• BLOG
  • Buku
  • Podcast
  • Video
  • Testimonials
  • Data

Diskartes - Blog Investasi dan Ekonomi

Blog Perencanaan Keuangan, Investasi Saham, Cryptocurrency, dan Ekonomi.

  • Ekonomi
  • Saham
  • Blockchain
  • Perencanaan Keuangan
  • Fintech
  • Bisnis
Anda di sini: Beranda / Ekonomi / Perlambatan Ekonomi Bisa Gawat Untuk Isi Dompet

Perlambatan Ekonomi Bisa Gawat Untuk Isi Dompet

Oktober 16, 2016 By diskartes

perlambatan ekonomidiskartes.com – Assalamualaykum mahluk tropis!

Banyak orang membaca berita atau nggak sengaja nonton siaran di TV yang menayangkan sebuah kalimah “Indonesia sedang mengalami perlambatan ekonomi”. Enggak sekali, bukan pula dua kali, tapi tahun ini sering banget ada informasi seperti itu. Sayangnya beberapa dari kita kurang aware dengan situasi yang sedang terjadi.

Ketika membandingkan dengan negara lain di dunia, memang boleh berlega hati karena kita masih bertumbuh. Sementara yang lain kondisi stagnan cenderung negatif. Tetapi, kita harus ekstra waspada dengan perlambatan ekonomi!

Kenapa harus khawatir dengan “perlambatan ekonomi”?

Perlambatan Ekonomi = Minim Transaksi = Duit Masuk Ke Dompet Berkurang

Kalo kondisinya seperti ini bagaimana? Anda mulai berfikir kan, karena berhubungan dengan duit di dompet masing-masing. Akan saya kasih gambaran mudahnya ya.

Perlambatan ekonomi berarti proses jual beli semakin berkurang. Jika biasanya tiap tahun orang-orang beli sepeda motor baru dan menjual sepeda motor bekas, berarti saat ini jumlahnya makin sedikit. Si penjual motor ga dapat uang banyak hasil penjualan, dampaknya dia ga bisa belanja baju dan lain sebagainya. Akhirnya nasib serupa dialami penjual baju dan penjual lainnya. Semuanya berkaitan!

Makanya, perlambatan ekonomi pasti sangat diperhatikan oleh negara dengan sangat serius. Amerika menciptakan metode yang dikenal dengan Quantitative Easing, pada prinsipnya teknik ini membanjiri pasar dengan uang. Harapannya orang-orang bisa belanja dan mampu menggerakkan ekonomi.

Jepang lain cerita, dibanding membanjiri uang, mereka mengenakan kebijakan unik. BI-nya Jepang ngasih bunga negatif buat mereka yang nyimpen duit di Bank Sentral. Tujuannya agar Perbankan di negeri itu nggak nyimpen duit buat dapet bunga, tapi menyalurkan ke masyarakat.

Intinya sama, agar masyarakat di seluruh dunia mampu untuk belanja dan mendorong ekonomi bergerak.

Baca Juga  Indeks Gini Indonesia: Pengertian, Contoh, dan Dampak yang Bisa Terjadi

perlambatan ekonomi

Strategi Investasi Saham & Reksadana

Kondisi ini tentu perlu dicermati oleh semua investor, karena salah strategi bisa berakibat fatal pada keputusan investasinya. JIka kita mau selidiki lebih dalem, akan tampak pos-pos mana saja yang berkontribusi negatif terhadap Indonesia dan mengakibatkan perlambatan ekonomi.

Bukan berarti kita harus takut loh ya, jika bisa memanfaatkan momen malah jadi menguntungkan. Sebagai contoh salah satu saham saya adalah Adaro. Tahun kemarin dan awal tahun ini, komoditas batubara harganya busuk pake banget, sahamnya aja nggak sampai Rp 600,-.

Tahu harga saham ADRO perlembar sekarang? Rp 1400-an

Artinya jika Anda beli saham ADRO bulan Januari 2016 kemarin, katakanlah Rp 30 juta saja. Sekarang ini (Oktober 2016) total duit Anda nggak kurang dari Rp 60 juta. Asik nggak?

Makanya dalam bermain saham, selain harga minyak dunia yang sangat fluktuatif, pertumbuhan ekonomi dan nilai ekspor juga jadi perhatian.

Jadi, bagaimana strategi investasi saham ketika terjadi perlambatan ekonomi?

1. Jika Anda investor jangka pendek menengah, hindari sektor yang sedang downtrend.
2. Membeli sektor yang sedang turun boleh, tapi tunggu sampai titik terendah.
3. Perlambatan ekonomi selalu identik dengan saham perbankan. Hindari sampai ekonomi pulih!

