walking hari ini.
Pembahasan di sini yang paling berat.
Jadi kaget.
Iya sih ini tiba tiba banget, dulu bukannya indonesia juga pernah berwacana demonetisasi juga ya?
Semoga nggak tergesa gesa begini,
Lucunya latarbelakangnya biar ndak ada korupsi, tapi ngundang fraud lain.
Hmm smoga india segera membaik
diskartes mengatakan
Ahaha..Jadinya ini pujian atau pelecehan mba..wkwk
Thanks loh udah mampir, berkenan komen pula..
Belum,, Indonesia blm pernah mau demonetisasi..
Iya, semoga nggak tergesa-gesa dan tidak merugikan masyarakat banyak..
Adelina mengatakan
Kalau ditarik berarti ada uang pengganti yang baru kan yach. Kayak misalnya BI setiap beberapa tahun ngeluarin uang baru. Sistem nya sama seperti itu bukan?
Untuk negara dengan penduduk tertinggi serta luasnya yang demikian masa pemberlakuannya segitu mendadak yach? Hiksss..
diskartes mengatakan
iya ada pengganti uang baru..
Problemnya muncul karena masyarakat disana lebih pegang uang kas daripada di Bank.
Klo uangnya banyak di bank sih nampaknya ga akan terlalu bermasalah
Lutfi Retno mengatakan
Kenalanku pas lagi studi banding cerita kalo di atm-atm sana ngantrenya panjang. Udah gitu, kadang ga kebagian uang setelah cape-cape ngantre. Ngobrol-ngobrol, kayaknya aku pengen cepet-cepet punya tanah luas. Biar kalo ada kebijakan keuangan ga asyik, masih tetep bisa makan dari kebun sendiri.
diskartes mengatakan
Iya, nampaknya akan segera mrembet ke Amerika Latin..
Hahaha,, ide bagus.. klo gitu coba beli kebun luas di areal pegunungan aja yang hawanya enak dan subur..
Ranny mengatakan
Aku bayangin aja udah horor. Duh…
Sedih ya, ada hal yang nggak bisa diantisipasi seperti ini sehingga menelan korban jiwa *yakalik pemerintahnya bs meramal >.<*. Dan emang masalah besar karena masyarakat di sana memegang uang kas, klo kayak aku dikit aja di rumah seperlunya #eh 😀 hehehe
Semoga pemerintah India bisa secepatnya recovery, kasihan juga masyarakatnya maksud hati untuk memberantas korupsi hanya ya itu sedih ada korban jiwa.
diskartes mengatakan
Pelajaran mahal mba Rann..
Buat pemerintah atau bukan, yang memberi dampak ke orang banyak.
Jangan serampangan atau terburu-buru ketika membuat sebuah kebijakan. Hasilnya bisa sangat negatif..
Iya, mudah-mudahan lekas pulih
Timo mengatakan
Aku baru baca sekilas soal yang ini pas di artikelnya Bloomberg tentang Asian Leaders baru-baru ini, trus ga inget utk google lbh lanjut haha.
Untung baca ini jd lbh mudeng skrg 🙂
Kebayang ngerinya sih ya kl mendadak gitu diadainnya :-/
diskartes mengatakan
Iya,,, istilahnya berdampak sistemik om..
Cindy mengatakan
tolong bahas tentang surplus cabai dan alasan kenaikannya dong kak.. Makasi.
diskartes mengatakan
Wah hebat,, mengikuti perkembangan harga cabai!
Rahasia Awet Muda mengatakan
India diperkirakan akan menggeser posisi cina dalam hal pertumbuhan ekonomi di Asia