Sedangkan untuk para investor reksadana, ketika terjadi ketidakpastian ekonomi, maka sektor syariah terbukti cukup kuat pertahanannya. Sebabnya cukup jelas, akad dalam produk ini wajib memenuhi unsur “yang pasti-pasti aja”.

Selain itu, jenis reksadana yang tepat untuk memitigasi risiko gara-gara perlambatan ekonomi adalah reksadana pendapatan tetap.

perlambatan ekonomi

Stop Menabung!

Hasekk, langsung dah pada protes kalo saya minta Anda berhenti menabung. Yuk ke Mall, belanja baju, makan di restoran, dan happy-happy. Atau travelling ke luar negeri.

Baca Juga  Strategi "Anti Melarat" Pasca Libur Lebaran

Loh, hidup harus dinikmati dalam batas wajar. Itu adalah bentuk apresiasi kita pada diri sendiri.

Ketika orang-orang uda mulai terlalu banyak menabung, kurang konsumsi, enggak investasi, well itu tanda-tanda ekonomi mulai bergerak turun. Makanya salah satu pentolan ekonom Indonesia pernah bilang bahwa obat untuk memajukan keuangan Indonesia adalah dengan berhenti menabung.

Setuju tapi nggak banget-banget, menabung tetap perlu tapi secukupnya aja. Katakanlah bisa untuk menghidupi selama 2-3 bulan. Sisanya investasikan dan gunakan untuk bersenang-senang seperti yang pernah kita bahas sebelumnya. Okay, capek nulisnya tapi kayaknya sudah cukup kan kawan-kawan?

Wassalamualaykum mahluk tropis!

Ditempatkan di bawah: Ekonomi Ditag dengan:asumsi makro, infografis

Related Posts

  • Prediksi Ekonomi Jelang Pemilu 2019
  • Menaklukan Generasi Milenial
  • Bonus Demografi Indonesia: Kunci Sukses Ekonomi Di Masa Depan
  • Gross Split dan Energi
  • Ah Cuma Penyerapan Anggaran, Enggak Penting!

Komentar

  1. Nik Sukacita mengatakan

    Oktober 17, 2016 pada 9:09 AM

    Stop Menabung,

    TRAVELING Ke INDONESIA.

    Banyakin buang duit di Negeri SENDIRI .

    ha ha ha ha #maafRacun.

    • diskartes mengatakan

      Oktober 17, 2016 pada 9:33 AM

      hayuk ah traveling..
      menabung pahala dan pengalaman tetep boleh kok.. 😀

  2. dani mengatakan

    Oktober 17, 2016 pada 9:43 AM

    Menarik caramu membahas Om. Hihihi… Di industriku perlambatan ekonomi ini berarti meningkatnya NPL karena sektor riil kurang gerak. Pembiayaan seret dan seterusnya dan sebagainya. Kalo kayak jepang, perusahaan-perusahaan mereka lari ke sini, kasih pembiayaan dengan cost of fund murah banget. Mending dapet 0.5% di sini daripada negatif di negeri sendiri. Huehehehe…

    • diskartes mengatakan

      Oktober 17, 2016 pada 11:26 AM

      PR tu cak..
      kayaknya sektor riil gerak, tapi menurun makanya NPL naik..hehehe
      Iya euy, makanya orang jepang dan eropa datengnya ke Indonesia..
      Mending dapet hasil dikit daripada rugi naro duit di negara sana..

      Thanks buat insight nya..

  3. Adelina Tampubolon mengatakan

    Oktober 17, 2016 pada 12:21 PM

    Setuju dengan pembahasan mu. Yang buat ekonomi kita agak lumayan itu mungkin karena sektor infrastruktur lagi giat-giatnya. Tapi disektor lain kelemahan berasa. Contoh paling gampang kalau dulu lihat sale baju semangat, tapi sekarang koq rasanya nga seheboh dulu. hehehe..

    pembahasan lu emang ajaib dech, nga kepikiran kalau ngebahas perlambatan ekonomi dengan cara sederhana.

    • diskartes mengatakan

      Oktober 17, 2016 pada 2:47 PM

      berarti gue mahluk ajaib ya del?
      hahahah

      emang ya kaum wanita, yang dilihat sale baju mulu.. hadehh..

      eniwei, thanks a lot ya buat apresiasinya

  4. nia nastiti mengatakan

    Oktober 17, 2016 pada 5:03 PM

    Aku sering inget2 chatnya Mas Dani tentang kerugian menabung. Dan setelah baca ini sektor syariah lebih pasti aku jd makin lega karena kmrn belanjanye di sana. haha. Ini sharingnya kece, mudah dimengerti org awam 😀

    • diskartes mengatakan

      Oktober 17, 2016 pada 9:30 PM

      Jadiii..yang diinget inget chatnya Dani…hmmm…hahaha
      thanks ya Nia utk apresiasinya..yeap lanjutkan ke sektor syariahnya

  5. evrinasp mengatakan

    Oktober 17, 2016 pada 6:51 PM

    nganu, perlambatan ekonomi ini terasa banget ya buat produsen, kalo untuk pembeli malah hemat gak sih? dompetnya jadi tebel *eh itu sih aku yak yg mengirits *abaikan

    • diskartes mengatakan

      Oktober 17, 2016 pada 9:32 PM

      Lucunya mba..setiap orang jadi produsen dan konsumen untuk suatu produk yg berlainan..

      contoh: mba konsumsi sabun kan, nah tp disaat yg bersamaan mba juga produksi di sektor pertanian..

      jadi kaya rantai yg saling terkait..pasti kerasa ke semuanya

      thanks ya uda mampir..

  6. Lisna mengatakan

    Oktober 18, 2016 pada 1:39 PM

    Suamiku juga kadang suka cuek nyulik duit tabungan kalo mau travelling, hahahaha.

    • diskartes mengatakan

      Oktober 18, 2016 pada 4:17 PM

      Berarti tugas Mba Lisna buat investasi.. 😀

  7. Tofan mengatakan

    Oktober 18, 2016 pada 5:35 PM

    Menarik tulisannya om. Intinya utk saat ini konsumsi yg menggerakkan ekonomi lah ya 🙂

    • diskartes mengatakan

      Oktober 18, 2016 pada 6:50 PM

      nyoih..makanya disuruh pada belanja..
      😀

      Thanks om

  8. Lisna mengatakan

    Oktober 19, 2016 pada 7:48 AM

    Menabung untuk senang-senang, setuju, hihihi. Kenapa yang paling kebaca itu, hahaha. Mulai investasi di jalur syariah walau dikit2. Biasanya aku sering ngga mudeng baca tulisan tentang ekonomi, tp tulisan mas mudah dimengerti, hoho.

    • diskartes mengatakan

      Oktober 19, 2016 pada 8:21 AM

      Emang orang itu paling suka kalo diajak senang-senang, makanya paling kebaca..heheh
      Wah, makasih loh mba uda mengerti aku..hahaha
      😀

  9. Ani Berta mengatakan

    Oktober 19, 2016 pada 8:56 PM

    Intinya kita harus berlatih menjadi konsumen cerdas gitu ya? 😀
    Serasa dapat materi dari pak dosen nih dejavu hihihi

    • diskartes mengatakan

      Oktober 19, 2016 pada 10:39 PM

      Iya Mba Bertaaaa..
      Weleh, kalo saya jadi dosen, muridnya bisa gawattt..hahahah..
      Makasi mbaa uda mampir

  10. Awan mengatakan

    Oktober 20, 2016 pada 10:41 AM

    ulasan yang sangat menarik dan mudah dipahami 🙂

    • diskartes mengatakan

      Oktober 20, 2016 pada 11:25 AM

      Terima kasih
      🙂

  11. Ariesusduabelas mengatakan

    Oktober 21, 2016 pada 6:43 AM

    Ini materi kuliah ekonomi semester lalu. Hahaha. Dan yg dijadikan contoh ya Jepang juga. Semua yang serba berlebih emang gak baik; terlalu konsumtif atau terlalu hemat.

    • diskartes mengatakan

      Oktober 21, 2016 pada 1:20 PM

      Oh ya?
      Tapi bukan saya kan dosennya?hahaha
      semoga sukses dengan kuliahnya!

  12. love from Kalasan mengatakan

    November 1, 2016 pada 11:08 PM

    …dan sepertinya komiditi yang tidak tersentuh perlambatan ekonomi adalah hiburan alias entertainment dan rokok…yang kasihan emak-emak direktur dapur, karena bingung mencukupkan duit buat belanja.

    • diskartes mengatakan

      November 1, 2016 pada 11:19 PM

      Haha..curhatan emak2..
      1. Entertainment, mau segila apapun ekonomi, orang tetep butuh hiburan..
      2. Rokok, nggg.. nggak bisa komen Mba.. 😀

      Thanks yak

  • Instagram
  • LinkedIn
  • Twitter
  • YouTube

Podcast Diskartes

Buku Investasi (Katanya…)

buku saham terbaik

Copyright © 2023 diskartes